12. With You

9.5K 1.3K 51
                                    

"Bonjour..."

Lisa tersenyum manis menatap Jennie yang nampak begitu fasih dalam mengucapkan bahasa French, mulai dari memesan sampai berbincang dengan orang-orang di sana membuat kakaknya itu nampak bahagia.

"Merci..." tatapan keduanya bertemu saat Jennie dengan tiba-tiba saja menoleh pada Lisa.

Keheningan itu melanda keduanya. Mereka hanya saling menatap dengan perasaannya masing-masing "Sudah pesan?"

Bungsu Lee itu terkekeh pada Jennie yang nampak merona dan segera mengalihkan pandangannya "Setelah ini kita mau kemana?"

"Aku lelah, sebaiknya lanjutkan lagi besok." Lisa tahu keadaan yang seperti ini jelas membuat mereka tak nyaman dan canggung satu sama lain.

"Maaf karena aku membohongi kalian selama ini. Aku memang egois dengan memikirkan kebahagiaan ku sendiri dan menutupi kebenaran."

Ketiga Lee itu cukup terkejut dengan ucapan Lisa, gadis itu bahkan menunduk tak berani membalas tatapan ketiga kakak "Semua sudah berlalu. Aku hanya berharap kau akan lebih terbuka lagi pada kami kedepannya."

Genggaman tangan hangat itu memang berhasil membuat Lisa merasa lega, walau ia berharap Jennie lah yang melakukan semua itu. Tapi sayang kakak keduanya itu malah bertingkah seolah tak mendengar apa pun.

"Sebesar itu kah rasa kecewa mu pada ku eonni?" Gadis bermata kucing itu cukup terkejut saat mendengar Lisa mengatakannya.

Ia tak tahu apa yang membuat hatinya begitu terasa sakit setiap kali mengingat kebohongan adiknya itu "Geurae, aku akan terus menunggu Jennie eonni ku untuk kembali."

****

Rosé tahu Lisa bukanlah tipikal orang yang mudah tertidur, adiknya itu sangat amat sulit untuk terlelap. Seperti saat ini bungsu Lee itu tengah terdiam dengan tatapan kosong menatap langit-langit kamar berwarna putih itu "Kau tak ingin tidur Lisa~ya? Besok pagi kita sudah ada rencana untuk pergi loh."

"Eonni tidurlah lebih dulu, aku belum mengantuk" Lisa menoleh singkat saat Rosé dengan tiba-tiba saja memeluknya dengan erat.

"Terlalu sering terjaga sepanjang malam itu tak baik Lisa. Kenapa, Jennie eonni lagi? Kau bilang akan meluluhkannya. Bukankah itu hal mudah untuk mu?"

Kebisuan itu cukup untuk membuat Rosé sekedar mengerti bagaimana perasaan adiknya saat ini "Aku akan selalu mendukung mu Lisa. Jangan takut, jika Jennie eonni dan Jisoo eonni menjauhi mu aku akan terus bersama mu."

"Kau tahu eonni kenapa sejak dulu aku tak mau memiliki sifat manja saat bersama mu? Karena kau terlalu polos, aku tak ingin kau tersakiti karena ku."

Rosé menggeleng pelan sebelum meraih wajah adiknya itu "Aku yakin kau tak akan menyakiti ku. Kau adik ku. Jika pun kau membuat kesalah sebesar apa pun itu, aku akan tetap bersama mu."

****

Di jam sepagi ini ketiga gadis Lee itu sudah berkutat dengan alat dapur. Membuat sarapan untuk mengisi perut mereka sebelum mulai kembali menjelajahi Paris "Rosé bisa panggilkan Lisa? Sarapannya sudah hampir siap."

Gadis blonde itu mengangguk dan segera melangah cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya dan sang adik "Lisa~ya ayo sarapan."

Prang~

Tubuh kurusnya tersentak saat mendengar suara pecahan kaca yang berasal dari kamar mandi "Lisa~ya kau di dalam? Apa semua baik-baik saja?"

"E-eoh! Aku akan menyusul nanti." Sejenak Lisa bernafas lega saat tak lagi mendapati balasan dari sang kakak. Gadis berponi itu mendongak pada cermin yang menampilkan pantulan wajahnya yang nampak kacau.

"Ayo Lisa kau bisa!" gumamnya dalam hati berusaha meyakinkan dirinya yang di landa panik setelah merasakan kedua kakinya yang kembali mengalami mati rasa beberapa saat lalu.

Klek~

Lisa tersentak saat mendapati sosok Rosé yang terdiam kaku di depan pintu kamar mandi "Apa yang terjadi? Jangan membohongi ku."

"Kaki ku mati rasa... lagi." dapat ia lihat bahwa kakak ketiganya itu nampak frustasi sendiri dengan mata terpejam.

"Sudah ku bilang ada yang tidak beres dengan mu, Lisa. Ayo kita turun dan katakan pada Jennie eonni." Rosé menoleh saat adiknya itu menahan tangannya dan menggeleng kuat.

"Wae! Bagaimana jika itu sesuatu yang buruk? Aku---"

Lisa menarik Rosé kedalam pelukannya, memeluk erat kakaknya yang nampak begitu panik dan ketakutan "Percaya pada ku, eoh? Aku akan baik-baik saja, selagi kalian bersama ku"

****

Lisa tersenyum puas menatap setiap hasil jepretannya yang nampak begitu bagus "Lisa~ya bisa tolong fotokan di sana?"

Bungsu Lee itu mengangguk dengan senyum manis. Mulai memfokuskan kameranya pada Jisoo yang nampak begitu cantik berdiri di antar dedaunan yang mulai berjatuhan di sekitar kakaknya itu "Jennie eonni tak mau? Padahal udara dan tempatnya sedang sangat bagus"

Kamera gadis itu beralih pada ketiga kakaknya yang napak sedang berbincang, mengambil beberapa foto candid ketiganya dengan berbagai ekspresi.

"Indah..." gumam Lisa menatap ketiga kakaknya itu. Sejak bertemu dengan ketiga gadis Lee itu sekitar 10 tahun yang lalu, Lisa selalu mengatakan bahwa pemandangan terindah yang selalu ingin ia lihat seumur hidupnya adalah wajah ketiga kakaknya. 

"Ya, Lalisa sejak kapan kaki mu berdarah seperti itu?!" Lisa tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Jisoo yang memekik kuat padanya.

Ia menunduk menatap salah satu kakinya yang tak berhenti mengeluarkan darah "Ck, pasti karena kau berjalan di antar tumpukan daun itu tadi. Aku sudah memeringati mu, lihat?"

Gadis berponi itu tersenyum kecil menatap Rosé yang mulai mengobati kakinya dengan obat dari kotak P3K yang kakaknya itu selalu bawa kemana pun "Itu luka kecil eonni, aku bahkan tak sadar kaki ku terluka."

Lisa sadar bahwa saat ini bukan hanya Rosé yang menatapnya tajam tapi juga kedua kakanya yang lain "Luka kecil apanya! Luka mu dalam Lisa, bahkan darahnya banyak sekali."

Kekehan itu terdengar membuat Rosé semakin di buat geram oleh adiknya itu "Hati ku akan jauh lebih skait jika kau yang terluka."

Rosé bangkit saat Lisa meraih tangannya "Gwenchana aku ini... gadis yang kuat."

****

Jennie terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi tubuh dan wajahnya yang memucat. Gadis itu beranjak dan dengan cepat berlari menuju kamar adiknya, mengabaikan Jisoo yang menyerukan namanya.

Klek~

Hela nafas panjang itu terdengar bersamaan dengan Jisoo yang kini berdiri bersama Jennie. Menatap kedua adiknya yang berpelukan dalam tidurnya.

"She's still your papillion, Jennie"

Jisoo berbisik pelan dan berhasil menusuk perasaannya "Jadi berhenti mengabaikannya, kau sudah terlalu jauh melukainya"

Like A Butterfly
Jakarta, 2 November 2020

Note :

Lagi mood jadi up dua"nya, baik kan gw🙈

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang