Secangkir coklat hangat itu mendarat pada meja di hadapan Jisoo yang saat itu tengah terduduk diam di meja cafeterian seorang diri.
"Kau baik-baik saja nona?"
Seorang pria yang nampak tak asing itu duduk di hadapan Jisoo setelah meletakkan cangkir minuman miliknya."Ku perhatikan kau hanya diam sejak tadi, butuh bantuan?"
"Tidak, terimakasih." Tangan Jisoo tercekat saat ia hendak beranjak dari sana, pria di hadapannya itu nampak tersenyum tipis menatap Jisoo.
"Duduklah atau setidaknya terima coklat panas ini sebagai tanda terimakasih ku."
Kening Jisoo mengernyit pria di hadapannya itu memang tak asing tapi gadis itu tak bisa mengingat siapa sosok di hadapannya itu.
"Kita pernah bertemu di sini beberapa minggu atau mungkin bulan?""Terimakasih coklat panasnya."
"Aku Kim Taehyung, malam itu kita tidak jadi berkenalan karena kau pergi dengan terburu-buru setelah mendapatkan telfon."
Gadis Lee itu terdiam sejenak lalu menoleh menatap Taehyung "Aku kenal kau tapi sepertinya kau tak akan mengenali ku. Itu saja kau boleh pergi."
"Sekali lagi terimakasih, Taehyung-ssi."
Jisoo berlalu dengan cup minuman di tangannya. Ingatannya berputar dan perlahan ia mengingat tentang siapa Taehyung."Jika kau butuh seseorang, hubungi aku!"
•
•
•
•
Langkah sepatu putih itu berhenti saat mendapati banyaknya orang dengan wajah frustasi terduduk memenuhi koridor ruangan adiknya.
"Rosé~ya apa sesuatu terjadi?"
Gadis bersurai blonde itu beringsut masuk ke dalam pelukan Jisoo yang terkejut."Tadi Lisa tiba-tiba saja mengalami kejang, sekarang dokter Lee sedang menanganinya di dalam."
Sekujur tubuh Jisoo bergetar, apa lagi sekarang? Kenapa tuhan seolah tak memberikan adik bungsunya itu waktu untuk beristirahat dari rasa sakit.
"Jongsuk~ah bagaimana kondisi putri ku?"
Suasan tegang itu kian membuat Jisoo seakan tercekik, ia meremas tangannya takut saat Jongsuk lama tak bersuara."Kita bicara di ruangan ku, kalian lebih baik masuk dan temani Lisa. Biarkan dia beristirahat."
****
Yoona menggigit bibir bawahnya gugup menunggu Jongsuk yang masih betah dalam kebisuannya "Bisakah kau menjelaskannya pada kami sekarang?"
Hela nafas panjang itu terdengar bersamaan dengan Jongsuk yang memutar layar monitor ke arah Minho dan Yoona.
"Kankernya sudah menyebar ke otak. Kemoterapi yang selama ini kita lakukan besar-benar tak memberikan pengaruh pada kankernya."
Minho menunduk dengan mata terpejam, harapannya seolah hancur begitu saja. Ia fikir keadaan putrinya itu nampak membaik belakangan ini tapi siapa sangka tumor ganas itu justru telah menyebar sampai ke otak.
"Kau masih mau meneruskan kemoterapinya?"
Tak ada jawaban dari pertanyaan Jongsuk. Sepasang suami istri itu sibuk dengan fikirannya masing-masing."Jika kau tetap melanjutkannya persentase kesembuhannya kurang dari 15% dan itu—"
"Jika aku menghentikannya bukankah itu sama saja dengan membiarkannya mati tanpa berusaha memperjuangkannya?"
Jongsuk menunduk ikut merasa bingung, keadaan seperti ini membuat takdir seakan benar-benar tak memberikan mereka pilihan.
"Bagaimana dengan operasi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanfictionHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.