17. Doctor

10.5K 1.3K 157
                                    

Lisa memejamkan matanya erat saat rasa sakit itu merengkuh tubuhnya dengan erat.
"Ini makan dan habiskan."

Wajahnya berubah netral saat pria bergigi kelinci itu datang dan duduk di hadapannya "Terimakasih Jungkook, maaf aku merepotkan."

"Ini sudah yang ke 5 kali kau mengatakannya. Aku bosan, tak bisakah kau menggantinya dengan 'terimakasih Jungkook oppa yang tampan' atau kalimat manis lainnya."

Gadis Lee itu tertawa dengan ringisan. Seluruh tubuhnya benar-benar lemas sekarang belum lagi kakinya yang terasa nyeri dan kembali mati rasa.

"Kau sakit? Wajah mu benar-benar pucat, bahkan bibir mu itu sedikit membiru dan pecah-pecah."

Mendengar penuturan Jungkook yang begitu saja mengatakannya tanpa pertimbangan, Lisa tahu pria di hadapannya itu sedang gusar sendiri "Ku antar untuk periksa, eoh?"

"Kau sudah menanyakannya belasan kali. Tak bisakah kau—"

"Ini bukan lelucon Lisa. Aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja, ayo kita ke UGD perasaan ku benar-benar tak tenang melihat mu seperti ini."

Melihat gadis Lee itu tak beranjak, Jungkook pasrah dan dengan segera menarik tangan kurusnya "Aku hanya kurang istirahat, nanti juga sembuh."

"Kalo begitu ayo kita ke ruangan Rosé. Tubuh mu bahkan terasa sangat panas."

Ada rasa lega saat melihat Lisa bangkit dari duduknya tapi tak berselang lama tubuh gadis itu tumbang menubruk tubuh Jungkook. "Lisa~ya! Kau bisa dengar aku, Lisa!"

****

Sejak tadi usapan lembut di tangannya itu tak pernah hilang. Jaehyun dengan setia terus menatap Rosé yang hanya diam dalam keheningan.

"Korea sangat kacau karena berita itu." Tutur Jaehyun memecahkan suasana mencekam di antara dirinya dan kedua gadis Lee itu.

Jisoo yang semula sibuk dengan ponselnya kini menoleh dengan wajah tak tenang.
"Berita itu menyebar dengan cepat seperti virus. Kami masih menyelidiki siapa yang menyebarkan berita itu ke media."

Sorot kekhawatiran itu terpancar di kedua mata Jaehyun dan Rosé "Jujur, aku sangat takut Lisa mengalami depresi karena ini. Terlebih mendengar kabar kau masuk rumah sakit karena menyelamatkan Lisa—"

Klek~

Ketiganya terkejut bukan main saat Jungkook datang dengan Lisa yang berada di dalam gendongannya "Jungkook~ah wae geurae?"

"Tubuhnya benar-benar panas hyung, tapi dia tetap tidak mau di periksa." Keluh Jungkook mulai merapatkan selimut tebal itu di tubuh Lisa yang terpejam di atas sofa.

Suara ringisan itu terdengar jelas di sana dengan tubuh Lisa yang menggeliat tak nyaman "Bawa dia ke UGD Jung—"

"Aniya..." kalimat Rosé tertahan saat suara serak Lisa terdengar.

Dalam kekacauan itu Jisoo terdiam, mengingat percakapan yang tak sengaja ia dengar beberapa tahun lalu" Aku tak mau ke dokter jika buka Jennie eonnie yang menanganinya."

Malam itu Lisa jatuh sakit karena kelelahan tapi gadis itu bersikukuh tak mau di bawa ke rumah sakit "Arraseo, aku janji akan terus menjadi dokter pribadi dari Lalisa Lee."

"Eonni sudah berjanji akan menjadi dokter ku. Jadi aku tak akan mau di obat dengan dokter mana pun kecuali eonni."

"Lisa! Tak bisakah kau dengarkan aku sekali." Jisoo tersentak saat suara Rosé menggema dengan nada marah di sana.

"Jaehyun~ah tolong cari Jennie dan bawa dia ke sini."

Pria Jung itu mengangguk dan berlalu cepat dari sana. Walau Rosé tak yakin dengan apa yang Jisoo lakukan, ia cukup mengerti dengan maksud dari kakak sulungnya itu.

"Eonni---"

"Lisa sakit, kau harus merawatnya. Kesehatannya menurun. Kau kakaknya, kau seorang dokter jadi aku yakin kau pasti mengerti dengan apa yang harus kau lakukan."

Jennie baru saja datang tapi tatapan tajam Jisoo langsung menyambutnya "Ini rumah sakit kenapa tidak---"

"Tepati janji mu terhadapat Lisa. Jika kau tak melakukannya, aku akan sangat membenci mu jika sesuatu yang buruk terjadi pada adik ku."

Kedua tangan mungil Jennie terkepal di sisi tubuhnya. Beberapa saat lalu ia baru saja memarahi Lisa, bahkan menampar gadis itu. Tapi sekarang ia malah di suruh mengobatinya.

Rasa panas itu terasa sesaat setelah Jennie menyentuh kening Lisa "Panasnya tinggi."

Setelah mendengar gumaman gadis bermata kucing itu. Mereka di buat terkejut saat Jennie dengan cepat dan sedikit kasar menarik lengan baju Lisa. Menampilkan luka sayat yang masih menganga tanpa perban menutupinya "Awh~"

"Kau benar-benar bosan hidup, ya?"
Mendengar suara ketus Jennie. Pria Jeon itu kini mengerti bagaimana tertekannya Lisa saat ketiga kakaknya itu tahu tentang rahasianya.

"Dimana lagi kau melukai diri mu, huh?!" Tanya Jennie dengan suara sarkas.

"Aniya, igeo—"

"Tolong panggilkan dokter. Ia butuh penanganan pada lukanya." Ucap Jennie mulai membuka selimut tebal yang membalut Lisa.

Gadis itu teringat dengan Lisa yang pulang tanpa alas kaki kemarin malam. Lalu tanpa belas kasih menarik kasar kaos kaki milik Lisa dan menampilkan luka-luka yang masih basah.

Rosé membisu saat Lisa sama sekali tak meringis atau mengeluh sakit kala luka di kakinya itu bergesekkan dengan kaos kaki. Ingatannya berputar pada fakta bahwa adiknya itu sering mengalami mati rasa pada kedua kakinya belakangan ini.

"Lisa kau—"

"Akh~ eonni sakit!" Pekik Lisa kuat saat Jennie memindahkan kaki adiknya itu tanpa suara.

Bukan, sakit itu bukan pada luka di kakinya. Tapi pada kakinya yang tengah mengalami nyeri luar biasa karena kram.
"Manja. Hanya luka-luka kecil saja sakit. Bagaimana luka tusuk yang Rosé alami karena mu."

Lisa bungkam. Tak seharusnya ia mengeluh sakit setelah apa yang terjadi pada Rosé. Sakit yang ia rasakan itu bukan apa-apa di bandingkan Rosé.

"Tak bisakah kau pelan-pelan? Adik ku kesakitan." Protes Rosé membuat Jennie menoleh padanya dengan kesal.

"Kalau begitu urus saja adik mu sendiri."

Gadis blonde itu ingin kembali membalas Jennie tapi tangan Jaehyun menahannya, pria itu mengulas senyum manis dengan dimple yang selalu bisa membuat amarah Rosé mereda "Sejak kapan luka ini ada?"

"Kemarin malam." Jawab Lisa menahan sakit dan suaranya.

Tak lama seorang dokter dan beberapa perawat datang, Jennie menggunakan peralatan yang ia dapat untuk mengobati luka Lisa dan membalutnya dengan perban.
"Untung saja belum terjadi infeksi, benar-benar menyusahkan. Sudah ku bilang jika ingin bunuh diri jangan menyusahkan orang lain."

Gadis bermata kucing itu berlalu pergi meninggalkan ruangan rawat Rosé begitu saja "Jangan di masukkan ke hati, kau tahu seperti apa Jennie."

"Hm, tenang saja eonni. Aku bukan anak kecil yang manja lagi."

Like A Butterfly
Jakarta, 9 November 2020

Note :

Jangan lupa siapin air minum. Kali aja lagi marah2 keselek:)

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang