Lisa menghela nafasnya berkali-kali, gadis itu sungguh lelah. Ingin sekali terus memeluk gulingnya sepanjang hari tapi suara kakak keduanya itu menggema dan terus saja menyerukan namanya.
"Come on, Lisa! Kau akan shooting drama baru mu pagi ini, tapi lihatlah bahkan liur mu itu masih menempel di pipi"
"Eonni! Jangan ganggu aku. Lagi pula tak akan ada yang berani menegur peran utama"
Jennie memutar matanya malas.
"Aku akan menemani mu, okey?""Bukankah kau harus ke rumah sakit? Banyak pasien yang harus kau sembuhkan, lagi pula appa akan marah jika tahu kepala rumah sakitnya malas-malasan"
Kedua tangan Jennie bergerak menarik dengan kasar selimut tebal yang terus saja menyelimuti tubuh adik bungsunya itu.
"Wake up Lalisa Lee!""Argh, arraseo! Pergilah aku akan mandi dan bersiap" Gadis berponi itu berjalan dengan tubuh yang terhuyuh ke kanan dan kiri.
Jennie tersenyum jahil.
"Jangan lupa liur di pipi mu, sayang!""Jennie eonni!"
•
•
•
•
Gadis berponi itu turun dari mobil hitamnya dengan langkah santai "Kenapa baru sampai? Kita kan janji jam 7 ini sudah hampir jam 10 Lisa!"
Gadis Lee itu menoleh pada pria yang telah menjadi managernya dengan tajam "Oppa! Lagi pula mereka hanya berbincang hal yang tak penting selama 3 jam pertama lalu mulai shooting pada pukul 11 nanti"
"Arraseo, tapi yang lain terus saja menanyakan mu. Kau ini pemeran utama setidaknya bersikap ramah lah sedikit"
Pria bermarga Park itu menyodorkan beberapa lembar kertas yang telah di sampul pada Lisa "Ini naskah mu, ayo kau harus ganti baju dan di rias"
****
Jennie tersenyum ramah pada beberapa perawat dan dokter yang menyapanya.
"Nona Jennie? Anda sampai lebih awal dari yang di jadwalkan, mari saya antar"Gadis Lee itu mengangguk singkat sebelum mengikuti langkah pria berpakaian rapih di hadapannya ini "Tuan besar Im sudah menunggu"
Senyum manisnya mengebang saat sosok ayah dari ibunya itu menyambut "Aigoo cucu ku yang cantik dan pintar ini sudah pulang"
"Weharaboji semakin tampan, ya?"
Pria berumur hampir satu abad itu tertawa "Sekarang kau sudah besar, lakukan tugas mu dengan baik dan benar sayang. Ini bukanlah tanggung jawab yang bisa kau remehkan"
"Nde weharaboji, aku akan melakukan usaha terbaik ku"
****
"Nona Jisoo, tolong tanda tangani berkas ini. Lalu nanti pada pukul 1 siang kita ada meeting dengan client. Setelahnya tidak ada lagi nona"
Pria sulung Lee Minho itu mengangguk paham pada sekertarisnya "Bisa tinggalkan aku untuk beberapa jam sampai acara meeting?"
"Nde nona, kalau begitu saya permisi"
Jisoo menyadarkan punggung dengan mata tertutup. Menjadi seorang kepala perusahaan adalah hal yang benar-benar menguras tenaganya.
Walau hanya salah satu cabang besar dari perusahaan ayahnya di Seoul, tapi Jisoo tak pernah membayangkan akan seperti ini kedepannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/239814114-288-k537183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanfictionHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.