Suasana di meja makan keluarga Im itu tiba-tiba saja berubah. Ketegangan terhias di wajah-wajah setiap orang di sana.
"Di sini aku akan memperjelas semuanya.
Lisa, dia tidak memfitnah atau pun berusaha menjebak tuan Im. Aku di sini akan membuktikan semuanya."Kumpulan map itu Jongin letakkan pada meja di hadapannya "Kita semua tahu bahwa tak satu pun dari keluarga Im yang menginkan Lisa. Sejak 6 bulan yang lalu, tuan Im berusaha menjauhkan Lisa dari ketiga kakaknya dengan beberapa ancaman dan teror."
Ada beberapa lembar foto yang Jongin tunjukkan dan semuanya tentang tuan Im yang melakukan pertemuan dengan beberapa orang.
"Mereka adalah orang-orang yang tuan Im suruh untuk meneror dan membututi Lisa. Dan pria ini..."
Jisoo yang sejak tadi terdiam nampak membeku di tempatnya "Alberto, pria asal Swedia yang menjadi rekan bisnis tuan Im. Pria ini melakukan aktifitas ilegal yang membuatnya menjadi buronan, tapi tuan Im membantunya kabur ke Korea."
Jongin menoleh pada Jisoo yang terperanga "Tuan Im bahkan menyuruh Alberto mendekati Jisoo dan menjadikannya kekasih hanya untuk menjauhkan Jisoo dari Lisa. Pria ini pernah terlibat beberapa kasus pembunuhan dan penipuan, tapi lolos karena bantuan tuan Im tentunya."
Mata hitam Jisoo bergetar, ia teringat dengan ucapan Lisa saat adiknya itu berkunjung ke kantornya.
"Ck, jauhi dia eonni. Aku bisa lihat dia bukan pria baik-baik..."
"Maaf sebelumnya tapi— Lain kali jangan sampai dia menyentuh mu."
Jisoo menunduk, dadanya terasa sesak sekarang. Ia ingin menemui Lisa dan memohon maaf kepada adiknya itu karena pernah berfikir jahat tentangnya.
"Pria ini berniat menipu Jisoo dan membawanya ke Swedia, tapi Lisa berhasil mencegahnya karena bantuan Bambam dan koneksinya."
Minho menoleh dengan terkejut. Ia tahu siapa Bambam, hanya sebatas teman masa kecil Lisa yang sekarang membantu Shin Hye menjaga restaurant.
"Tunggu, Bambam? Pria Thailand yang menjadi penjaga kasir di restaurant Park Shin Hye? Koneksi apa maksud mu."
Jongin balas tersenyum kala Minho nampak begitu merendahkan Bambam "Aku juga cukup terkejut saat tahu bahwa ayah dan ibu Bambam adalah anggota dari gedung putih."
Minho hampir saja tercedak salivanya sendiri mendengar ucapan Jongin. Gedung putih? Orang tua dari pria seperti Bambam bekerja di gedung putih?
"Dia menerima 85% kekayaan orang tuanya dan hampir semuanya berkembang di Amerika. Dia juga membantu Shin Hye ahjumma untuk restaurantnya tanpa siapa pun tahu. Bukan sebagai pegawai tapi untuk semuanya, pembangunan sampai tenaga kerja."
Tangan Jongin terulur meletakkan beberapa bukti tentang ucapannya. Lalu beralih pada berkas yang lain.
"Kalian pasti tahu Jung Jaehyun. Hakim tampan dengan sejuta kecerdasan. Dia juga membantu Lisa melalui temannya yang bekerja di bidang hukum Swedia. Dia juga yang membantu Lisa menjebloskan Alberto dan membuatnya mengaku."
Jongin bergerak mendekati Rosé, menyodorkannya sebuah foto dan kertas di hadapan gadis itu "Kau pasti sudah melihat foto ini Rosé. Satu hal yang harus kau tahu, Lisa jatuh sakit sesaat setelah dia sampai di Swedia dan Jaehyun yang merawatnya..."
"... Dia menepati janjinya pada mu untuk menjaga Lisa seperti adiknya, tidak seperti aku yang justru membencinya. Dia hanya tak mau kau kecewa karena Lisa sakit dan dia tak menjaganya. Tapi kakek mu, memanipulasi semua ini."
"Chaeyoung~ah...."
Rosé menoleh dengan wajah terkejut. Pria dengan lesung kesukaannya itu muncul bersamaan dengan Bambam.
"Lisa dan Jaehyun tidak bertunangan di sana atau bahkan berselingkuh di belakang mu. Karena Lisa pergi bersama kami semua dan juga Jungkook."
