10. Question

9.9K 1.4K 98
                                    

Yoona menarik kasar tangan suaminya itu untuk berbalik menatapnya "Apa maksud mu melakukannya?"

"Maksud ku? Agar dia tak lagi mengakui Lisa sebagai putrinya. Aku hanya ingin menunjukkan bahwa Lisa bahagia bersama ku"

"Bersama mu? Tak sadarkah kau telah mengabaikannya selama ini?"

Pria Lee itu membuang nafasnya kasar "Minho~ya walau bagaimana pun, Shin Hye tetap wanita yang melahirkan Lisa. Kau tak bisa memisahkan mereka begitu saja—"

"Aku memberikan semuanya, fasilitas, kamar yang nyaman bahkan—"

"Kau tak pernah memberinya kasih sayang. Apa pun yang Shin Hye lakukan di masa lalu pasti ada maksud di baliknya. Dia seorang ibu, dia yang melahirkannya dan kau tak akan tahu rasanya di sakiti karena kau hanya bisa menyakiti"

Yoona berlalu meninggalkan Minho yang terdiam di tempatnya. Tak sadar jika sejak tadi bungsu Lee itu ikut terdiam di balik pintu mendengar semua pertengkaran mereka.

****

Rosé tersenyum menyambut Lisa yang berjalan perlahan menghampirinya "Apa aku menggangu?"

"Aniyeo untuk adik ku apa yang tidak, kemarilah" gadis blonde itu mendudukan dirinya di atas kasur, menyambut Lisa yang langsung meletakkan kepalanya pada pangkuan Rosé.

"Ada apa kau jarang mendatangi ku seperti ini, terkahir kali entahlah sudah cukup lama"

"Boleh aku bertanya eonni?" Rosé mengangguk dengan tangan yang sibuk memainkan rambut Lisa.

"Apa aku ini salah karena di lahirkan?"

Ia tak pernah berfikir bahwa Lisa akan mengatakan hal seperti ini terlebih pada dirinya "Apa kehidupan ku ini sebuah kesalahan?"

"Aniya Lisa, siapa yang mengatakannya?"

"Entahlah aku hanya berfikir bahwa hidup ku ini tak layak" tatapan sendu yang terpancar dari kedua mata adiknya benar-benar membuat hati Rosé tersakiti.

"Banyak yang menginginkan posisi seperti mu Lisa—"

"Tapi tidak dengan menjadi anak haram" Lisa bangkit dari bangkuan Rosé, gadis itu sudah cukup frustasi menjadi seorang aktor dan kini harus kembali di bebani dengan status aslinya.

"Memiliki kedua orang tua yang menginginkan mu hanya sekedar untuk mengejar ambisi, itu benar-benar menyakitkan"

"Aku menyayangi mu Lisa" kepalanya mendongak membalas tatapan mata Rosé yang begitu teduh menatapnya.

"Kau telah memberi ku kesempatan merasakan bagaimana menjadi seorang kakak. Aku suka saat kau menjadi menjadi manja pada ku, aku suka saat kau membuat ku susah, tentu saja karena kau adik ku"

Pelukan hangat itu kembali membalut tubuh Rosé setelah sekian lama "Gomawo... aku juga sangat menyayangi mu"

"Jisoo eonni dan Jennie eonni... mereka juga menyayangi mu, kami sangat menyayangi mu. Jadi jangan berfikir untuk melakukan hal gila Lisa~ya"

Entah apa yang ada dalam fikirin adiknya itu, Rosé hanya berharap bahwa Lisa tak pernah berfikir untuk meninggalkannya.

"Arraseo, aku juga sangat menyayangi kalian"

****

Selama dia tinggal bersama Lisa tak pernah sekali pun ia berfikir akan mendengar ucapan menyakitkan seperti itu.

Jennie memang tak mendengarnya secara langsung gadis itu hanya tak sengaja mendengar percakapan kedua adiknya saat ia hendak menghampiri Rosé.

Dan di sinilah dia sekarang, menatap sosok Lisa yang tengah turun perlahan menuju meja makan dimana ia terduduk bersama keluarganya "Pagi sayang, Lisa mau makan apa?"

Tak mendapatkan jawaban dari Lisa, putri kedua Lee Minho itu tersadar bahwa adik bungsunya itu kini tengah balik menatapnya "Aku sudah—"

"Eonni tetap makanlah, biar aku yang pergi. Tak apa eomma aku akan makan bersama yang lain di lokasi shooting"

Gadis berponi itu berlalu setelah memberikan kecupan singkat pada pipi Yoona "Bukankah Lisa masih harus istirahat? Kenapa—"

"Dia memaksa" ucap Jennie bangkit dan ikut berlalu. Menemukan adik bungsunya itu masih terdiam di kursi kemudi dengan wajah sendu.

"Nona Lisa anda yakin tidak ingin saya antar?" Melihat bungsu Lee itu menggeleng hati Jennie bergerak membuatnya masuk ke dalam mobil Lisa.

"Ayo berangkat, aku sudah telat"

Lisa menoleh dengan terkejut "Eonni—"

"Jangan banyak bicara dan cepat berangkat. Turunkan saja nanti aku di halte rumah sakit"

Lisa mengangguk patuh dan segera menjalankan mobil hitamnya "Aku memang masih mendiami mu Lisa. Tapi tak akan ku biarkan kau lepas dari jangkauan ku"

****

Jungkook tersenyum menyambut Lisa yang datang dengan wajah ceria "Bukankah kau seharusnya istirahat di rumah Lisa?"

Gadis Lee itu menggeleng pada Bogum yang menghampirinya, memberikan sebuah bungkus makanan cepat saji dan minuman dingin.

"Kau belum sarapan? Tumben" komentar Jungkook yang membuat Lisa menoleh padanya.

"Kau mau?" Pria Jeon itu menggeleng.

"Ku fikir appa sudah memberitahu mu soal liburan ku. Jadi sampai hari itu datang aku akan fokus shooting"

Pria Park itu terdiam dengan anggukan "Weekend ini bukan? Berarti selama empat hari kedepan kau full day?"

Tak mengerti dengan percakapan keduanya Jungkook pun angkat bicara "Kau mau kemana?"

"Paris, bersama ketiga eonni ku"

Pria Jeon itu terdiam menatap Lisa yang berlalu pergi setelah memakan setengah sarapannya "Kalian punya waktu 30 menit untuk bersiap"

Jungkook bangkit dan menemukan Lisa yang kembali pada kebiasaannya. Menatap langit dan merebahkan dirinya di atas hamparan rumput dalam diam.

"Mau cerita? Aku tahu kau sedang dalam masalah beberapa hari ini"

Lisa menghela nafasnya panjang "Mereka tau semuanya Jungkook. Siapa aku dan dari mana asal ku"

"Pasti kau merasa tersakiti karena respon mereka bukan? Tak masalah Lisa, setidaknya tak ada lagi yang harus kau sembunyikan"

Keheningan itu melanda keduanya membuat Jungkook menoleh dan terteguh saat mendapati tetes air mata yang mengalir dari sudut mata Lisa.

"Aku sudah cukup menggila dengan kehidupan ku dan sekarang aku harus takut akan kehilangan kakak-kakak ku. Tidakkah mati adalah solusi terbaik untuk sekarang?"

Like A Butterfly
Jakarta, 29 Oktober 2020

Note :

Lagi ada pencerahan buat cerita ini, semoga masih ada yang baca:)

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang