🌿 14. Heart Identity 🌿

2.8K 399 42
                                    

"Kamu tak akan pernah menemukan cinta sejati sampai kamu terlebih dahulu belajar untuk mencintai Allah"

🌿🌿🌿

Amanah. Sebuah kata yang sangat sering didengar. Amanah yang berasal dari kata amuna bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur dan titipan.

Terkait makna yang terakhir yaitu titipan, amanah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk mengembannya. Menjadi sebuah pemahaman bahwa tiap manusia mempunyai amanah dalam hidupnya. Entah itu berupa pekerjaan, benda atau amanah berupa keluarga.

Sebagaimana seorang istri adalah amanah untuk suami. Bahwa wanita yang telah dengan sadar dan yakin diikat dalam kehalalan bernama pernikahan oleh seorang lelaki, menjadi titipan besar buatnya. Perempuan yang telah menjadi istri bukan hanya menjadi titipan ayahnya sebagai wali, tapi juga titipan langsung dari sang Rabb. Bahwa ketika seorang lelaki dengan lantang mengucap kata qobiltu nikaha, maka semua persaksian telah mengamini. Beban di pundaknya kini bertambah. Mengambil alih perwalian sang wanita dari ayahnya dan menjadi qawwam buatnya.

Berat? Sebetulnya iya. Karena ada pertanggungjawaban pada sang Rabb pemilik kehidupan atas amanah itu. Tapi bagi lelaki beriman, bukan berat yang menjadi tolok ukur. Tetapi nilai ibadah dari tiap langkah menjaga amanah tersebut. Simpel dan tenang, jika jalan sang pemilik manusia yang digunakan.

"Bertaqwalah kepada Allah dalam memperlakukan para wanita, karena kalian telah mengambil mereka (sebagai istri) dengan perjanjian Allah dan menghalalkan hubungan suami istri dengan kalimat Allah" (HR. Muslim)

Angga menyandarkan kepalanya di punggung kursi. Dibuangnya pandangan ke arah taman belakang rumah besar tersebut. Malam ini Angga memang sedang ingin tidur di rumah besar milik orangtuanya di Mojokerto itu.

Kepulan putih nampak menggulung ke atas. Setelah itu Angga meletakkan begitu saja putung rokok yang masih separuh itu. Asap tadi merupakan kepulan rokok terakhir Angga malam itu.

Angga memang sudah banyak mengurangi kesenangannya akan lintingan tembakau tersebut. Namun Angga belum bisa lepas sama sekali dengan benda yang konon nikmat buat pecintanya. Sesekali Angga memang menemukan ketenangan kala menghirup rokoknya. Terutama di saat galau atau suntuk.

"Den Angga belum masuk kamar?" Pak Hajar yang sebetulnya sudah sedari tadi memperhatikan Angga duduk di kursi yang ada di samping Angga.

Angga menoleh sejenak ke arah pak Hajar. Dan kembali melemparkan pandangannya ke arah taman belakang yang penuh bunga milik bu Narti. Membuatnya malah mengingat wajah Dina dengan kegemaran yang sama, yaitu bunga.

"Pikiran jadi mampet kalau tak disalurkan, suntuk itu tak baik" pak Hajar memberanikan diri mengatakan itu. Ia tak mau Angga memendam sendiri pikirannya dan malah melampiaskan ke kebiasaan lamanya.

"Saya hanya merokok sedikit kok pak" sahut Angga mengira pak Hajar hendak menegur tentang rokoknya.

Pak Hajar malah tertawa kecil mendengar jawaban majikan mudanya itu. Padahal bukan masalah rokok yang hendak dibahas pak Hajar.

"Bapak bisa memaklumi kalau aden belum bisa seratus persen lepas dari rokok. InsyaAllah perlahan den. Bapak perhatikan sejak tadi den Angga seperti banyak pikiran dan suntuk. Ada masalah dengan proyek kota mandiri?"

Angga menghela napas. Digelengkan kepalanya. Urusan proyek kota mandiri Alhamdulillah makin menunjukkan kemajuan. Sejak Angga pindah dan lebih banyak berinteraksi dengan pemilik tanah dan tentu saja bantuan dari para pemuka masyarakat, Angga bisa dengan lebih mudah bernegosiasi dengan mereka. Tentu saja semua juga ada campur tangan pak Zul yang membantunya. Ah pak Zul. Jika mengingat nama itu, wajah Dina yang kembali melintas.

Sea Of LOVE 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang