28. Meet Him

9.1K 1.3K 177
                                    

Di bawah langit malam yang gelap, di atas jembatan panjang yang sunyi itu— Lisa berdiri dengan lesuh. Tatapan mata sendu yang nampak kosong mengarah ke depan tanpa kedipan sedikit pun.

"Jennie eonni akan menginap? Eonni akan menemani ku kan? Eonni akan memeluk ku sampai tidurkan malam ini?"

Suara seorang gadis di berang sana yang terdengar begitu riang dan bahagia itu terus terngiang, mengusik fikiran Lisa yang seolah enggan beranjak dari sana.

"Kau bilang aku orang yang berharga untuk mu. Tapi kau bahkan tak mau menyapa ku atau sekedar bertemu. Wae eonni... apa aku setidak berharga itu di mata mu sekarang?"

Udara dingin yang berhembus kencang dengan rintik hujan yang perlahan turun seolah mendukung Lisa untuk segera mengakhiri semuanya di atas jembatan itu.

"Mwoya igeo, apa aku kembali menjadi sampah yang di buang oleh orang yang ku anggap berharga?"

Hujan turun membasahi tubuh Lisa yang hanya terbalut knitted sweaters. Dingin yang semula menyelimutinya itu kini mempererat dekapannya hingga terasa begitu menusuk sampai ke tulang "Bukankah tak baik jika besok ada berita 'Bungsu keluarga Lee di temukan bunuh diri' kakak-kakak mu itu akan mati dengan tak tenang nantinya."

Tubuhnya membeku menatap pria tinggi yang tengah berusaha menutupi tubuhnya dengan sebuah coat "Jo-Jongin oppa?"

****

"Kenapa kau tak memastikannya sendiri saja? Kau mengabaikannya selama beberapa bulan dan sekarang baru menanyakan kabarnya?"

Suara dingin yang sulung Lee itu keluarkan berhasil membuat tubuh Jennie bergetar "Eonni jawab saja pertanyaan ku. Apa Lisa ada di rumah atau—"

"Lisa belum pulang sejak tadi pagi. Dia bilang akan bertemu Bambam dan banyak lagi jadwal yang membuatnya sibuk, puas?"

Tidak Jennie tak puas dengan itu. Ia harus tau bagaimana keadaan Lisa, dimana adiknya itu, apakah dia baik baik-baik saja atau... tidak.
"Tak bisakah eonni menghubunginya? Suruh dia pulang, hujan di luar sangat deras—"

"Dengar, jika kau sayang atau bahkan sekedar peduli padanya. Suruh dia pulang, bersikaplah seperti 'Jennie eonni' yang selalu ia banggakan pada kami. Kau bahkan sering menunggu dan menjemput dulu."

Bungkam. Jennie bungkam tanpa jawaban di kepalanya. Jisoo benar, jika Lisa seperti ini dulu mungkin ia akan langsung menjemput adiknya itu dan menyeretnya pulang. Tapi sekarang bahkan untuk sekedar menatap kedua mata bulat itu saja Jennie tak bisa.

"Berhenti bersikap acuh padanya Jennie. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali."

Tuut

Jisoo menghela nafasnya panjang. Raut wajahnya kembali berubah khawatir, begitu pun dengan Rosé yang sedari tadinya hanya duduk diam menyimak percakapan kedua kakaknya itu.

"Eonni aku sudah mencoba untuk menghubunginya puluhan kali tapi tak kunjung ada jawaban." Keluh Rosé yang nampak mulai menangis.

Hujan deras dengan sambaran petir di luar sana menjadi alasan kekhawatirannya semakin memuncak. Kemungkinan dan kejadian buruk tak berhenti mengusik kepalanya "Sudah hubungi teman-temannya?"

"Sudah eonni. Jaehyun juga membantu ku menghubungi semua orang yang sekiranya ia kunjungi. Tapi tak satu pun dari mereka yang bersama Lisa."

Keduanya bergeming, sama-sama terjebak dalam fikiran dan situasi yang membuat mereka pening "Apa kau tahu tempat yang mungkin ia datangi?"

"Tidak. Tapi Jennie eonnie tahu."

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang