Chisa POV
Karena tempat ini jauh dari perkotaan dan polusi cahaya, bintang tampak jelas dan indah dari sini.
Ditebing tak jauh dari sana, kulihat Kouta sedang duduk sendiri sambil memandangi bintang. Oiya dibelakang ku tak jauh ada Midoriya.
"Apa kau lapar?" Tanyaku. Sontak, Kouta dengan tampang sangarnya yang sebelas dua belas dengan tampang Bakugo menatapku tajam.
"Kurang ajar! Kenapa kau ke sini?" Ujarnya dengan suara marah.
'Yang kurang ajar itu kamu anak setan!!!' Aku menatap datar padanya lalu kembali berjalan mendekat.
"Aku melihat seorang anak kecil yang belum makan malam berjalan sendiri kedalam hutan. Sebagai Calon Pahlawan, aku harus menjaga setiap anak agar tetap berada dijangkauan orang dewasa" Ujar ku panjang membuat anak itu membatu sesaat lalu berteriak.
"Aku tidak butuh! Sekarang pergilah dari tempat persembunyian ku!"
"Tempat persembunyian ya..." Aku menatap kesekeliling, dari segi mana pun tempat ini sangat terbuka kecuali gua yang ada dibelakang Kouta itu. Itu adalah gua yang sama tempat aku dan Tokoyami latih tanding.
"Sok mau meningkatkan quirk... Bikin jijik saja. Sebegitu inginnya kau pamer kekuatan?" Ujar Kouta dengan sarkas. Tatapanku kembali padanya, membuat Kouta bergetar sejenak. Apa aku semengerikan itu?
"Orang tua mu Water Hose ... mati karena melawan penjahat kan?" Aku membuka mulut untuk memecah keheningan tajam itu.
Kouta kembali mentapku tajam. "Kau.. Mandalay memberitahumu ya!" Ujarnya.
"Gk tuh aku tadi gak sengaja dengar. Mereka memiliki quirk air yang cukup hebat, kematian mereka sangat disayangkan." Ujar ku pada Kouta yang seketika tampak semakin marah.
"Cerewet! Semua orang sudah gila... menyebut satu sama lain dengan panggilan pahlawan dan penjahat, lalu saling membunuh... menyombongkan quirk mereka, karena itu lah jadi berakhir seperti itu...Bodoh sekali." Ujar Kouta lagi. Wajahnya tampak memendung. Aku membalasnya lagi.
"Dakara, kami disini meningkatkan quirk kami, agar ketika 'menyombongkan' quirk kami, kami tidak akan berakhir mengenaskan" Kouta sontak tampak terkejut dengan perkataanku yang menekankan kata 'meyombongkan'.
"Kouta, kau tau kenapa para pahlawan sangat di idolakan dan diagungkan? Kenapa walau mereka bertingkah sombong dan sok mereka tetap dipuja, dan ketika mereka tewas saat menghadapi penjahat tindakan mereka dianggap luar biasa?" Ujar ku. Kouta tampak semakin marah dan membentakku.
"Diam! Pergi dari sini sekarang!"
Aku berjalan semakin dekat dengan Kouta, membuat anak itu mundur perlahan.
"Karena sejak awal pekerjaan 'Pahlawan' Itu, mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi orang banyak. Selemah atau serendah apa pun seseorang. Jika ia menyandang gelar pahlawan, sama saja ia menyandang gelar tumbal masyarakat. Orang yang nantinya bila mati akan dikenang sebagai penyelamat dan lain-lain"
Aku berhenti didepan kouta yang sudah berdiri ditepi tebing.
"Kau yang menghina bahwa meningkatkan quirk itu menjijikkan sama saja dengan mangatakan nyawa para pahlawan tak lebih dari nyawa seekor serangga yang menjijikkan" Aku mengulurkan tangan ku lalu menjentikkan jari ku pada dahi kouta membuat anak itu sontak menekan dahinya.
Mata Kouta membelalak, sedikit berkaca-kaca dan terlihat hampir menangis, sepertinya kata-kata ku cukup tajam. Tapi mau bagaimana lagi, kalau dia tetap dibiarkan seperti ini, benih penjahat akan tumbuh dengan subur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiny Light-BNHA OC Story (Tamat)
Teen Fiction⚠️SAMBUNG BOOK 2 (Brigther ?)⚠️ Aku menjadi hero untuk melindungimu. Hanya itu saja. tapi mereka membawaku kedunia yang baru. "Apa makna menjadi Hero?" *Warning! -BNHA milik Kohei Horikoshi! -semua gambar/Foto semua ku tambil di Pinterest bukan mil...