Perasaannya sungguh gelisah dan Rosé tak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Sejak gadis itu memilih untuk pergi dari kamar Lisa dan meninggalkan adiknya itu tanpa pamit hatinya tak berhenti gelisah.
Suara pria di telfon itu— Rosé yakin itu suara Jaehyun. Ia sangat kenal dengan suara pria kesayangannya itu, berat dan lembut.
"Jaehyun~ah ayo angkat telfon ku." Rosé menggigit bibirnya gusar. Sudah puluhan kali gadis itu mencoba menghubungi Jaehyun.
Ia hanya ingin menghilangkan rasa gelisah dan fikiran buruknya dengan mendengar suara Jaehyun, tapi pria itu tak kunjung menjawab. Haruskah ia menanyakannya pada Lisa?
Tapi bagaimana jika adiknya itu tersinggung dan berfikit bahwa dia menuduhnya berselingkuh dengan Jaehyun— Tidak, Rosé tidak akan melakukan itu. Ia percaya pada Lisa begitu juga pada Jaehyun.
"Eonni aku akan pergi menemui Jisoo eonni. Adahal yang harus ku bicarakan padanya, kau tak apa sendirian di rumah?"
Rosé terdiam sejenak menatap wajah Lisa yang muncul dari celah pintu "Hm, hati-hati dalam berkendara."
"Arraseo, akan ku bawakan sesuatu untuk mu. Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku mengerti?" Lisa pun berlalu tanpa menunggu jawaban dari Rosé.
"Semua yang ku fikirkan tidak benarkan Lisa?"
****
"Tumben kau ke kantor, kenapa tidak menyampaikannya lewat telfon saja?" Lisa tersenyum tipis mengikuti langkah sang kakak yang hendak kembali menuju ruangannya.
Pintu lift terbuka dan seorang pria dengan wajah asing menyambut mereka "Tuan Alberto. Ada keperluan apa jika saya boleh tau?"
Mata hazel Lisa memicing pada pria dengan setelan jas di hadapannya itu tersenyum dan menarik tangan Jisoo keluar dari lift "Tentang investasi yang akan saya lakukan bisakah—"
Pria bertubuh tinggi dengan wajah asingnya itu menoleh pada Lisa dan seketika membisu "Maaf sepertinya saya mengganggu. Kita bahas ini lain kali Jisoo-ssi, sampai nanti."
Tubuh kurusnya bergeser mendekati Jisoo dan membiarkan pria itu berlalu dengan lift yang sempat membawanya tadi "Wae? Kenapa kau menatapnya seperti itu, tak sopan tahu?"
"Apa ada masalah keuangan eonni? Ku dengar dia seorang investor, kenapa harus repot-repot menemui mu jika sudah terjalin kontrak?"
"Investor baru, pribadi yang ramah dan sedikit hmm— kau tahu bagaimana pria." Jisoo melempar asal sebuah map ke atas meja kerjanya.
"Ck, jauhi dia eonni. Aku bisa lihat dia bukan pria baik-baik. Dan lagi kenapa harus orang asing? Teman ku banyak yang bisa membantu eonni."
Entahlah tapi mendengar kalimat terakhir Lisa ada rasa tak suka yang datang dalam diri Jisoo "Kau mau membanggakan teman-teman mu begitu? Kau fikir aku tak punya teman?"
Lisa mendesah pasrah, lupa jika kakak sulungnya itu sangat sensitif terhadap pekerjaan "Aniyeo, bukan maksud ku—"
"Kau tahu aku sangat tak suka seseorang ikut campur tetang pekerjaan ku, termasuk kalian bertiga. Jadi jangan membuat ku marah."
"Arraseo aku salah. Maaf mengganggu pekerjaan mu eonni, aku hanya ingin bilang bahwa besok pagi aku akan pergi dan mungkin tahun ini tak ada perayaan. Aku permisi, sampai bertemu lagi."
Jisoo mengusap wajahnya kasar, ia sepertinya sudah terlalu berlebihan sampai membuat Lisa seperti itu "Maaf sebelumnya tapi— Lain kali jangan sampai dia menyentuh mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanficHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.