Kucing

1.1K 230 69
                                    

"Kak Lino!"

Cowok yang sedang membereskan alat-alat lab itu menoleh. Matanya menyoroti satu perempuan yang berdiri di ambang pintu laboratorium sedang tersenyum lebar sembari menaik-turunkan alisnya.

"Eh, Yezzy. Ada apa, Zy?" tanyanya tanpa menoleh lagi pada Yezzy. Lino harus membereskan semua alat-alat lab sebelum Abin pulang-lari dari tanggungjawab untuk menraktir Lino seblak.

"Yosi mana? Nanti Yosi main ke rumah Kak Lino nggak?"

"Oh, nggak tau juga. Tanya aja ke Yosi langsung. Emang kenapa?"

"Enggak. Nggak ada apa-apa."

Yezzy tersenyum, lalu pamit untuk mencari sepupunya-Yosi. Satu-satunya tujuan Yezzy mengajukan pertanyaan seperti itu adalah untuk membujuk Yosi bertanya-tanya pada Lino tentang kebiasaan dan makanan kucing.

Dua hari yang lalu, Yezzy menemukan kucing nyasar di depan rumahnya. Tanpa berpikir panjang, ia adopsi saja kucing tersebut. Kebetulan, kucing tersebut adalah kucing persia, yang Yezzy sendiri tak tahu pasti apa makanan yang cocok untuknya. Yezzy sudah mencari tahu di internet tentang snack kucing. Tapi ia tak tahu harus membeli di mana. Kalau beli lewat online shop, pasti mahal di ongkos kirimnya.

Akhirnya selama dua hari ini, Yezzy hanya memberi makan kucingnya burger.

Menyusahkan diri.

Padahal tadi dia bisa langsung bertanya pada Lino.

Sudah hampir setengah jam Yezzy mengelilingi sekolah untuk mencari Yosi. Hanya ada dua tempat di sekolah yang belum ia kunjungi-gudang dan toilet laki-laki. Yezzy memanyunkan bibir. Ingat kalau toilet laki-laki di sekolah tak begitu indah dari segi visual maupun aroma.

Bukan karena siswanya jorok.

Semua ini dikarenakan banyaknya kucing di sekolah yang sudah dibimbing Lino untuk kencing di toilet laki-laki tanpa memandang gender kucingnya. Daripada kencing di laboratorium atau kelas-katanya. Padahal dia bisa membimbing para kucing sekolah untuk kencing di pasir.

"Yosi!"

Yezzy akhirnya menemukan Yosi. Beruntung bukan di gudang maupun toilet, Yezzy menemukan sepupunya di depan gerbang sekolah. Nampaknya ia sedang bersama Handi membeli cilok. Yezzy berlari mendekati sepupunya.

Yang dipanggil menoleh. "Eh, kenapa, Zy?"

Yezzy menatap cilok yang dibawa Yosi. Yezzy memanyunkan bibir. "Lo nggak mau beliin gue cilok, gitu?"

Yosi nyengir. "Ini aja dibeliin Handi."

"Han, beliin," pintanya manja.

"Dih, ogah. Minta sama Umin, sono! Umin kan gebetan lo!"

Yezzy berdecak kesal, lalu berkacak pinggang. "Gebet Umin itu susah."

Yosi cekikikan. Sementara Handi hanya mengulum senyum. Handi bertanya, "Emang susahnya gimana?"

"Ya susah pokoknya. Seorang Kamil Saumin gitu, loh. Mana pernah lo lo ngeliat dia berduaan sama cewek? Diajak ngobrol cewek aja jawabnya singkat. Malahan kalo di chat sering jawabnya cuma satu huruf. O, Y, G, P. Kaya pilihan ganda aja."

Yosi makin terkikik. Handi yang hanya menahan senyum melanjutkan pertanyaannya. "Sebel nggak?"

"Banget!"

"Oh, sebelnya banget banget banget, gitu ya, sama Umin?"

"Iya. Bangeetttt!!!! Banget banget banget pokoknya. Tapi gimana lagi? Udah terlanjur sayang." Yezzy tersenyum lebar-lebar.

Handi manggut-manggut. "Oh, iya iya iya. Gue cuma mau ngasih tau, sih, kalo di belakang lo dari tadi ada Umin."

Mampus. Mata Yezzy terbelalak. Yezzy gelagapan setelah menyegerakan menoleh ke belakang dan mendapati ada dua orang yang sangat ia kenal berdiri menghadapnya-Lino dan Umin. Lino tersenyum, sedangkan Umin menatapnya sinis. Yezzy tutup matanya rapat-rapat kemudian kembali menghadap depan. Tangannya mengepal, lalu memukuli jidatnya sendiri. "Bego, bego, bego."

Mas Kucing [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang