"Mungkin matahari masih terbit esok hari. Tapi belum tentu esok kau juga bisa melihat terbitnya matahari. Karena tak ada yang menjamin hidup seseorang. Maka bertaubatlah hari ini. Jangan tunda esok"🌿🌿🌿
Setiap kehidupan mempunyai fasenya. Ada tiap tahap dimana tak manusia yang stagnan. Tiap manusia pasti akan terus maju melangkah mengalami sebuah perubahan yang bernama proses kehidupan.
Tiap orang pasti memiliki memori dari waktu yang telah dilewati. Tiap orang pasti juga memiliki harapan dan cita-cita dari waktu mendatang yang akan dilewati. Bahwa tiap orang memiliki prosesnya, yang tak akan sama satu dengan yang lain.
Ada kalanya seorang dihadapkan pada kenangan lalu ketika harus memutuskan sebuah masa depan. Bayangan cerita tak nyaman, terkadang membuat ragu berbuat. Merasa apa yang terjadi akan sama. Itulah yang disebut sebagai kelemahan manusia. Over thinking, merasa ragu, takut akan begini dan begitu. Lupa kalau ada sang Maha Besar sebagai penentu.
Bisa dibilang itu wajar dan manusiawi. Karena tak ada manusia yang ingin jatuh pada lubang yang sama. Semua ingin masa depannya indah dan bahagia. Tetapi diatas segala pikiran yang dibilang wajar dan manusiawi tadi, ada sebuah kekuatan serba Maha yang harus diyakini. Tak ada yang tak mungkin. Tak ada yang sulit jika sang Rabb menghendaki. Bahwa kenangan atau masa depan merupakan rangkaian takdir yang memang wajib dipercayai sebagai kebaikan terindah dari Al Khaliq. Bukankah terbaik menurut manusia belum tentu terbaik buat Al Khaliq begitu juga sebaliknya.
Pak Zul melipat sajadah warna hijaunya. Kemudian ia berpindah duduk di ranjang besi yang terlihat mulai kusam warna hijaunya. Diusapnya sejenak wajah yang masih lembab air wudhu dengan telapak kanannya. Sholat malam sekaligus sholat istikhoroh baru saja ia tunaikan.
Ah Ya Rabb...pak Zul menyandarkan tubuh ke sandaran ranjang. Semua percakapannya dengan Angga kemarin diingatnya.
"Maafkan saya pak Zul. Saya sejak awal sudah tertarik pada Dina. Lebih tepatnya sejak..." Angga menggantung kalimatnya. Agak ragu hendak menceritakan tabrakan yang dilakukan Dilla pada mobilnya. Awal dimana ia melihat Dina untuk pertama kalinya.
"Sejak apa nak Angga?"
"Sejak terjadi tabrakan antara motor Dilla dengan mobil saya"
Untuk beberapa menit ke depan, pak Zul membiarkan Angga menceritakan semua yang memang ingin pak Zul dengar. Sedikit demi sedikit segala tanya tentang diri seorang Airlangga Putra Pratama, mulai pak Zul tahu. Bahkan kali pertama itulah pak Zul baru menyadari bahwa nama Pratama yang tertera di belakang nama Angga adalah Pratama sang konglomerat pemilik Pratama group. Sebuah perusahaan properti yang cukup dikenal di Jawa Timur dan beberapa kota di luar jawa.
"Jadi maksud nak Angga menceritakan semua ini?"
Angga terlihat menghela napas sangat dalam. Sedalam rasa yang ia simpan terhadap putri dari lelaki yang kini ada di hadapannya. Ia mengingat semua ucapan Yudi juga ceramah yang sempat ia dengar. Bahwa apapun yang terjadi, ia harus jujur. Itu modal utama buatnya. Dan jujur membuatnya tenang.
"Saya...saya ingin meminta ijin pada pak Zul untuk meminang Dina..."Angga sungguh lega akhirnya bisa mengucapkan kalimat itu di hadapan pak Zul.
Pak Zul diam sesaat. Mencari kata untuk menjawab permintaan pemuda tampan di depannya itu. Permintaan Angga bukan main-main. Angga meminta sesuatu yang sangat berharga dan sangat dicintainya. Pemuda itu meminta anak gadisnya. Putri yang sudah ia rawat dengan penuh cinta dan sayang sejak lahir hingga dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Of LOVE 1
SpiritualSpin off Stay With me in Love Semua orang mempunyai potensi menjadi buruk pun juga baik. Bahwa Al Khaliq telah memberi segenap rasa tentang kesadaran sebuah hati. sejatinya semua ingin menjadi baik. Dalam hati terdalam selalu ada keinginan untuk me...