Dalam sunyi malam ini Lisa terduduk diam di kursi balkonnya seorang diri. Menggenggam kebuah kaleng bir dengan pandangan kosong.
"... Satu hal Lisa. Jangan percaya pada siapa pun untuk sekarang. Termasuk ketiga saudari mu dan... aku."
Suara Jongin malam itu terus terngiang di fikirannya. Dan entah apa alasannya Lisa jauh lebih percaya untuk menceritakan keluhannya pada Jongin yang tak ia kenal dari pada dengan ketiga saudarinya atau bahkan orang tuanya.
Jaehyun, Jungkook, Jongin, dan Bambam.
Keempat pria itu berada di belakangnya sekarang. Berdiri tegak untuk mendukungnya dengan semua rencana yang ada. Lisa fikir ancaman itu hanya sekedar main-main, tapi nampaknya semakin hari Jisoo dan Rosé pun ikut terancam oleh orang misterius itu.
Jika kedepannya semua ancaman ini semakin menggila. Lisa tak punya pilihan, ia harus melakukannya seorang diri.
Dari atas balkon kamarnya Lisa bisa melihat kakak keduanya itu baru saja tiba dengan mobil kesayangannya. Padahal ini hari minggu tapi kakaknya itu tetap berada di rumah sakit seharian "Terlalu rajin atau— entahlah eonni, aku mulai tak mengenali mu sejak beberapa bulan lalu."
Sejak malam itu Lisa lebih memilih untuk sendiri. Menjauh secara perlahan dari Jennie yang bahkan tak kunjung menyadarinya.
"Nona anda baik-baik saja?"Kaleng bir itu jatuh saat Lisa bangkit dengan wajah terkejut "Tak apa, aku hanya terserempet motor tadi."
Kakinya berlari hendak menghampiri Jennie dan menanyakan kondisinya. Tapi entah apa yang terjadi tiba-tiba saja tubuh Lisa terbating ke lantai dengan keras. Wajahnya memerah menahan sakit yang datang menyerangnya.
Lisa hendak bangkit dengan menyeret kedua kakinya yang nampak kaku dan mati rasa "Argh! Sebenarnya apa yang terjadi—"
Klek~
"Lisa~ya kaki mu sakit lagi?" Rosé datang menghampiri adiknya yang terdiam mengatur nafasnya.
"Apa kau sesak? Tubuh mu hangat lagi, kita ke rumah sakit sekarang. Aku akan—"
"Aniya, aku... hanya butuh istirahat."
Jawab Lisa menahan lengan Rosé.Gadis dengan surai blonde itu terdiam sejenak manatap adiknya dengan tajam "Kau minum Lisa? Kau tak bisa bohong pada ku, karena bau alkoholnya tercium dengan jelas."
"Kenapa bertanya jika sudah tahu?"
Rosé mendengus kesal sebelum membantu Lisa beranjak menuju kasurnya "Istirahat. Kondisi mu sedang memburuk beberapa hari ini. Dan... berhenti minum itu tak baik."
Melihat Rosé pergi begitu saja membuat Lisa menghela nafasnya pasrah. Ia tahu kakaknya itu pasti marah padanya sekarang. Satu-satunya orang yang masih tak mengizinkannya minum adalah Rosé.
Kakaknya itu selalu melarangnya menyentuh minuman beralkohol padahal umurnya akan menginjak 23 tahun sebentar lagi.
"Huft... apa yang akan terjadi pada ku setelah ini. Lumpuh atau... mati?"****
Sambungan telfon itu tak kunjung mendapatkan jawaban membuat sang empu membanti kasar ponselnya hingga tak berbentuk.
"Sial bedebah satu itu berani melukai Jennieku."
Pria dengan jas mewahnya itu berbalik menatap salah satu anak buahnya yang menyodorkan sebuah ponsel.
"Beraninya kau—""Sudah ku bilang. Jauhkan Eunha dari Jennie. Dia sudah tak berguna sekarang! Gadisku sedih karena kakaknya menjauhinya. Jadi... singkirkan Eunha atau ku bongkar rahasia mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Butterfly ✔
FanficHidup itu bukan hanya tentang bahagia dan tawa. Tapi juga tentang bagaimana caranya berjuang dan bertahan.