🌿 7. Step Up 🌿

3.1K 393 34
                                    


"Cantik seperti kamu"

     Dina melihat lelaki yang baru seminggu lalu ia kenal. Lebih tepatnya ia tahu, Dina belum kenal kecuali hanya tahu namanya Angga. Dan tentu saja karena lelaki itu ada hubungannya dengan mobil yang ditabrak Dilla.

    Dina terkesiap, terpaku di tempatnya. Kenapa lelaki bernama Angga itu tiba-tiba ada di sini? Kenapa dengan santainya lelaki itu masuk ke dalam rumah ini? Jangan-jangan lelaki itu mengintainya dari tadi. Eh, mana mungkin. Tadi saat dirinya masuk ke rumah ini, tak ada orang selain bapaknya. Berbagai pikiran berkecamuk di kepala Dina.

     Sedang Angga, malah menyilangkan kedua tangannya di dada. Menyandarkan tubuhnya di tembok pembatas antara taman belakang dengan dapur.

    "Kenapa berhenti, diteruskan itu menyiram sambil ngobrol sama bunga-bunga. Biar bunganya juga ketularan cantik seperti yang nyiram" ucap Angga sambil terus menatap Dina yang sore itu memakai gamis rumahan warna abu dan hijab panjang berbahan kaos warna hitam.

     Dina masih tak bergeming. Pikirannya masih berputar sendiri. Ia berharap bapaknya tak bertemu dengan Angga. Bisa terbongkar rahasia tentang tabrakan mobil yang dilakukan Dilla.

    "Ba...bapak ngapain kesini?" Tanya Dina sedikit panik.

    Angga bergaya mengernyitkan dahi. Masih tetap bersandar di dinding dan kini ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana panjangnya. Melihat gaya Angga, mengingatkan Dina pada gaya aktor drakor yang sering dilihat adiknya. Kalau tak salah judulnya What's wrong with secretary Kim. Eh, kenapa juga Dina malah mengingat-ingat judul drakor. Habis gaya lelaki di depannya itu mirip pemeran utama pria yang seorang CEO itu. Persis seperti Angga sekarang ini.

    "Memang kenapa?mau dimana saja kan terserah saya" jawab Angga cuek.

     "Tapi ini kan rumah bu Hamidah"

    "Saya tahu. Tapi kan ini bukan rumah bu Hamidah lagi" sahut Angga tak mau kalah.

    "Oke. Kalau bapak mau membahas masalah ganti rugi mobil, jangan disini. Diluar saja..."

    "Baik. Mau dimana? Di rumah kamu?"

    "Eeh...jangan" spontan Dina menjawab. Mana mungkin malah dibahas di rumahnya.

    "Terus maunya dimana?saya nurut saja sama kamu" Angga menahan senyum demi melihat wajah cantik Dina sedikit panik. Angga mulai paham kalau Dina tak mau bapaknya tahu kelakuan adiknya.

     "Saya belum punya ide. Tapi pokoknya jangan di rumah, saya..."

    "Lho, nak Angga sudah disini"terdengar suara bapak memasuki rumah. Membuat Dina tak jadi melanjutkan kalimatnya.

    Angga menegakkan badannya. Mengukirkan senyum dan mengulurkan tangan pada pak Zulkarnaen.

    "Iya, pak Zul. Saya sudah disini sepuluh menitan. Langsung ke belakang karena melihat kok seperti ada bidadari sedang menyiram bunga. Saya sedikit takut, kan rumah ini sudah beberapa hari kosong"

    Pak Zulkarnaen tertawa mendengar ucapan Angga. Lelaki paruh baya yang ramah dan sabar itu menerima jabat tangan dari Angga. Sedang Dina memandang sebal ke arah Angga. Apa maksudnya coba. Memang dikira dirinya hantu gitu. Biasanya rumah kosong kan menjadi tempat favorit para jin tak kasat mata.

    "Hehe...nak Angga bisa aja. InsyaAllah selama hati kita bertaut pada Allah, lisan selalu basah dengan dzikrullah, jin buruk tak mau mendekat atau menggoda kita nak Angga" sahut pak Zulkarnaen dengan tawanya.

    "Oh begitu ya pak Zul. Habis saya melihat makhluk yang cantiknya kelewatan pak" pak Zul kembali tertawa. Angga hanya melirik Dina yang makin menampakkan wajah sewotnya.

Sea Of LOVE 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang