Part (34) - Jimin's POV (flashback)

255 21 0
                                    

Busan, 12 Oktober 2010
 

 
 
 
 
 
 
 
Pagi ini adalah pagi yang cerah.
 
  
 
Dan ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu.
 
 
 
Berhubung besok adalah hari ulang tahun ku, aku dan teman ku akan berpergian untuk merayakan hari ulang tahun ku.
   
 
  
Hyori, atau biasa aku panggil dia dengan sebutan Yori.
 
 
 
Dia adalah teman yang paling aku sayang. Dia adalah teman kecil ku.
 
 
  
Kami sudah berteman sejak aku dan dia berumur 2 tahun. Aku kenal dia karena dia pindah ke Busan bersama keluarganya pada saat itu. Dan juga kami tinggal dirumah yang bersebelahan.
 
 
 
Kedua orang tua kami juga sudah saling dekat, dan bisa dibilang sudah seperti keluarga.
 
 
 
“Kau sudah siap.” Ucapku kepada Yori.
 
  
 
“Sudah.” Jawabnya.
 
 
  
“Pakailah sabuk pengaman mu, atau mau aku pakai kan?”
 
 
 
“Hei, kau kira aku anak kecil lagi? Aku bisa menggunakannya sendiri. Kau fokus aja pada setir mu.”
 
 
 
Ya, dia emang orang yang cerewet.
 
 
 
“Hahaha.. Ternyata kau sudah dewasa ya, dahulu kau selalu aku pakaikan sabuk pengaman kalau kita berpergian. Rasanya aneh kau sudah dewasa sekarang, dan memasang sabuk pengaman itu sendiri.”
 
 
 
“Mengapa suasananya jadi seperti ini sih. Hei Park Jimin, besok hari spesial mu. Jangan begini dongg. Aku jadi merasa sedih tau.” Ucapnya.
 
 
 
“Hahaha baiklah, ayo kita pergi.”
 
  
  
  
Kini aku dan dia berada di mobil untuk segera berangkat.
 
 
 
Kami pergi ke suatu villa dimana nenek dan kakekku tinggal. Kami ingin pergi kesana untuk bermain dan berlibur seadanya. Sekalian untuk merayakan hari ulang tahun ku.
 
 
 
Kami berdua sama-sama menikmati perjalanan kami.
 
 
 
Bernyanyi, mengobrol bahkan bercanda gurau.
 
 
 
Aku akui Yori orang yang sangat asik dan ceria. Ya, walaupun dia cerewet tapi aku sangat menyayangi dia. Dia baik, perhatian dan orang yang sangat bisa dipercaya.
 
 
 
Dan tanpa sadar, aku sudah menyimpan rasa suka kepada dia saat kami sama-sama duduk di bangku SMP.
 
 
 
Aku tidak berani untuk mengungkapkan rasa suka ini. Aku takut hubungan yang telah kami jalani bertahun-tahun menjadi rusak karna perasaan ku. Aku tidak mau kehilangan dia, dia adalah sahabat yang aku miliki satu-satunya.
Biarkanlah rasa ini hanya aku pendam saja. Karna berada didekatnya saja sudah membuat ku merasa bahagia.
 
 
  
Aku berjanji untuk selalu berada didekatnya dan menjaganya.
 
 
 
Dan bahkan aku berjanji untuk tidak sama sekali meninggalkan dia dan melupakannya.
 
   

 








 
12 Oktober 2010, adalah hari yang paling aku benci.
 
 
 
 
 
 
 
 
Dimana aku seharusnya bersenang-senang dengannya, malah menjadi hari yang begitu membuat kami sama-sama trauma.
 
 
 
 
Terjadi kecelakaan pada hari itu.
 
 
 
 
 
Mobil ku tertabrak truk yang membawa muatan yang banyak dan berat. 
 
 
 
 
Aku tidak tahu harus apa.
 
 
 
 
Tangan ku membanting setir dan akibatnya malah menjadi menabrak mobil yang lain.
 
 
 
 
Benturannya begitu keras sehingga mengakibatkan aku jatuh dari mobil dan terpental keluar.
 
 
 
 
Kepala ku terbentur batu besar yang keras. Bisa ku rasakan air kental mengalir deras dari kepala menuju pipiku.
Aku sadar itu adalah darah.
 
 
 
  
Mata ku mendadak buram dan gelap.
 
 
 
 
Aku harus bisa bangun, Yori membutuhkan ku.
 
 
 

Aku memaksa mata ku untuk terbuka.
 

  
 
Samar-samar, aku melihat Yori dan dia masih didalam mobil dalam keadaan pingsan.
 
 
 
 
“Ahh kepala ku.....” Rintih ku.
 
 
 
 
“Yori, kau baik-baik sajakan, untung saja kau menggunakan sabuk pengaman mu...” Ucapku yang akhirnya mata ku tertutup dan seketika dunia ini menjadi gelap.
 
 
 
Di sela-sela mata ku tertutup, aku mendengar suara mobil ambulans mendekat. Aku lega akhirnya Yori cepat di larikan kerumah sakit.
Dan setelah itu aku tidak mendengar apa-apa dan seketika menjadi benar-benar tertidur.
   
 
 
 
 

The New Idol - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang