🌿 17. Propose to You 🌿

3.1K 445 104
                                    


"Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya adalah cinta kepada sesama"

🌿🌿🌿


     Memantapkan hati tentang sebuah pernikahan nyatanya tak semudah memantapkan hati ketika memilih jurusan kuliah. Meski memilih jurusan kuliah pun menjadi hal yang rumit buat mereka yang tak paham passion dan keinginannya.

    Ketika usia menjadi patokan, namun tetap saja itu tak bisa membuat hati mantap maksimal. Toh kedewasaan tak berbanding lurus dengan usia. Meski masih muda belia, punya kemauan plus kemampuan lantas punya kemantapan ya sudah menikahlah.

    Ada beberapa orang yang merespon lama tentang suara hatinya menyangkut asmara. Tak sekedar ya aku suka dia, titik ayo maju. Atau komentar netizen yang sangat umum, ayo buruan dilamar nanti ditikung lho. Karena sebetulnya bukan masalah siapa cepat dia dapat. Siapa siap ia menikung. Bukan. Tentu semua sesuai garisan takdir sang Rabb, kemana arah kemantapan hati. Siapa yang memang hendak disandingkan dalam kehalalan. Meski datang lebih belakangan.

    Dua hari ini Angga sungguh susah tidur. Pikirannya suka kemana-mana. Bukan. Lebih tepatnya pikirannya suka  memikirkan Dina. Semakin dipikirkan semakin membuat Angga tak tenang. Entah sebetulnya apa yang membuatnya tak tenang.

    "Pak Angga menunggu apa lagi toh. Sebetulnya kalau sudah merasa klik ya langsung aja toh bos. Toh tinggal lompat depan rumah bilang Dina mau ndak jadi istri saya?" Angga mengingat celoteh Yudi kemarin. Makin hari ucapan sopir rasa temannya itu memang benar. Meski Angga juga meragukan apa Yudi juga bisa melakukan semua teorinya. Tentu saja karena Yudi pun sama jomblonya dengan usianya yang juga cukup matang.

    "Lha kamu sendiri gimana?" Balas Angga waktu itu.

    "Kalo saya ini kan usia udah pas, tapi penghasilan masih pas-pasan boss" sahut Yudi sambil cengengesan.

    "Lha kalau si boss kan usia lebih dari pas, penghasilan luar biasa pas juga. Pas memenuhi semua keinginan istri, bahkan pas bisa dipakai beli pulau sekalipun" lanjut Yudi tetap dengan kekehannya.

    Angga tak menjawab. Ia membiarkan sopirnya itu terus berceloteh tak jelas. Pikirannya masih dipenuhi maju mundur memantapkan hati serius dengan Dina.

    "Jangan baperin anak gadis orang terus bos. Kualat lho nanti. Susah dapet jodoh" masih terdengar celoteh Yudi.

    "Kamu mengingatkan apa nyumpahin?" Tanya Angga sedikit kesal. Masak dirinya dibilang kualat susah dapat jodoh.

    "Tergantung dari sudut mana memandangnya bos"

    Angga lagi-lagi cuma terdiam. Susah memang menyangkal ucapan sopirnya yang selalu kebetulan benar itu.

    Angga menatap langit-langit kamar. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Suara hewan malam makin nyaring terdengar seiring makin heningnya suasana.

    Sejak kepulangannya dari Surabaya, bertemu dengan keluarganya seharusnya membuat Angga makin semangat. Bertemu dengan kedua adiknya merupakan charge tersendiri buatnya. Apalagi kini mereka makin asyik jika diajak diskusi tentang agama. Anggi banyak memberi masukan buatnya. Kalau boleh jujur, Angga masih ingin menginap di sana. Tapi di satu sisi ia merasa ingin balik ke rumah ini. Apalagi alasannya kalau bukan karena ingin merasa selalu berada di dekat Dina. Toh adiknya sepertinya akan libur cukup panjang. Jadi besok weekend, Angga berencana akan balik lagi ke Surabaya.

    Angga menghela napas dalam. Netranya terus saja mengerjap. Belum bisa sedikit pun memejam.

    "Kak Angga masih belum bisa move on dari mbak Arin?" Angga mengingat obrolan face to face dirinya dengan Anggi kemarin.

Sea Of LOVE 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang