Dina baru saja keluar dari kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuh yang tadi terasa penat berangsur hilang. Empat hari ini Dina memang harus mengikuti lokakarya materi matematika untuk sekolah menengah pertama yang diadakan di kantor Dikbud kota Mojokerto. Bagi Dina, jika disuruh memilih, dirinya lebih senang mengajar para muridnya di depan kelas dibanding duduk berjam-jam sambil mendengarkan ceramah ilmiah. Rasanya berkali lipat lebih melelahkan. Tapi mau bagaimana lagi, itu memang salah satu tugasnya sebagai guru PNS.
Dina pun berjalan menuju kamarnya masih dengan handuk melilit di leher. Rambut hitam sebahu, dibiarkan terurai mendapatkan udara. Seharian ditutup kerudung tentu terasa lembab.
Diliriknya jam di dekat dapur yang menunjukkan pukul lima sore kurang. Rumah kelihatan sepi. Dilla pasti berada di rumah tempat anak TPA mengaji, mengajar anak-anak kampung yang tak kenal lelaj belajar membaca dan menghapal Quran. Dina bersyukur, Dilla akhir-akhir ini tampak ikhlas menggantikannya mengajar anak-anak TPA tersebut. Padahal awal-awal dulu, Dilla suka mengeluh tak jelas jika dimintai tolong menggantikan mengajar mengaji.
"Dih, mengurangi jam tidur Dilla deh ah" gerutu Dilla waktu itu.
"Gak boleh ngedumel Dil. Sebuah perbuatan itu baru bernilai pahala jika terpenuhi dua hal, niat yang benar dan ikhlas karena Allah" jawab Dina mengambil bunyi hadist riwayat Bukhari dan Muslim.
"Iya deh iya. Habis mbak Dina kenapa akhir-akhir ini suka jarang masuk ngajar juga. Kapan nih Dilla santuy sama nerusin streaming drakor true beauty" Dilla masih saja ngedumel dan selalu bawa-bawa drakornya.
"Justru kamu tuh ya kudu terimakasih sama mbak Dina" sahut Dina sambil memeluk adiknya yang merengut tak jelas itu.
"Ih, kok malah disuruh terimakasih. Nggak lah yaw" Dina malah makin tersenyum lebar melihat bibir adiknya yang malah maju lima senti itu.
"Lha iya lah yaw. Kalau kamu lihat drakor sama tiduran, kamu tuh gak dapat pahala apa-apa. Malah bisa-bisa dapat dosa karena melihat adegan tak semestinya. Waktumu hilang tanpa amalan yang berpahala. Rugi kan..." Dina menjeda kalimatnya. Dilla masih terdiam mendengarkan.
"Tapi kalau kamu buat ngajar anak-anak kecil itu mengaji, pahalamu tuh mengalir terus lho. Anak-anak itu bisa mengaji karena kamu mengajari mereka. Dan setiap mereka mengaji sampai kapanpun, kamu pun juga dapat pahalanya. Itu namanya amal jariyah Dil. Ilmu mu bertambah dan barokah, pahala terus mengalir. Kurang keren apa coba" Dina makin mengeratkan pelukannya.
"Hmm, iya deh iya..." itu reaksi Dilla yang kelihatannya sudah tak punya jawaban lagi buat mbaknya.
Dina tersenyum sendiri bila mengingat obrolan itu. Berharap adiknya terus menjadi baik dan baik. Serta makin dewasa dan memahami bahwa hidup tak sekedar berhalusinasi ala drama korea.
Dina menyurai rambut hitam legamnya sejenak setelah rapi dengan daster panjangnya. Bapak pun belum pulang. Dina menebak, bapak pasti sudah berada di masjid bersama para takmir. Akhir-akhir ini para takmir memang sering sibuk semenjak masjid direnovasi.
"Assalamualaikum..." terdengar suara orang memberi salam di luar. Sepertinya ada tamu. Membuat Dina bergegas keluar kamar setelah memakai kerudung instannya dan membuka pintu depan.
"Waalaikumsallam" jawab Dina sembari membuka pintu.
"Lho Lani..." terlihat Lani sudah berdiri di depan pintu.
"Hai Din, Alhamdulillah kamu sudah pulang"
"Eh iya, ayo masuk" kemarin-kemarin Dina memang pulang selepas maghrib. Dina sama sekali tak ke sekolah. Karena dari rumah ia langsung berangkat ke kantor Dikbud untuk mengikuti lokakarya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Of LOVE 1
SpiritualSpin off Stay With me in Love Semua orang mempunyai potensi menjadi buruk pun juga baik. Bahwa Al Khaliq telah memberi segenap rasa tentang kesadaran sebuah hati. sejatinya semua ingin menjadi baik. Dalam hati terdalam selalu ada keinginan untuk me...