16. Hurted

10.2K 1.3K 211
                                    

Pintu ruang rawat itu terbukan menampilkan Rosé dan Jennie yang tertidur lelap. Langkah kakinya dengan perlahan mendekat, menatap lama wajah kakak ketiganya itu yang telihat lebih baik dari kemarin.

"Lisa—"

"Stt~ Jennie eonni mudah terbangun saat tidur. Aku di sini eonni, jangan khawatir."
Rasa khawatir yang membelenggu hatinya itu perlahan menghilang saat genggaman hangat tangan Lisa menyapu lembut tangannya.

"Eonni baik-baik saja? Maafkan aku, tak seharusnya aku melakukan hal gila seperti itu kemarin."

Sepasang mata hazel itu menatapnya dengan penuh penyesalan. Rosé tahu jelas bahwa adiknya itu tengah di landa tekanan yang besar sekarang "Sudah makan? Ah ya aku tak melihat Jisoo eonni."

"Dia mencari mu semalaman. Saat dia ke hotel kau tak ada. Polisi bilang belum 24 jam jadi kau tidak bisa di katakan sebagai orang hilang."

Ia kembali menyusahkan kakaknya fikir Lisa. Sungguh entah sampai kapan ia akan terus menyusahkan ketiga kakaknya itu.
"Lisa~ya jangan salahkan diri, eoh? Abaikan berita itu. Aku yakin appa sudah menanganinya."

Lisa mengangguk patuh. Matanya melirik pada Jennie yang nampak begitu lelah terlelap di atas sofa "Aku... memberitahukan soal obat penenang itu pada Jennie eonni. Maaf Lisa jika nantinya kau kembali di marahi oleh Jennie eonni, tapi semalam aku benar-benar kesal padanya."

Rosé terdiam sejenak kembali mengingat pertengkarannya dengan Jennie semalam. Sama seperti Rosé yang dulu adalah anak bungsu sebelum Lisa datang. Jennie pun begitu, kadang kala ia sering sekali bertengkar dengan Jennie bahkan hanya karena hal kecil.

Semua kakak pasti merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian orang tua saat muncul sosok adik yang jauh lebih kecil dari mereka. Memang tak benar-benar hilang, tapi 50% perhatian orang tua akan lebih tertuju pada sosok anggota keluarga baru itu.

"Apa eonni sudah makan? Mau ku suapi?"
Lisa mengurungkan niatnya saat tangan Rosé yang terbalut infus itu menahannya.

"Jaehyun menelfon ku. Dia bilang kau tak membalas pesan Jungkook semalam. Ada apa?"

Gelengan singkat itu sudah menjawab pertanyaan hati Rosé. Dan gadis itu yakin bahwa ada sesuatu yang Lisa sembunyikan "Kau... tak mengkonsumsi—"

"Lisa?"
Kedua gadis itu menoleh pada Jennie dan Jisoo yang memanggilnya bersamaan.

Berbeda dengan Jisoo yang langsung memeluknya. Kakak keduanya itu malah melemparkan tatapan tajam padanya.
"Aku mencari mu semalaman, kau tidak ada di hotel. Aku benar-benar panik sampai—"

Kalimatnya tertahan saat tepukan menenangkan itu terasa di punggungnya.
"Aku tidur di hotel eonni. Mungkin saja saat kau datang aku belum sampai di sana. Jadi kita tak bertemu."

"Tapi aku sudah menyusuri jalan. Mencari wajah mu di setiap transportasi yang berkendara tadi malam. Tapi kau—"

"Eonni... aku sudah di sini." Lisa melepas pelukannya. Memberikan tatapan dalam pada Jisoo yang terdiam di hadapannya.

"Lisa—"

"Kau meresahkan bagi kami tahu tidak?" Itu suara tajam Jennie yang melangkah cepat ke arahnya.

"Jennie—" belum sempat Jisoo menegur adik keduanya itu. Jennie sudah lebih dulu nenarik Lisa pergi dari ruangan itu.

