Part (8) - Menyetujinya?

1.5K 99 0
                                    

Bagaimana ini? Semua orang mengatakan bahwa aku harus menyetujuinya. Karena bakat ku ini tidak harus di pendam. Tetapi hati ku masih ragu. Aku takut. Aku takut terjadi hal-hal yang tidak tidak. Apalagi jika aku harus meninggalkan keluarga ku dan sahabat ku.

Kemarin aku menghubungi orang tua aku melalui via video call di laptop ku. Aku menghubungi mereka pada jam 2 dini hari. Karena mereka pasti sedang istirahat makan siang disana. Aku menelpon dan berbicara banyak mengenai hal yang sedang menimpa ku saat ini. Awalnya wajah ayah ku terlihat sedikit tidak menyetujinya. Ia takut putri yang ia sayangi akan mengalami hal-hal yang seharusnya tidak aku alami.
Berbeda dengan Ibu ku, Ibu ku menyetujuinya. Karena ia selalu mendukung apa yang putrinya ingin kan. Bahkan ia memberi ku semangat dan dukungan yang lebih.
Bahkan ia mengatakan bahwa ia akan menjadi fans ku yang pertama. Hahaha Ibu memang seperti itu.

Tetapi aku senang. Karena walaupun orang tua ku berkerja jauh di negri orang tetapi sifat mereka sama sekali tidak berubah. Mereka tetap menjadi orang tua ku. Memberi banyak dukungan serta kasih sayang yang tidak pernah luntur terhadap ku. Bukan seperti keluarga kebanyakan yang meninggalkan anaknya demi sebuah pekerjaan.

Dan jangan lupa juga soal Haesu. Saat aku sedang video call dengan ia, ia sangat berisik dan rusuh. Ia terus mengatakan bahwa aku harus menyetujuinya.
Astagaaa memang benar, sifat Ibu dan Haesu sangat mirip. Bahkan ketika kami sedang makan malam serta liburan pada saat orang tua ku ke Korea, Ibu dan Haesu selalu menggoda ku dan selalu menyebut-nyebut Jungkook Oppa.

Mereka selalu mengatakan bahwa seperti mimpi jika suatu saat nanti aku dan Jungkook Oppa menikah.
Ahh ayolaahh itu tidak mungkin terjadi. Mengingat bahwa aku dan Jungkook Oppa hanya sekedar idol dan fans biasa.

Tetapi saat ini?

Astagaaa aku akan 1 gedung bersamanya dan bahkan bersama anggota lainnya. Seperti mimpi rasanya.

Bagaimana ini dapat terjadi?

Sampai sekarang pun aku tidak percaya.
Datang ke gedung BigHit serta berbicara 4 mata dengan CEOnya dan bahkan dekat dengan staff wanita disana. Bagaikan mimpi yang menghampiri ku kemarin.

Sekarang sudah hampir jam 5 pagi.
Dari jam 2 dini hari tadi, aku sudah menghubungi Ayah dan Ibu serta Haesu. Aku tidak dapat tidur. Kata-kata CEO kemarin selalu terbayang-bayang di pikiran ku. Entah kapan kata-kata tersebut menghilang di pikiran ku.

Kriiinnggggg.....

Alarm di smartphone ku berbunyi, ternyata itu pengingat bahwa hari ini aku harus ke rumah sakit seperti rutinitas biasanya. Aku langsung bangkit dari tempat tidur ku dan menutup layar laptop ku. Aku menyambar handuk kering di gantung dekat lemari ku dan masuk ke kamar mandi untuk mandi.

Setelah membersihkan tubuh ku aku mengambil baju yang terlihat sopan yang menarik perhatian ku. Aku memakainya.

Setelah itu aku segera duduk di kursi meja rias ku. Aku memakai riasan tipis. Tidak lupa aku memakai concealer untuk menutupi kantung mata ku yang seperti panda ini. Mengingat aku tidak tidur dari tadi.
Aku tidak mau Paman, Jiwoo dan anak-anak lainnya melihat wajah ku yang berantakan ini.

*******

Aku berjalan di sepanjang lorong-lorong lantai 3 rumah sakit ini. Terdapat berbagai ruangan pasien yang aku lalui. Mata ku tertuju pada 1 ruangan yang ada diujung lorong ini di sebelah kanan. Tangan ku yang kanan sibuk megang balon. Dan juga diri ku sibuk membungkuk setiap kali ada orang yang melewati aku.

Tanpa sadar aku telah sampai di ruangan ini. Sebelum aku masuk dan membuka pintu, aku menarik nafas ku dan menghembuskannya pelan. Aku mencoba menstabilkan detak jantung ku yang berdetak begitu cepat karena aku sedikit lari untuk sampai ke ruangan ini.

Aku membuka knop pintu dan tersenyum lebar.

"Annyeongg... Apakah kalian merindukan aku?"

Ucapku riang dan langsung di hampiri beberapa anak kecil yang langsung memelukku.

"Noonaaaa..."

Kali ini suara yang amat aku kenali menyapa ku dengan nada yang senang.

"Jiwoo-ahh."
Ucap ku membalas sapaannya.

Aku pun segera membagikan balon kepada mereka dan memeluk mereka satu persatu.
.
.
.
.
.
.
"Benarkah begitu Noona? Astagaa kau harus menyetujuinya. Aku senang jika kau menjadi orang yang terkenal nanti. Aku bangga pada mu Noonaa.."

"Nanti aku tidak mempunyai waktu untuk mu bagaimana Jiwoo? Aku tidak mau. Nanti aku akan tidak berjumpa dengan kalian. Aku nanti akan sangat merindukan mu dan teman-teman mu nanti. Bagaimana?."

"Tenang saja Noona, kau bisa menelpon kesini nanti. Jadi, aku mau kau harus menyetujuinya agar kau dapat berjumpa dengan Jungkook Hyung. Terus aku juga dapat berjumpa dengannya."
Ia terkekeh di akhir ucapannya itu.

"Aigooo Jiwoo." Aku mencubit pipinya gemas.
"Makanya kau harus rajin minum obat dan makan yang teratur. Agar kau dapat menemuinya nanti. Oke.."

"Wahh sungguh! Berarti kau akan menyetujuinya kan?."

Ehh tunggu, berarti ini aku akan menyetujinya dengan berkata seperti tadi kepada Jiwoo.

"Noona?"

Suara anak kecil ini membuyarkan lamunan ku.

"Ehh iyaa Jiwoo ada apa?"

"Temani aku ke taman Noona, aku mau melihat kelinci disana."

"Oh baik, ayoo"
.
.
.
.
"Datang lagi ya Noonaa, kami akan merindukan mu".

Ucap beberapa anak laki-laki yang berdiri dihadapan ku dan aku memeluknya.

"Baiklah, tapi kalian harus rajin minum obat dan makan yang teratur ya. Noona menyayangi kalian."
.
.
.
.
.

Dont Forget To Vote & Comment ❤❤

고맙습니다 🙏

ChoiHan

The New Idol - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang