Jennie baru saja menginjakkan kakinya di rumah pada pukul 5 pagi. Guratan lelah itu bahkan nampak menghiasi wajah cantiknya "Eonni?"
Langkah kakinya terhenti. Mungkin ia terlalu merasa lelah sampai-sampai mendengar suara Lisa memanggilnya di jam sepagi ini, fikirnya
"Eonni apa kau dengar aku?"Sosok tubuh kurus adiknya itu nyata, berdiri tegak di hadapannya dengan pakaian rapih "Kau baru pulang sepagi ini? Siapa yang kau urus, rumah sakit atau Eunha?"
"Aku lelah jangan ganggu aku dan pergilah." Ucap Jennie yang memilih melewati adik bungsunya itu.
"Aku memang akan pergi."
Lisa berbalik menghadap Jennie yang berdiri memunggunginya "Maka itu, ayo berbaikan. Tak baik bukan jika aku pergi dengan meninggalkan banyak keributan?"
Putri kedua Lee Minho itu berbalik membuat tatapan keduanya bertemu.
"Aku bertengkar dengan Jisoo eonni kemarin. Rosé eonni juga tak mau berbicara pada ku entah apa alasannya. Appa marah karena aku tak mau memberitahukan alasan ku pergi ke Swedia. Biasanya kau yang selalu mendengarkan ku bukan? Maka itu aku pamit pada mu.""Kau... benar-benar akan pergi?" Tatapan mata kucing itu, Lisa sunggu merindukannya.
"Hm... untuk beberapa hari atau mungkin minggu? Aku masih tak bisa memastikannya. Maka itu ayo berbaikan sebelum aku pergi." Tangan Lisa terulur menggengam jemari Jennie yang terasa dingin.
"Eonni tak lupa dengan perayaan itukan? Hari dimana kita untuk pertama kalinya bertemu, kita selalu merayakannya bersama setiap tahunnya. Tapi tahun ini sepertinya tidak bisa."
"W-wae? Bukankah kau yang sangat senang jika kita merayakannya?" Mata kucingnya berangsur memerah menatap Lisa.
"Hm, tapi aku bahkan tak tahu apa aku bisa kembali atau tidak. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, bisa saja pesawat yang ku naiki mengalami kecelakaan atau aku mati di sana. Tak ada yang tahu, bukan?"
Sudut bibir Lisa tertarik membuat lengkung sabit yang indah di wajahnya "Karena aku tak tahu akan apa yang terjadi, maka itu aku berikan ini lebih dulu."
Tangan kurus Lisa mengangkat sebuah kotak kecil di hadapan Jennie. Ia buka kotak berwarnah hitam dengan pita pink di atasnya itu dan sebuah kalung dengan liontin kupu-kupu menyambut "Kau bilang aku seperti Papilion bagi mu, bukan?"
Jennie mengangguk cepat membuat Lisa tersenyum. Bungsu Lee itu memasangkan kalung indah yang ia pesan khusus untuk Jennie pada leher putih sang kakak.
"Aku harap kalung ini akan selalu mengingatkan mu pada ku saat kita jauh." Tangis Jennie pecah saat Lisa memeluknya.
"Doakan aku agar dapat kembali dan merayakannya bersama kalian. Tepat pada malam itu, aku akan pulang. Tapi jika aku tak datang..."
Lisa terdiam menatap dalam kedua mata kucing Jennie yang berurai air mata
"Mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu."****
Yoona mendesah pasrah kala Jennie tak kunjung keluar dari kamarnya. Putri keduanya itu tak mau makan atau berbicara pada siapa pun sejak pagi.
"Eonni masih tak mau keluar eomma? Apa dia sakit?" Yoona menggeleng lemas pada Rosé dan Jisoo yang datang menghampirinya.
"Walau pun ini hari Sabtu tak biasanya ia bangun sesiang ini. Apa terjadi sesuatu di rumah sakit?"
"Nanti eomma akan hubungi kakek mu untuk menanyakan ini. Coba kau bangunkan Lisa, adik mu itu senang sekali mengurung diri di studionya belakangan ini."
Wanita empat anak itu kembali menoleh pada kedua putrinya saat tak mendapati jawaban "Wae? Kenapa kalian tak pergi ke kamar Lisa?"