"Mungkin mereka butuh waktu."

****

Plak~

Lisa memejamkan matanya erat saat merasakan panas di pipi kanannya.
"Kau berani menyentuh obat penenang, tanpa sepengetahuan ku!"

Bungsu Lee itu sudah tahu bahwa Jennie akan marah besar padanya. Sama seperti dulu saat pertama kali kakaknya itu tahu dan kini tamparan itu kembali mengenai pipinya setelah 10 tahun lamanya.

"Mau jadi apa kau, huh? Kau bosan hidup, bunuh diri saja! Kenapa harus nyusahkan orang lain terlebih dahulu."

Sakit. Rasanya jauh lebih sakit dari tamparan yang mengenai pipinya. Hatinya tersakiti karena kalimat itu dapat keluar dengan mulus dari mulut kakak tersayangnya "Eonni..."

"Kau merasa tertekan karena berita itu, iya? Lalu apa, kau mau bunuh diri dengan overdosis atau menusukkan pisau dapur di tubuh mu begitu. Di mana akal sehat mu Lisa! Percuma kau sekolah tinggi jika kau berfikir seperti itu!"

Kepala menunduk tak berani membalas tatapan tajam Jennie di hadapannya. Ia salah, ia tahu itu. Tapi setidaknya bisakah ia mendapatkan sebuah pelukan dari sosok yang selalu ia jaga?

"Aku salah eonni... aku bodoh karena memikirkannya. Tapi... tak bisakah kau tidak mengatakan semua itu pada ku?"

Air mata yang sejak tadi ia tahan mengalir deras membasahi pipinya. Menetes pada sepatunya yang sejak tadi ia tatap.
"Setidaknya... berikan aku sebuah pelukan seperti dulu, saat appa memarahi ku eonni selalu memeluk ku. Aku butuh ketenangan itu di pelukan mu eonni."

"Manja. Umur mu sebentar lagi 22 tahun tapi tingkah mu masih seperti bocah 12 tahun." Setelahnya Jennie pergi. Meninggalkan Lisa yang terisak seorang diri di koridor rumah sakit yang sepi itu.

Ia tak bergerak. Hanya terdiam kaku di atas kedua kakinya dengan kepala menunduk dan air mata yang tak berhenti menetes. Sampai derap langkah kaki terdengar mendekat. Ia berharap Jennie kembali untuk memeluknya tapi harapannya.

Tangisnya mereda saat sepasang sepatu hitam itu berhenti tepat di hadapannya. Kepala yang sejak tadi menunduk kini terangkat, mendapati seorang pria dengan rambut cokelat gelapnya berdiri tegak dengan memandanginya.

"Uljima, aku benci melihat gadis cantik seperti mu menangis."

****

"Eonni tak bisakah kau menyusul mereka? Perasaan ku tak enak saat melihat Jennie eonni menariknya dengan sangat kasar tadi."

Mendapati gelengan pelan dari kakak sulungnya itu membuat Rosé mendesah kecewa "Aku yakin Jennie tak akan melukainya. Kau lupa, Lisa adik kesayangannya."

"Rosé..."
Tubuh kurusnya tersentak saat sosok kekasihnya itu tiba-tiba saja muncul di ambang pintu ruang rawatnya.

"Jaehyun~ah kapan kau sampai?" Pria berlesung itu tak menjawab, ia dengan segera merengkuh tubuh gadisnya itu dengan erat dalam pelukannya.

"Kami terbang dari Korea malam dari. Perasaan ku tak enak saat kau tak bisa di hubungi begitu juga Lisa."

"Kami? Kau tak sendirian Jaehyun?" Tanya Jisoo menatap kekasih adiknya itu dengan kebingungan.

"Eoh, aku bersama Jungkook. Sedative Lisa."

Like A Butterfly
Jakarta, 8 November 2020

Note :

Padahal kemaren gak gantung tau. Apa kalian mau di gantung? Wkwk.

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang