Waktu begitu cepat berlalu, begitu banyak waktu yang sudah di lewati oleh Naru dan Hinata. hubungan keduanya juga semakin tak terpisahkan, Hinata selalu ada untuk Naru. Bahkan di sela kesibukannya mengajar privat anak didiknya bermain musik.Surai indigo-nya ikut bergoyang kecil seiring hentakan kakinya yang terus berlari menyusuri trotoar jalan sepi malam itu. Sesekali manik rembulannya melirik arloji di pergelangan tangannya, takut-takut dirinya akan telat menyaksikan pertandingan besar sang kekasih malam ini. Hinata mengeratkan jaket tebal yang ia kenakan, sembari menggerutu kesal akibat dari Ayahnya yang tiba-tiba memintanya menemani Toneri, pemuda dari keluarga Ootsuki yang telah di siapkan untuk menjadi calon pendampingnya. Padahal Hinata sudah menolaknya secara terang-terangan sedari dulu.
****
Sedang di tempat lain, tepatnya di distrik Kamagichi, pinggir desa Konoha yang mana tengah berlangsungnya pertarungan sengit antara Naruto dengan sang penantang dari kubu lawan, yang bernama Juugo. Sorak Sorai para penonton menghiasi ruangan temaram itu, memasang taruhan besar-besaran untuk jagoan mereka.
Adu pukul dan tendangan silih berganti mengenai keduanya, bahkan Naruto beberapa kali mendapatkan pukulan telak di area perutnya. Bahkan pelipisnya juga sudah mengeluarkan darah.
Namun semangat dari para pendukung setianya tak pernah berhenti berteriak berharap sang jagoan segera membalas lawan.
"Kitsune... Kitsune... Kitsune...
Namanya panggungnya terus di gaungkan di tribun penonton, namun seakan itu tak menjadi pengaruh besar untuk Naruto. Malam ini dirinya benar-benar tidak fokus. Entah karena keberadaan sang kekasih yang tak kunjung terlihat, atau memang malam ini Dewi Fortuna tak mengizinkan dirinya untuk menang. Melihat Naruto yang lengah Juugo tak menyiakan kesempatan, ia langsung menendang telak perut Naruto, membuat sang empu memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tak puas dengan apa yang sudah dilakukan pada Naru, Juugo kembali menghampiri, mengangkat tubuh lemas Naru lalu membantingnya dengan keras.
Berbeda dengan pendukung Juugo yang bersorak kegirangan, kini para pendukung Naru terdiam melihat jagoannya terkulai tak berdaya. Juugo berteriak keras mengelilingi arena tinju sembari memukul-mukul dadanya, seolah menunjukkan kalau dirinya adalah pemenang malam ini.
Naruto terbaring dan terkulai lemas, napasnya terengah, matanya mengerjab beberapa kali. Hingga suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai menggema di telinganya, Naru menoleh dan mendapati siluet sang kekasih tengah berjalan mendekat ke arahnya. Dengan sekuat tenaga Naru berusaha berdiri dengan berpegangan pada tali ring tinju.
"Maaf aku datang terlambat Naru." ungkap Hinata menangkup wajah Naru yang lebam. Hinata mengusapnya pelan lalu berbisik pelan, "Majulah dan kalahkan dia Naru, menangkanlah pertandingan malam ini untukku!" setelahnya Hinata melangkah mundur membiarkan Naru menyelesaikan pertandingannya malam ini.
Juugo yang melihat Naru kembali bangkit, merasa marah dan berteriak kencang ingin menerjang Naru. Namun dengan lihai Naru menangkis dan membalikkan keadaan. Dengan kekuatan penuh Naru melepaskan tinjuannya ke rahang Juugo, menendang dan membanting tubuh kekar jugo beberapa kali. Merasa tak puas Naru mengangkat tubuh lemas Juugo, lalu membantingnya dengan sekali hentakan keras. Juugo pun akhirnya tak berkutik sama sekali, membuat wasit memutuskan menghentikan pertandingan dan melantangkan nama Naru keluar sebagai pemenangnya.
Para pendukung Naru berteriak keras, euforia kemenangan dari kubu Naru jelas terlihat. Beberapa bagian dari tim Naru naik ke atas, melempar tubuh Naru berulang-ulang. Tak jauh dengan suara pendukungnya Naru, Hinata pun melakukan hal yang sama. Berteriak lantang dan meloncat kegirangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
FanfictionMenjadi orang tua tunggal untuk putranya, membuat Naruto berusaha membahagiakan sang putra seorang diri. Setelah berpisah dengan istri tercintanya, karena Hiashi tak merestui hubungan mereka. "Ayah bagaimana wajah ibuku?" "Jangan pisahkan aku dengan...