14. Sorry

10.1K 1.3K 223
                                    

Tubuhnya terkulai lemas dengan darah yang tak berhenti keluar dari luka di perutnya.
"Lisa apa yang kau lakukan!"

Getaran hebat itu menghantam tubuhnya. Melihat begitu banyak darah yang keluar bahkan mulai mengotori lantai di sana. "Eonni---"

"Eonni cepat panggil ambulance! Bertahan, eoh? Rosé~ya eonni mohon bertahan." Jennie di sana, terduduk di sisi Rosé dengan tangan yang sibuk menekan luka diperut adiknya itu.

"Rosé eonni---"

"Menjauh dari adik ku! Tega kau melakukannya Lisa~ya!" gadis berponi itu menggeleng kuat. Ia mulai menangis dengan tangannya bergerak menarik kasar rambutnya sendiri.

"Lisa~ya gwenchana... jangan sakiti diri mu sendiri." Rosé berbisik lirih, meraih salah satu tangan adiknya yang sibuk menyakiti dirinya sendiri. Memberikan genggaman hangat sambil menahan rasa sakit yang terus menghujaminya.

Tak butuh waktu lama beberapa petugas rumah sakit pun datang, menggiring Rosé bersama Jennie menggunakan ambulance. Menyisahkan Jisoo dan Lisa yang memilih menaiki mobil dalam kebisuan.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit beberapa kali Jisoo melirik pada adik bungsunya itu, mendapati tubuh kurusnya yang bergetar dengan hebat. Tatapannya kosong menatap ke arah depan.
"Jangan di gigit!"

Jisoo menarik kasar tangan Lisa yang tak berhenti gadis itu gigiti, membuat luka pada jemari kurusnya.
"Ku bilang berhenti, jangan di gigit!"

Gadis itu menghiraukan peringatan Jisoo membuat sulung Lee itu merasa frustasi sendiri.

****

"Jennie~ya bagaimana?" gadis bermata kucing itu menggelengan dan langsung berhambur ke pelukan Jisoo.

"Ini semua karena mu! Jika saja kau tak bersikap layaknya orang gila, ini semua tak akan terjadi!" Jisoo bergerak mengusap punggung Jennie yang menatap tajam ke arah adik bungsunya itu.

"Geumanhae Jennie~ya ini semua bukan salahnya—"

"Tentu saja itu salahnya eonni! Jika dia tak melakukan hal gila seperti itu, Rosé tak akan seperti ini. Adik ku tak akan celaka!"

Jisoo menatap sendu punggu Jennie yang terduduk sebelum beralih pada Lisa "Pulanglah, biar aku dan Jennie yang menjaga Rosé di sini."

Tak ada jawaban, gadis berponi itu hanya berlalu begitu saja "Lihatlah dia seolah mati rasa dan tak menyesali perbuatannya. Tak tahu diri!"

Lisa masih bisa mendengarnya. Semua yang di ucapkan Jennie, ia mendengarnya dengan jelas. "Mianhae eonni."

"Nona?" Perawat itu cukup terkejut saat mendapati Lisa yang berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat.

Gadis dengan rambut sebahu berwarna abu itu melangkah masuk dan merebahkan dirinya di atas ranjang "Lakukan saja, kami memiliki golongan darah yang sama."

"Tapi nona, kami belum melakukan pemeriksaan pada anda—"

"Lakukan saja." Ucap Lisa dengan tegas membuat wanita dengan seragam putihnya itu menurut.

Sebanyak dua kantung darah itu diambil dari Lisa membuat wajah pucatnya itu terlihat semakin jelas "Tetaplah di sini, aku akan membawakan makanan dan beberapa obat penambah darah."

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang