"Dasar gadis miskin tak tahu diri!"
Wanita dengan tubuh gemuknya itu memaki sambil menarik anak laki-lakinya menjauh "Lihat, berani-beraninya kau memujul wajah anak ku!"
Klek~
"Maaf aku terlambat." Gadis berponi itu tersenyum tipis saat mendapati sosok Shin Hye yang muncul di ambang pintu.
"Dimana ayahnya! Akan ku bawa anak ini ke komite kekerasa sekolah!"
Jemari putih Lisa terkepal menahan amarah yang muncul "Aku tidak punya appa. Jadi jika ada yang ingin kau sampaikan, katakan saja pada ku."
"Cih, pantas saja kelakukannya tak memiliki etika dan sopan santun."
"Aku adalah ibu sekaligus ayahnya. Kau bisa meminta ganti rugi dan merundingkannya dengan ku."
Shin Hye melangkah mendekati putrinya, meraih tangan mungil Lisa yang semula terkepal dan menggenggamnya penuh hangat.
"Kirimkan saja biaya rumah sakitnya akan ku bayar berapa pun itu."Wanita gemuk di hadapannya itu mencibir dengan wajah tak suka. Bahkan pria yang berstatus wakil kepala sekolah itu menatap Shin Hye dengan rendah.
"Akan ku ganti semua denda fisik yang terjadi pada putra mu itu. Tapi,"
Wajah wanita Park itu nampak memerah menahan amarah "Apakah kau bisa mengganti luka batin yang telah kau torehkan pada hati putri ku dengan kata-kata mu itu?"
Suasana canggung itu tercipta di antar mereka, tak satupun dari orang-orang dengan pakaian mahal di hadapannya itu yang berkutik "Keadilan memang selalu berpihak pada orang yang memiliki kuasa. Tapi setidaknya... putri ku masih terlalu kecil untuk mendapatkan perlakukan seperti itu."
Tangan Shin Hye terulur meraih tas milik Lisa dengan kasar lalu melemparkan sebuah amplop berisi uang di atas meja "Jika masih kurang kau bisa menghubungi ku."
Sebelum benar-benar keluar dari ruang konseling, Shin Hye berbalik menatap orang-orang yang sejak tadi menyudutkan putrinya
"Jangan pernah berani kau usik putri ku! Karena jika ayah dari anak ini mengetauinya, tak akan ada lagi tempat di dunia ini untuk kalian menghirup udara."****
Mata bulat Lisa perlahan terbuka mendapati seseorang yang terduduk di sisi ranjangnya dengan isak "Eomma..."
"Iya sayang, eomma di sini." Sesekali Lisa memejamkan matanya yang terasa buram untuk sekedar melihat wajah wanita di sampingnya itu.
"Eomma... dimana appa?"
"Appa di sini sayang." Suara bariton seseorang yang mucul di ambang pintu itu menjawab pertanyaannya.
"Appa di sini, Lisa tak perlu khawatir appa akan selalu bersama Lisa."
Lisa menarik nafasnya panjang, tubuhnya terasa begitu lemas bahkan hanya untuk sekedar menggerakkan jemarinya.
"Aku bermimpi... aku tak punya appa.""Aniya, appa di sini bersama Lisa."
"Appa jangan kemana-mana, ya? Tetap bersama Lisa." Walau samar anggukan itu terlihat membuat Lisa menghembuskan nafasnya lega.
"Lisa juga harus terus sama appa, ya? Jangan tinggalkan appa."
•
•
•
•
Yoona dan Minho terduduk dalam keheningan, mata keduanya tak lepas menatap Lisa yang kembali jatuh dalam tidurnya beberapa saat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanfictionHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.