Dua puluh enam

2.5K 257 64
                                    


Don't Like Don't Read

.

.

.

.

.

Di sinilah Naruto berdiri, sebuah tempat yang biasa di gunakan untuk arena tarung liar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sinilah Naruto berdiri, sebuah tempat yang biasa di gunakan untuk arena tarung liar. Netra samudranya menatap seksama bangunan tua yang nampak kusam dan tua di luar tersebut. Setelah mendapat ceramah panjang lebar dari sahabat-sahabatnya akan keputusan yang dirinya ambil saat di pengadilan, Naruto langsung menuju kemari. Ia pun menolak bantuan uang dari teman-temannya yang akan membantunya. Sebagai seorang Ayah, dirinya ingin membuktikan bahwa ia mampu dan sanggup memenuhi persyaratan yang di ajukan padanya dengan caranya sendiri, walau itu bisa membahayakan nyawanya.

Naruto pun tahu tempat ini karena ia pernah kesini sekali, itupun karena tak sengaja. Dan suatu kebetulan juga, ia bertemu dengan seseorang yang selama ini menjadi bandar arena tinju liar yang dulu menaunginya semasa masih di Konoha.

Suara teriakan keras yang menggema menyambut kedatangan Naruto. Dan Naruto sendiri tak merasa terganggu dengan hal itu, karena baginya itu suatu hal yang biasa. Kepalanya menengok mencari seseorang yang ia kenal, setelah melihat di mana sang bandar tersebut Naruto pun menerobos melewati para penonton yang tengah asik memberi dukungan untuk jagoan mereka masing-masing.

"Kakashi-san!" yang di panggil pun menoleh lalu tersenyum di balik maskernya.

"Yo, Naruto! Tumben kau datang lagi, ada apa?" tanyanya ramah sembari merangkul Naruto.

"Iya, ada yang ingin ku bicarakan denganmu."

"Baiklah, kita bicara di tempat lain saja," ajaknya kemudian melangkah menjauhi arena yang bising tersebut ke tempat yang lebih tenang di salah satu ruangan yang ada di sana.

"Jadi, apa tujuan kedatangan mu kemari?" tanyanya langsung.

"Begini...

===

Helaan napas kasar beberapa kali terdengar dari gadis bersurai blonde tersebut, nampak sekali ia terlihat tak tenang. Memandang lurus ke depan, menatap lalu lalang para pejalan kaki yang ada di taman gyoja, suna.

Pikirannya masih melayang tertuju pada pria dewasa beranak satu yang sudah memikat hatinya. Bahkan masih jelas diingatan bagaimana Naruto menolak halus bantuannya, saat ia berbicara sedikit menjauh dari  teman-teman pria itu yang kebetulan sedang berkumpul di rumah Naruto sendiri.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang