"Bapak-bapak mencari siapa?"Angga dan Yanuar spontan menoleh ke arah suara yang berasal dari belakang mereka. Jika Yanuar hanya memandang datar dengan senyum tipis memandang wanita tersebut, tidak dengan Angga. Pandangan Angga tajam tepat menuju manik mata wanita cantik berhijab lebar warna marun.
Mendengar suara kakaknya sudah ada di depan rumah, Dilla yang sedari tadi memang masih berdiri di balik pintu langsung membukanya. Wajah takut dan bingung tampak jelas di wajah Dilla.
"Mbak Din..." Dilla memanggil Dina dengan pintu yang sengaja hanya dibuka sedikit.
"Sini..." seru Dilla hanya dengan menggerakkan bibirnya. Namun Dina bisa membaca gerak bibir adiknya. Dina segera memutus pandangannya pada Angga dan segera mendekati pintu rumah.
"Mm..kami sedang mencari..." ucapan Yanuar terpotong kala Dilla dengan cepat menarik tangan Dina.
Brakk...
Dengan cepat Dilla membanting menutup pintu rumahnya lagi. Membuat Yanuar sedikit berjingkat. Sedang Angga masih dengan wajah datar menekan pelipisnya. Sepertinya masalah proyeknya bisa bertambah lagi.
"Kok kamu tutup pintunya Dil? Kamu nih kenapa?" Cecar Dina melihat wajah panik adiknya.
Dilla meremas telapak tangan kakaknya. Sungguh kedatangan dua orang lelaki yang berdiri di depan rumahnya suatu kemungkinan yang 0,01 persen ada dalam pikirannya. Dan detik ini itu terjadi.
"Dil..." Dina mengguncang pundak Dilla.
"Mbak...Mm...itu...itu.. si pemilik mobil kemarin" akhirnya Dilla bisa mengatakannya.
Mendengar ucapan Dilla tak ayal membuat Dina juga terkejut. Ia sama sekali tak mengiranya. Bahkan Dilla katanya memberi nomer telepon palsu. Dan kini si pemilik mobil itu sudah ada di depan pintu rumah mereka. Darimana mereka bisa tahu alamat rumah mereka.
Tok...tok...
Terdengar ketukan pintu dari luar. Membuat Dina dan Dilla saling berpandangan dengan saling menautkan telapak tangan mereka.
"Duh, gimana nih mbak?"
Dina menarik napas panjang. Hendak menenangkan paniknya sendiri. Jika Dilla panik, tentu saja Dina tak boleh ikut-ikutan panik. Bukankah kemarin dia memang ingin bertemu dengan si pemilik mobil yang ditabrak Dilla. Supaya ia bisa mempertanggungjawabkan perbuatan adiknya. Dan mungkin memang Allah memberinya jalan.
"Kita buka saja pintunya Dil. Mbak yang akan menghadapinya" Dina menepuk punggung tangan Dilla hendak meyakinkan.
Dina pun memegang daun pintu dan segera membukanya.
"Mm...silahkan masuk" Dina langsung mempesilahkan kedua lelaki di depannya itu masuk ke ruang tamu.
Angga dan Yanuar sekilas saling memandang.
"Baiklah. Kami masuk" Angga yang menjawab dan tanpa diperintah dua kali langsung mengambil duduk di kursi yang di ruang tamu sederhana itu.
Dina pun juga mengambil duduk di kursi kayu yang ada di seberang Angga dan Yanuar duduk. Ada meja kaca kecil yang memisahkan. Dilla sudah hendak melarikan diri masuk ke dalam. Namun tangan Dina menahannya. Terpaksa Dilla memilih duduk di samping Dina sambil terus menundukkan kepala. Dua tangannya saling ia tautkan. Menahan getar takut pada dirinya. Dilla paham betul kalau dirinya itu memang bersalah.
"Kami ke sini mencari pak Zulkarnaen. Betul kan ini rumahnya?" Yanuar yang memulai pembicaraan.
"Mbak..." Dilla berbisik pada Dina. Dilla tak ingin bapaknya tahu masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Of LOVE 1
SpiritualSpin off Stay With me in Love Semua orang mempunyai potensi menjadi buruk pun juga baik. Bahwa Al Khaliq telah memberi segenap rasa tentang kesadaran sebuah hati. sejatinya semua ingin menjadi baik. Dalam hati terdalam selalu ada keinginan untuk me...