Brukhh...
"Aakhh.."pekik Boruto jatuh, kakinya begitu terasa sakit. Napasnya memburu disertai dengan keringat yang mengalir di keningnya.
Naruto yang melihatnya hanya bisa menunduk pasrah, keinginan terbesarnya bisa melihat Boruto bisa berlari dan berjalan normal sepertinya harus ia kubur dalam-dalam. Bukan maksud ia memaksakan kehendaknya sendiri, bukan. Ia hanya ingin menunjukkan pada dunia dan semua orang yang selalu mencemooh putranya bahwa mereka salah, tak selamanya orang rendah selalu berada dibawah, ada kalanya masa akan berbalik.
Boruto yang melihat kesedihan yang nampak jelas pada raut wajah sang Ayah ikut merasakan sakit. Boruto tahu bagaimana Ayahnya selama ini berusaha berjuang agar dirinya bisa berjalan layaknya anak normal seusianya. Bisa bermain, dan berlari kesana-kemari tanpa harus bergantung dengan kerangka besi yang menopang keseimbangan kakinya. Boruto tahu bagaimana Ayahnya selalu menyempatkan waktu mengajarinya berjalan walau lelah mendera sepulang dari bekerja, Boruto tahu bagaimana Ayahnya selalu memberikan terapi pada kakinya, dengan caranya. Tangan besar nan kasar Ayahnya adalah bukti dari ketulusan yang selama ini ia peroleh dari sosok sang Ayah. Ketulusan yang belum tentu ia dapatkan dari Ayah lain selain Ayahnya.
Boruto menoleh melihat lawannya yang sudah jauh berlari meninggalkan nya, kepalanya kembali menatap sosok Ayah yang masih tertunduk dengan tangan yang menutupi wajahnya.
Dengan tekad yang kuat, Boruto berusaha berdiri menahan rasa sakit yang menyerang syaraf otot kakinya.
'Aku harus bisa demi Ayah. Ya, aku pasti bisa.'batinnya menyemangati diri sendiri.
Dengan langkah tertatih, Boruto menggerakkan kedua tungkai kakinya yang terasa berat. Berusaha mengejar lawan-lawannya yang sudah berada jauh di depan, semua orang yang melihat ada yang bersorak sorai menyemangati adapula yang hanya terdiam melongo.
"Naruto lihat, Boruto kembali berlari."pekik Kiba seraya menepuk bahu Naruto. Naruto pun langsung mendongak menatap lurus kedepan dimana sang putra kini tengah berjuang.
Bibirnya langsung mengembangkan senyum bahagia."Berlarilah Boruto.... terus larilah...kau bisa ! Lari Boruto lari..."teriak Naruto menyemangati Boruto.
"Come on Boru,ruuuunnnnn.!!! You can do it, run Boru ruuuunnnn...!!!"
Tak henti-hentinya Naruto memberikan kalimat semangat,agar dapat memicu tekad kuat sang anak. Boruto yang mendengarnya pun semakin bersemangat untuk terus jauh berlari, dan tanpa terduga sepasang kerangka besi pada kaki Boruto perlahan remuk dan hancur seiring kuatnya hentakan kaki Boruto yang tengah berlari melaju dengan kencang, satu persatu ia melewati lawannya yang tadi sempat jauh meninggalkan nya.
Semua yang melihat kejadian tersebut dibuat terkejut dan tak percaya, tak terkecuali Naruto sendiri, dan untuk kesekian kalinya senyum bahagianya kembali terpancar dari wajahnya.
Boruto bahkan kini sudah bisa melihat garis finish itu sudah sangat dekat,tinggal melewati satu lawannya saja sekarang. Lawan yang tadi sempat mengejeknya tak bisa berjalan dan berlari.
"Hyaaaaaaaaa...."
Teriakan Boruto yang menggema semakin membuat penonton berteriak memberinya semangat. Begitupun dengan Naruto walau matanya sudah memerah membendung air mata.
Tap...
Tap...
Tap...
Pritttttt.....
Pluit itu berbunyi tepat saat tubuh Boruto yang pertama melintasi garis finish, dan langsung saja salah satu petugas menangkap tubuh Boruto yang terlihat akan tersungkur kedepan setelah lelah berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
FanfictionMenjadi orang tua tunggal untuk putranya, membuat Naruto berusaha membahagiakan sang putra seorang diri. Setelah berpisah dengan istri tercintanya, karena Hiashi tak merestui hubungan mereka. "Ayah bagaimana wajah ibuku?" "Jangan pisahkan aku dengan...