“Bisakah aku memulai berbicara?”
Ucapku untuk memecah keheningan.
Dan disinilah aku berada.
Dikursi taman dimana aku melepaskan semua kesulitan ku dihadapan pria yang sama sekali tidak aku pikirkan sebelumnya untuk membagikan cerita ku kepadanya.
Awalnya, aku ragu untuk menceritakan semuanya. Tetapi di lubuk hatiku yang dalam, aku merasa aku harus menceritakan ini.
Aku menarik nafas ku dalam dan menghembuskannya pelan.
“Aku pasti bisa menceritakan ini sampai akhir tanpa harus mengeluarkan air mata lagi ” Batin ku didalam hati.
Melihat aku yang baru saja menghela nafas, pria disebelah ku ini mulai berbicara.
“Sesiap kau saja untuk bercerita kepada ku Hyori, jika kau sudah siap untuk bercerita kepada ku, aku akan mendengarkan mu. Jika kau belum siap tidak apa-apa. Buat senyaman mu saja.” Ucap pria yang berada disamping ku sambil mengelus kepala ku lembut, Jeon Jungkook.
Aku menoleh ke pria itu dan tersenyum tipis.
“Aku sudah memendam ini terlalu lama. Aku ingin membagikan cerita ku ini kepada orang yang sudah membuat ku nyaman, itu kau oppa.” Ucap ku.
“Hei jangan membuat aku tersipu begini. Aku akan susah tidur nanti malam dan terus memikirkannya. Kau mau tanggung jawab soal itu hm?” Jawabnya dengan santai.
“ehh..?”
Aku tidak tahu harus menjawab apa, pria ini benar-benar tahu bagaimana cara membuat orang salah tingkah ketika berada didekatnya.
“Hahaha.. aku bercanda. Aku tahu itu, jika seseorang sudah menangis di hadapan ku dan sudah mulai menceritakan tentang hidupnya, berarti seseorang itu sudah mulai percaya pada ku. Terima kasih sudah memberikan kepercayaan ini kepada ku. Aku janji akan selalu menjaga kepercayaan ini dari mu.” Ucapnya sambil mengeluarkan jari kelingking nya kepada ku.
“Hmm, terima kasih oppa.” Ucapku sambil melingkarkan jari kelingking ku ke jarinya.
“Kau boleh cerita sekarang, aku akan mendengarkan mu.” Ucap pria itu sambil menatap ku dalam.
Mendengar apa yang baru saja ia katakan. Aku mulai sedikit berbicara dengan tenang.
“Jadi... Dahulu, aku memiliki seorang teman. Kami sangat dekat, perteman kami sudah hampir 10 tahun. Kami berteman sejak aku masih anak-anak. Tetapi....”
Setelah aku bercerita, aku menoleh untuk melihat wajahnya.
Bisa kulihat wajahnya begitu bingung dan bertanya-tanya.
“Oppa, kau mengapa?” Ucapku bertanya kepadanya.
“Tidak, lanjutkan saja. Tiba-tiba aku seperti merasakan deja vu. Tidak apa-apa”
Jawabnya yang sukses membuat jantung ku berdegub kencang.
Dengan detak jantung yang terus menerus berdetak cepat, aku kembali melanjutkan cerita ku.
“Baiklah, akan aku lanjutkan. Awalnya pertemanan kami baik-baik saja, sampai dimana dia mengalami suatu kejadian yang sangat tidak bisa aku lupakan. Akhirnya dia melupakan aku. Walaupun aku berada didekatnya dia sama sekali tidak bisa mengingat ku. Aku sangat merindukan dia, aku rindu saat-saat kami bersama. Dan itu membuat ku sakit jika terus menerus melihat dia.” Ucapku panjang lebar.
Dia terdiam sekian beberapa detik dan merespon perkataan ku.
“Jadi.... kau harus bagaimana? Kau mau melupakan dia......atau, terus mau mengingat dia, walaupun dia sama sekali tidak bisa mengingat mu?” Ucapnya dengan hati-hati.
“Awalnya ku pikir, saat dia melihat ku, dia akan mengingatnya. Tetapi semakin lama sepertinya dia sudah sangat melupakan aku.” Ucapku kembali.
“Jadi..??” Ucapnya bertanya kepada ku.
“Sepertinya aku juga harus melupakannya, karena akan sakit bagi ku kalau terus mengharap dia mengingat ku kembali.” Ucapku.
“Jika, dia mengingat mu bagaimana?” Tanya nya.
Deeggg!!!
Jantung ku berdegub kencang kembali.
Aku tak tahu mengapa, tetapi yang pasti tiba-tiba saja tubuh ku bereaksi lagi dengan perkataan yang Jungkook baru saja katakan.
“Jika pun kalau dia mengingat ku, akan sangat berbahaya bagi ku dan dia. Situasi sekarang sangat tidak bisa kami jalani. Aku takut, aku bingung harus berbuat apa, ini membuat ku terus menerus berpikir.” Ucapku dengan nada yang sedikit kecewa.
5 sampai 10 detik pun berlalu.
Pria ini terdiam, bisa ku lihat wajahnya sangat serius dan bingung.
Dia seperti akan mengatakan sesuatu, tetapi dia harus menimbang-nimbang apa perkataan ini pantas untuk dia ucapkan.
Sekian detik aku berbicara untuk memecah keheningan ini.
“Oppa, kau....”
Baru saja aku berbicara dia memotong perkataan ku.
“Kalau kau ingin melupakan dia, aku akan membantu mu.” Ucapnya.
Kaget, aku langsung menengok kearah Jungkook. Aku tak percaya dia akan mengatakan hal itu.
Aku terdiam, dan dia melanjutkan perkataannya lagi.
“Tetapi itu kembali kepada mu, itu keputusan mu, aku tidak bisa memaksamu. Bagaimana?” Ucapnya kembali.
“Bagaimana caranya kau membantuku oppa?” Tanya ku.
“Kau bisa berada didekat ku seterusnya sampai kau benar-benar lupa dengan dia. Aku bisa menjadi bagian dihidupmu sekarang. Kau tidak perlu takut, jika kau takut kau bisa datang pada ku dan ceritakan apa ketakutan mu. Kau tak perlu memikirkankan hal lain. Sekarang aku ada disini untuk mu. Jadi jangan pikirkan dia lagi, aku tak mau melihat mu sakit lebih lama lagi.”
Yang benar saja, aku kembali menangis setelah mendengar apa yang Jungkook katakan. Sudah sangat lama aku tidak mendengarkan kata-kata yang seperti ini. Hati ku benar-benar luluh setelah sekian lama keras seperti batu.
Dan dengan hadirnya lelaki ini, ia bisa meluluhkannya dengan perkataan yang baru saja ia katakan.
“Jangan menangis lagi, ada aku disini. Kau bisa berbagi kesulitan mu sekarang kepada ku.” Ucapnya sambil mendekat dan memelukku erat.
“.....O..oppa...” Ucapku dengan suara yang serak.
“Hm?”
“Mulai sekarang aku akan melupakannya.” Ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Idol - [END]
FanfictionBagaimana kisah seorang FANGIRL biasa yang menjadi seorang trainee dan debut di 1 Agensi tempat BIASnya juga debut??