Gadis bersurai blonde itu bangkit dari kursinya, berjalan menghampiri Jaehyun yang berdiri dengan setelan jasnya "Tentang cincin dan kalung itu..."
Tangan besar Jaehyun bergerak merogok saku celananya, menyodorkan sebuah kotak dengan cincin indah di dalamnya "Aku meminta Lisa mencobanya karena ku fikir kalian memiliki ukuran jari yang sama. Kau tahu Rosé? Lisa adalah orang yang meyakinkan ku untuk segera melamar mu, dia berjanji untuk membantu ku memberikan kejutan besar pada mu, dan inilah dia."
Rosé menangis. Ia tak bisa untuk menahannya. Rasa bersalah itu meledak dalam dirinya, ingatannya mengulang semua perkataan Lisa padanya kala itu.
"Aniyeo, aku akan pulang saat malam perayaan. Akan ku bawakan hadiah terindah untuk mu."
"Jika kau marah pada ku tak apa, tapi jangan pada Jaehyun oppa. Yang membuat hubungan kalian bertahan selama 5 tahun lamanya adalah kepercayaan dan kesetian. Kau harus percaya pada setiap apa yang ia katakan pada mu, karena seorang hakim tak akan pernah berbohong apa lagi pada orang tersayangnya."
"Arra, kau pasti percaya pada apa yang kau lihat. Aku tak menyangkal jika oppa memang melakukan semua itu pada ku. Tapi, dengan alasan yang jelas pastinya."
Suasana meja makan itu berubah menjadi sendu. Bahkan nyonya Im pun tak bisa berkata apa pun kali ini.
"Kau tahu? Lisa pernah memukul ku karena membuat mu menangis. Ia bilang jika aku berani meninggalkan mu dan menyakiti mu dia akan mencari ku lalu membunuh ku."
Rosé teringat dengan ucapannya pada Lisa saat berada di Paris bersamanya malam itu. "Lisa~ya, aku sedikit takut Jaehyun meninggalakan ku. Kau tahu aku mencintainya tapi bahkan setelah 5 tahun kita berpacaran dia seperti tak ada niatan melamar ku. Kau tahu salah satu impian ku itu ingin nikah mudah."
Malam itu Lisa terkekeh dan meledeknya, tapi adiknya itu berkata bahwa Jaehyun pasti mewujudkan impiannya. Ia sungguh tak pernah menyangka bahwa Lisa akan mendatangi Jaehyun dan menghajar kekasihnya itu.
"Jaehyun~ah, aku harus apa?" Lirih Rosé dengan tangis yang kian menjadi.
"Dia ingin aku mewudujkan impian mu dengan menikahi mu. Aku melakukan ini bukan karena Lisa, tapi justru Lisa lah yang meyakin kan ku untuk melakukan semua ini."
Tangan besar Jaehyun bergerak menarik Rosé untuk masuk ke dalam pelukannya. Jongin tersenyum mengingat kini semua rencana Lisa telah berhasil gadis itu lakukan.
"Jika kalian masih berfikir Lisa memfitnah tuan Im, aku sudah membawa semua bukti ini untuk kalian. Aku hanya berharap pemikiran kalian terbuka, terutama tuan Lee dia sangat mengharapkan mu... sebagai ayahnya."
Jongin membungkuk cukup lama sebelum berlalu pergi meninggalkan ruang makan Im.
"Kim Jongin!"
Suara menggema yang memanggil namanya itu membuat Jongin menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan mendapati Jennie berdiri tak jauh darinya.
"Mwo—"
Plak~
"Apa ini Jongin! Belasan tahun kita bersama, aku tahu bagaimana kau. Bukankah kau membenci Lisa? Kenapa sekarang kau seolah membelanya mati-matian?"
Pria Kim di hadapannya itu seolah membisu. Bibirnya terkunci rapat tanpa sedikit pun suara keluar darinya "Kau dekat dengan haraboeji, aku tahu itu! Lalu kenapa sekarang kau seolah menghianatinya?"
"Aku—"
Dering terlfon itu menghentikan Jongin yang hendak mengeluarkan suaranya.Sebuah nama tertera disana "Halo kenapa—"
"Aku mendapatkan informasi tentang pria yang bekerja sama dengan tuan Im! Dia mengincar Lisa."
Jongin terteguh, ia melirik pada Jennie yang menatapnya dengan tanda tanya "Kau tetap di sini. Aku harus membereskan sesuatu."
Like A Butterfly
Bandung, 26 Desember 2020Note :
Tuh double up. Dah gak gantung kan:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanfictionHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.