"Kami bertengkar kemarin." Jawab Jisoo dengan suara pelan.
"Hm, aku— bagaimana jika eomma saja? Aku sedang malas bertemu dengannya."
Yoona menghela nafasnya pasrah ia beralih pada pintu di sampi kamar Jennie dan membukanya "Lisa, ayo bangun ini sudah siang sayang!"
Wanita Im itu terdiam sejenak saat mendapati kasur putrinya yang tertata rapih "Lisa, kau dimana sayang!"
Kakinya bergerak kesana-kemari mencari sosok putri bungsunya yang tak kunjung menjawab.
"LALISA!" Yoona berteriak keras saat tempat terakhir yang ia harap dapat menemukan keberadaan Lisa memiliki hasil yang sama, semuanya nihil.
Jisoo dan Rosé sejak tadi menunggu di depan pintu terkejut dan segera menghampiri sang ibu "Eomma wae geurae? Kenapa berteriak?"
"Kalian tahu dimana Lisa? Adik mu sepertinya pergi pagi-pagi sekali. Eomma tidak bisa menemukannya di mana pun."
"Mungkin dia menghadiri acara promosi dramanya. Atau—"
"Dia sudah pergi ke Swedia pukul 5 pagi tadi." Suara dingin terdengar dengan sosoknya yang berdiri di ambang pintu. Wajah gadis itu pucat dengan kantung mata yang terlihat jelas.
"Lisa... benar-benar pergi ke sana? Kalau begitu kenapa dia tak bilang pada kami Jennie!"
Decak kesal itu terdengar membuat Jisoo mengernyit "Bukankah kalian marah padanya kemarin? Eomma bahkan sibuk seharian dan appa mendiaminya. Kalian masih mau menyalahkannya?"
"Jennie, eomma ada keperluan di luar kemarin. Kita semua sibuk kau tahukan?"
"Tahu, sangat tahu. Tapi kalian meremehkan Lisa. Kalian menganggap kalimat Lisa hanyalah main-main bukan? Dia pergi eomma! Dia pergi dan bahkan tak akan kembali."
Ketiganya mengerjap bingung.
"Maksud mu apa Jennie? Kenapa Lisa tak akan kembali?""Aku juga tak tahu. Itu yang dia katakan pada ku tadi pagi, aku sudah berusaha mencegahnya tapi—" gadis bermata kucing itu menunduk dengan air mata yang mengalir.
"Eomma... eomma akan menyuruh appa mu untuk mencari Lisa. Adik mu itu akan pulang, Olaf kita akan pulang."
Yoona berlalu, meninggalkan ketiga putrinya yang terdiam dengan fikiran masing-masing "Apakah— hiks, ini yang dinamakan karma?"
****
"Tuan, saya dapat laporan bahwa nona Lalisa pergi ke Swedia pada pukul 5 pagi ini."
Pria dengan setelan jasnya itu menoleh dengan wajah terkejut "Saya juga mendapatkan laporan bahwa... ia tak sendirian."
"Sial! Gadis itu pergi ke Swedia pagi ini? Apa lagi yang akan dia lakukan setelah ini! Cari tahu tujuan dan dengan siapa dia pergi."
"Baik tuan."
Ruang kerja yang besar dan mewah itu kembali kening "Gadis itu tak sebodoh yang ku kira ternyata."
****
"Kau tahu, hal pertama yang harus kau lakukan adalah bersyukur. Karena aku telah menyiapkan semuanya tanpa bayaran hanya untuk mu."
Gadis berponi itu tersenyum tipis saat pria dengan dimple itu datang menyambutnya "Oppa tak bilang jika datang lebih dulu dari ku? Kau tahu Rosé eonni mencari mu."
"Gwenchana, aku yakin dia akan mengerti dengan situasinya setelah kita memberitahukan semuanya. Kemarilah adik kesayangan ku."
"Jaejae oppa~"
Cekrek
"Sepertinya setelah ini akan ada perang besar yang tak boleh terlewatkan."
Like A Butterfly
Jakarta, 14 Desember 2020Note :
Udh ada yg nebak2 berapa chapter aja. Emang dah yakin bakal secepet itu endnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanfictionHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.