🌿 6. Starting Step with Angga 🌿

3.1K 413 45
                                    


"Tidaklah Allah memberikan kepada seorang hamba ilmu pengetahuan kecuali kepada para pemuda, karena banyak kelebihan dan kebaikan yang terdapat di dalamnya"

- Ibnu Abbas -

🌿🌿🌿

     Tampang rupawan, fisik sempurna, mulai mengejar karir, fisik gagah tegap nan elok. Itulah masa muda. Masa dimana dikatakan puncak optimalisasi. Sehat secara fisik, matang secara hormon, optimal dalam berpikir, mulai menata karir gemilang. Perfect.

    Saat masa muda pula, godaan syahwat seringkali menyapa. Di saat semua yang ada dalam dirinya mencapai maksimal. Di pikiran mereka, hidup masih panjang. Masa muda harus diisi dengan kesenangan dan memuaskan diri. Justru karena sadar ketika tua mereka tak akan bisa melakukan itu.

     Siapakah pengunjung diskotik, klub malam atau tempat hiburan malam terbanyak? Anak muda. Siapakah yang memenuhi taman di malam minggu untuk memadu kasih alias maksiyat? Anak muda. Siapakah yang memenuhi shaf sholat di surau atau langgar? Orang tua. Yah begitulah faktanya.

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda :
"Tidak akan bergeser kaki seorang manusia dari sisi Allah pada hari kiamat, sampai dia ditanya tentang lima perkara ; tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya darimana diperoleh dan kemana dibelanjakan serta bagaimana dia mengamalkan ilmunya" (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

    Bahwa usia bukanlah sekedar deret angka. Tapi usia adalah deret ukur. Mengukur seberapa dekat dengan waktu hidup di dunia. Bukankah waktu hidup di dunia berakhir tak harus menunggu angka yang banyak. Karenanya sang Rabb menanyakan secara khusus "Untuk apa masa mudamu" dan "untuk apa hidupmu". Tak ada pertanyaan "untuk apa masa tua mu".

    Angga membuka kamarnya lebar-lebar. Sejuknya hawa pagi menyeruak masuk dengan leluasa. Sungguh nikmat jika dihirup dalam-dalam untuk memaksimalkan kadar oksigen dalam paru.

    Langit belum sepenuhnya terang. Rangkaian fajar belum luruh sempurna tergantikan awan biru. Hari memang masih sangat pagi. Baru setengah jam yang lalu adzan subuh berkumandang.

     Angga melemparkan pandangan ke arah taman depan. Lampu hias di taman tersebut masih menyala.  Kamarnya yang berada di lantai satu, memang mempunyai jendela besar yang menghadap ke perkarangan rumah. Perkarangan rumah yang cukup luas, bisa menampung tiga buah mobil di sana. Terdapat pohon mangga dan beberapa pohon besar lainnya dengan hamparan rumput hijau menyegarkan mata.

    "Sudah bangun den?" Pak Hajar yang sedang menyapu dedaunan kering yang berserakan di perkarangan depan menyapa Angga.

    Angga hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Hari ini adalah hari Minggu. Tentu saja Angga tak ada jadwal ke kantor.  Dan hari ini adalah rekor terbaik yang bisa dibuat Angga, ia bangun tepat di saat adzan subuh berkumandang. Meski tetap hanya melaksanakan sholatnya sendiri di kamar, itu merupakan hal yang menggembirakan buat seorang Angga. Ia tidak kesiangan untuk sholat subuh. Biasanya Angga baru bangun dan melaksanakan sholat subuh ketika saat matahari mulai menyapa.

    "Sini den, udaranya seger kalau pagi begini" seru bu Narti yang sedang menyiram tanaman yang ada di perkarangan.

    "Iya sini Ga, duduk-duduk sini sama mama" seorang perempuan cantik paruh baya yang berdiri tak jauh dari bu Narti melambaikan tangannya.

     "Iya Ma, sebentar" Angga pun segera keluar dari kamarnya menuju ke depan rumah.

     "Angga kira mama masih tidur" sapa Angga kala sudah berada di dekat mamanya. Sejak sabtu kemarin, mamanya menginap di rumah ini. Wanita paruh baya itu tentu saja sangat merindukan putra sulungnya itu. Sejak Angga pindah ke kota ini, praktis bu Ayu tak bisa tiap hari berjumpa dengan Angga. Meski sebetulnya dahulu pun mereka berdua tak tiap hari juga bertemu meski tinggal serumah. Hal itu lebih disebabkan Angga yang suka pulang larut malam, pagi sudah berangkat ke kantor hingga malam lagi.  Sejak Angga pindah, bu Ayu dan pak Pratama memang sering mengunjungi Angga. Mereka lebih senang mereka yang mengunjungi daripada Angga yang ke Surabaya. Tentu saja karena mereka tak ingin ada akses lagi antara Angga dengan teman-teman dugem nya. Hanya Ardan yang mereka perbolehkan berhubungan baik dengan Angga.

Sea Of LOVE 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang