Mata dan tangan gadis itu nampak begitu fokus menorehkan cat pada canvas putih di hadapannya. Gradiasi warna yang beradu itu nampak terlihat indah dengan sentuhannya.
"Lisa~ya..."
Mata bulat gadis itu tertutup merasakan hawa dingin yang perlahan menyelimutinya. Ia tahu ini sudah hampir pukul tengah malam, kepala gadis itu juga tengah berdenyut dengan fikiran yang kacau.
Ia yakin suara yang selama ini didengarnya adalah halusinasi yang seperti ayahnya itu katakan. Kala dirinya merasa penat gadis itu memang selalu terdiam di studionya seorang diri dan saat hari gelap suara itu mulai mengganggunya.
"Lisa~ya..."
Nafasnya mulai memburu dengan mata yang terpejam semakin erat. Tak sadar gadis itu bahkan menjatuhkan palet dan kuas di tangannya.
"Pergilah, aku baik-baik saja. Aku—"
"Lisa~ya..."
Gadis itu menunduk dengan tangan yang meremas kuat kedua telinganya "Jebal~"
"Lisa?"
"Pergi!" Tubuh kurusnya tersentak mendapati sosok kakak keduanya yang berdiri di hadapannya.
"Sudah ku bilang jangan sendirian di sini saat malam. Ayo kembali ke kamar mu"
Tanpa menunggu jawaban dari adik bungsunya itu, Jennie langsung menarik tangan kurus Lisa pergi menuju lift kecil yang membawa mereka pada walk in closet milik gadis berponi itu.
"Kau tak apa? Aigoo wajah mu sampai pucat dan berkeringat seperti ini—"
Jennie terdiam saat Lisa dengan tiba-tiba memeluknya "Wae geurae?"
Fikiran gadis itu terus di hantuin dari setiap kata yang Mingyu ucapkan padanya "Bersikaplah baik pada kami, ingat rahasia mu itu bisa menjatuhkan diri mu kapan saja. Bayangkan jika kakak mu tau semuanya, mungkin mereka akan membenci mu atau bahkan meninggalkan mu?"
Gadis berponi itu menenggelamkan wajahnya pada ceruk Jennie semakin dalam.
"Kajima, eoh? Jangan pergi kemana pun"•
•
•
•
Mata kucing Jennie tak lepas memandangi wajah adik bungsunya yang sedang sibuk membaca naskah di mejanya "Eonni tidurlah lebih dulu, aku akan menyusul nanti"
"Tidak. Aku tahu kau sering mengalami gangguan tidur dan tak jarang menjadi kelelawar"
Lisa terkekeh pelan sebelum menoleh pada kakaknya "Geurae, ayo kita tidur bersama"
Jennie bangkit dengan senyum, meraih tangan Lisa dan menariknya menuju kasur.
"Lisa~ya tidakah lebih baik jika studio mu pindah saja? Itu benar-benar membuat ku gelisah dan takut walau hanya memikirkannya""Aniyeo, appa mungkin benar aku hanya kelelahan dan berhalusinasi, tidak perlu khawatir"
Jennie membalik tubuhnya menatap wajah Lisa yang terasa begitu dekat.
"Jika benar itu halusinasi mu, kau harus pergi ke rumah sakit untuk di periksa Lisa. Kalau di biarkan terlalu lama aku takut itu dapat berakibat memburuk""Kan ada eonni, untuk apa aku kerumah sakit?" Jennie mendesis dengan wajah kesal menatap Lisa.
"Baiklah, apa aku harus ke psikiater? Tapi aku tidak gila eonni"
"Lisa~ya tidak semua orang yang pergi ke psikiater adalah orang gila. Halusinasi berlebih mu itu sangat buruk bahkan kau sampai seperti itu tadi, bayangkan apa yang terjadi jika aku tidak datang tadi? Mungkin saja kau—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanficHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.