Tiga puluh

4.9K 377 219
                                    


Don't Like Don't Read

.

.

.

.

.

Naruto merasakan tubuhnya lemas dan terasa remuk sekarang, napasnya berderu membuat debu yang ada di sekitar wajahnya berterbangan tertimpa helaan dari napasnya yang keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naruto merasakan tubuhnya lemas dan terasa remuk sekarang, napasnya berderu membuat debu yang ada di sekitar wajahnya berterbangan tertimpa helaan dari napasnya yang keluar .

Pekikan yang memanggil namanya menggema di tribun penonton tempat Boruto dan yang lain duduk. Boruto menangis histeris, memanggil Ayahnya berulang kali. Beda dengan Toneri yang bertepuk bahagia di ujung sana.

Naruto berusaha membuka matanya yang terasa berat saat darah dari keningnya masuk ke dalam retinanya. Bayangan bagaimana wajah Boruto yang tertawa bahagia saat bersamanya, berganti dengan wajah menangis Boruto saat terpisah dengannya terlintas di kepalanya. Membuat Naruto ingat tujuan awalnya untuk memenangkan pertandingan ini, ia berusaha untuk bangkit dengan susah payah. Namun ambruk kembali, sampai tak lama, ketukan dari suara langkah sepatu yang beradu dengan lantai terdengar mengalun di telinganya. Hatinya bergetar seakan mengenali langkah kaki itu. Naruto mengangkat kepala mencari sumber suara, dan berusaha membuka matanya. Sampai siluet sosok wanita cantik tertangkap oleh retinanya.

Di sana, di ujung pintu tangga masuk tribun arena tarung tersebut, sosok wanita yang begitu sangat ia cintai berdiri menatap dirinya dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh air mata. Wanita yang selalu menjadi sumber inspirasi dari kekuatannya ketika  terpojok kala ia tengah bertarung dulu. Tak dapat dipungkiri dalam hati, ada rasa bahagia yang menyelimutinya. Dengan sekuat tenaga Naruto kemudian berusaha menggeret tubuhnya, untuk menggapai tali pembatas ring. Akan tetapi belum sampai tangannya mencapai tali tersebut, King kembali melakukan aksinya dengan menarik kaki Naruto, mengangkatnya ke atas kepalanya dengan kedua tangan kekarnya dengan mudah, memutar-mutar tubuh lemah Naruto sembari berteriak lalu membantingnya dengan keras.

Naruto memuntahkan darah dari mulutnya, ia bisa merasakan di sekitar area punggungnya bermasalah, terbukti dengan suara retakan yang telinganya tangkap dari sana. Juga tulang bahunya terasa bergeser.

"Naruto-kun...!" Hinata berteriak histeris melihatnya, dan segera berlari ke arah Naruto yang tubuhnya tepat berada di pinggir ring arena.

Hinata berdiri membeku menatap tubuh babak belur Naruto dengan tangan yang membekap mulutnya. Hatinya teramat sakit, kepalanya menggeleng dan batinnya menjerit menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Naruto kini. Pun Naruto, dengan susah payah menoleh saat mendengar suara Hinata yang memanggil namanya. Lalu berusaha memiringkan tubuhnya, serta mencoba membuka matanya yang masih terasa berat.

"Hi-hinata..." bisiknya lirih, tangan lemah nan bergetarnya terangkat untuk menggapai  Hinata yang berdiri di dekatnya. Namun belum sampai tangan itu menggapai tujuannya, King kembali melancarkan aksinya. Menarik tubuh Naruto yang sudah tak berdaya untuk berdiri. Lalu memukul kening yang terluka itu sekali lagi dengan keras. Membuat tubuh Naruto lagi-lagi ambruk kembali dengan posisi telungkup.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang