Tiga puluh empat

986 124 22
                                    


Don't Like Don't Read
.

.

.

.

.

"Ibu? Ayah kenapa?" baik Hinata maupun Naruto mengalihkan pandangan ke arah pintu, di mana Boruto yang baru saja datang bersama Shikamaru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu? Ayah kenapa?" baik Hinata maupun Naruto mengalihkan pandangan ke arah pintu, di mana Boruto yang baru saja datang bersama Shikamaru.

"Ayah baik-baik saja, 'kan?" todong Boruto bertanya kembali, saat sudah sampai di sisi Naruto.

"Kenapa... Ayah berkeringat banyak, begini?" imbuhnya kemudian, menatap khawatir wajah Ayahnya. Lalu dengan telaten, menghapus keringat yang memenuhi kening sang Ayah dengan tangan mungilnya.

"Ayah tidak apa, nak. Jangan khawatir, hm?" Naruto mengambil tangan Boruto lalu mengecupnya dengan lembut.

"Sungguh?"

"Tentu."

Meski ragu, Boruto akhirnya hanya bisa mengangguk. Dirinya tahu dan yakin, jika sang Ayah sedang menahan sakit pada tubuhnya, sekarang.

"Kau sudah makan, nak?" kini giliran Hinata yang bertanya. Mengalihkan pembicaraan, dan mengusap lembut rambut yang sama persis dengan yang Naruto miliki.

"Mm... Sudah, Bu. Di rumah paman Shika," jawabannya pelan.

"Shika, maaf sudah merepotkan," ucap Naruto.

"Hmmm... Seperti pada siapa saja, kau ini," Shikamaru menatap malas Naruto yang selalu merasa tidak enakkan.

Dan seperti biasa, Naruto hanya bisa menyengir saja setelahnya.

"Duduklah, Shikamaru-san," Hinata mempersilahkan.

"Akan ku ambilkan air minum dulu," lanjut Hinata kemudian. Mengangkat dan menurunkan kaki Naruto dengan pelan.

"Tidak perlu repot-repot, Hinata. Tetaplah di tempatmu," tolak Shikamaru dengan halus. Lalu mendaratkan bokongnya di kursi yang kosong.

"Oh, iya. Naruto, ini dari Kakashi-san," Shikamaru langsung saja menyodorkan dua buah kartu debit dan buku tabungan dari sebuah perusahaan perbankan, di atas meja.

"Kakashi-san, sudah membagi dua uang dari hasil kemenangan tarung liar mu, waktu itu. Seperti permintaanmu, sebelumnya," jelas Shikamaru.

"Tadinya, dia datang kemari. Berhubung kau tidak ada, jadi dia menitipkan padaku saat tak sengaja bertemu di rumah nenek Chiyo," imbuh pria nanas yang berprofesi sebagai hakim itu.

"Ah, iya. Terima kasih. Shikamaru."

Sang empu nama hanya mengangguk, menjawab. Naruto mengambil kartu tersebut, lalu menyerahkannya pada Hinata.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang