"Gue mau nginterogasi kalian."
Lia dan Cherry yang baru saja duduk di bangku kantin bersitegang dengan Lino. Di hadapan Lino, dua gadis itu saling menggandeng tangan yang mereka sembunyikan di bawah meja kantin, seolah bersiap melewati sesuatu yang hebat bersama.
Lino menatap mereka tajam. "Kemarin yang terakhir pulang dari cafe kalian berdua sama Handi, kan?"
Dibanding Lia, Cherry jauh lebih tegang. Detak jantungnya mulai tak beraturan. Keringatnya nyaris bercucuran. Kantin terasa begitu panas dan berubah menjadi tempat tanpa kenyamanan, sampai membuat gandengannya bertambah kuat di satu waktu. Cherry menelan salivanya.
"Iya," jawab Lia yang berusaha mati-matian untuk tetap tenang. "Terus mau apa lagi? Bentar lagi masuk. Gue nggak mau telat ke kelas cuma gara-gara lo."
Lino menyeringai. "Gue cuma mau nanya. Kalo kalian buru-buru nggak masalah, kalian balik aja ke kelas. Tapi nanti pas istirahat tolong kita ketemu lagi."
"Ehem!" Abin berdeham keras, menarik atensi empat temannya.
"Mau minum?" tawar Felix.
"Enggak, makasih." Abin kemudian mencondongkan tubuhnya ke Felix, kemudian berbisik, "Gue lagi mau ngeledek mereka."
"Memang kenapa?" tanya Felix yang ijut berbisik.
"Lino modus. Mau ngintrogasi tapi maksa ketemu. Bilang aja kalo rindu."
Felix nyengir. "Lebih baik kita kembali ke kelas saja, jangan ganggu mereka."
"Heh, kalian berdua ngapain bisik-bisik?" tanya Lino garang, membuat keduanya saling menjauhkan tubuh.
"Enggak, No. Gue mau balik ke kelas dulu," ucap Abin.
"Aku juga, Mas," susul Felix.
Mereka berdua akhirnya kabur dari kantin tanpa dengan persetujuan Lino. Lino yang melihat mereka melesat macam vampir hanya menggeleng heran.
"Gue mau nanya, emang kemarin Handi kenapa? Ada kejadian apa gitu nggak?" tanya Lino melanjutkan.
Lia menatap Cherry, kemudian menggeleng pada Lino. "Enggak. Gue pulang duluan, sih."
Kemudian, mata Lino terfokus pada Cherry. "Jadi waktu itu yang terakhir pulang kalian berdua. Kalian ngapain?"
"Nunggu ojek," jawab Cherry gugup.
"Terus?"
"Pulang."
"Nggak ada kejadian apa gitu? Kalian nggak berbuat sesuatu yang aneh-aneh, kan?"
Cherry menggeleng kaku. Takut kalau Lino menanyakan Dori atau bahkan mulutnya tak sengaja menceritakan percakapannya dengan Handi semalam.
"Jadi Handi bener-bener nunggu?"
"Iya. Tapi ojeknya nggak dateng. Terus akhirnya Handi nganterin aku, Kak."
Lino mendelik.
Anjay! Itu Handi habis dapet kesempatan langka kok malah galau? Mikir apaan, sih? Kalo gue jadi dia, mah, seneng. Orang kemarin aja gue seneng berduaan sama Lia.
Eh.
Enggak.
Lino menelan salivanya kemudian menggeleng kasar.
"Kenapa, Kak?" tanya Cherry.
"Enggak."
Dan akhirnya, bel pun berbunyi.
"Kita balik dulu," pamit Lia ketus. Ia kemudian menarik tangan Cherry dan memandunya pergi dari kantin.
"Untung dia nggak nanyain Dori," ucap Cherry lega ketika berada di perjalanan menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kucing [END] ✓
Humor"Dori hilang!" Apa salahnya melindungi kucing? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah ketika Lia mengancam Lino yang menjabat sebagai pawang kucing di sekolah dengan cara mengambil kucing peliharaan Lino, hanya demi membersihkan namanya dari gosip...