"Dina..."Mas Ardian"
Dina terdiam dan terpaku di tempatnya. Sedikit bingung harus beresksi bagaimana di depan lelaki itu. Lelaki yang sekitar tiga tahun yang lalu sempat mengajaknya ta'aruf.
Berbeda dengan Dina yang cuma diam, Ardian malah tersenyum dengan binar mata sangat senang.
"Gimana kabarmu Din, tak mengira bisa ketemu disini" ucap Ardian tetap dengan senyumnya.
Dina menelan salivanya susah payah. Menetralisir rasa gugupnya. Ah, kemungkinan untuk bertemu dengan lelaki ini sama sekali tak pernah diperhitungkan oleh Dina. Bahwa adik Ardian bersekolah di tempat yang sama dengan Dilla.
"Ehem, baik..." sahut Dina pendek. Dilemparkan pandangannya ke arah gerbang berharap Dilla segera keluar.
"Kamu masih seperti yang dulu. Tetap cantik..."
"Mm, maaf mas. Dina mau cari Dilla ke dalam" Dina ingin menghindari Ardian dengan masuk ke dalam sekolah. Jujur ia tak ingin mendengar apapun yang ingin dikatakan lelaki itu.
Tapi suara Ardian menghentikan langkahnya. Lelaki itu makin mendekat ke arahnya. Sedikit tak enak jika ada orang lain melihat mereka.
"Din, plis. Aku minta maaf tentang masalah ibuku. Seandainya boleh aku ingin mengulang langkah baru untuk taaruf lagi. Dan..."
"Mas Ardian..." suara cempreng dengan wajah jutek tiba-tiba sudah ada di samping Dina.
Gadis remaja berhijab pendek itu melirik sinis ke arah Dina.
"Jangan macam-macam deh mas. Nanti aku bilangin ibu lho..." gadis remaja yang ternyata adik Ardian itu menatap Dina sinis. Membuat Dina bergidik. Bukannya takut pada gadis ingusan semacam itu. Tapi Dina malas saja meladeninya. Ia masih tahu malu jika harus ribut di depan sekolah begini. Bagaimanapun dirinya seorang guru.
"Maaf, permisi..." Dina sudah hendak melangkah menuju gerbang, ketika sebuah tangan menahan Dina.
"Mas Ardian ngomong apa tadi sama mbak. Jangan bermimpi balik lagi sama mas Ardian deh" gadis ingusan itu ternyata berani juga.
"Ren, sudah. Ayo pulang..." Ardian membentak adiknya dengan menekan suaranya agar tak didengar orang lain.
"Awas aja ya, aku aduin ibu..." gadis berwajah jutek itu mengulang ucapan berisi ancaman itu.
"Sudah ayo pulang..." Ardian sedikit kasar menarik tangan adiknya.
"Ada apa mbak?" Dilla setengah berlari menghampiri Dina. Ia sempat melihat Dina bicara dengan Ardian dan adiknya sewaktu baru keluar dari gerbang sekolah.
Dina menghela napas. Menetralisir emosi yang meski ditahannya sempat juga tersulut. Adik Ardian itu, benar-benar jiplakan ibunya. Gak mbuak kata orang jawa.
"Mbak Dina dikata-katain sama dia? Si somsek OKB itu?" Tanya Dilla sedikit emosi karena Dina masih diam tak menjawab.
"Eh sudah ah. Ayo pulang. Lihat itu orang pada lihat kamu dikira marah sama mbak" sahut Dina berusaha mengembalikan ketenangannya. Segera dipakainya lagi helm nya dan naik ke atas motor.
"Lha ayo, naik. Sudah siang nih. Keburu hujan lho. Tuh sudah mendung" kata Dina ketika Dilla malah masih bengong dengan muka mencebik.
🌿
"Mbak, ayo deh cerita ke Dilla. Itu tadi siang si somsek Reni itu ngomong apa ke mbak Din" tanpa mengetuk pintu, Dilla langsung masuk dan mencecar Dina dengan pertanyaan yang sedari siang disimpan oleh Dilla. Pasalnya sepulang dari menjemputnya, kakaknya itu malah keluar lagi untuk menata rumah kosong yang dijadikan anak-anak TPA tempat mengaji selama masjid direnovasi. Rumah itu memang masih nampak berantakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/244939036-288-k221451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Of LOVE 1
SpiritualSpin off Stay With me in Love Semua orang mempunyai potensi menjadi buruk pun juga baik. Bahwa Al Khaliq telah memberi segenap rasa tentang kesadaran sebuah hati. sejatinya semua ingin menjadi baik. Dalam hati terdalam selalu ada keinginan untuk me...