Sembilan

3K 297 121
                                    


Terik sinar matahari yang menyengat seakan membakar kulit, peluh bercucuran membasahi sekujur tubuh. Namun, semua itu tak menyurutkan semangat Naruto yang kini tengah menggelantung cukup tinggi menggunakan alat bantuan tower craine, menge-las besi yang disambungkan dengan besi yang lain pada bangunan lantai 3 tersebut.

Meski sudah dilengkapi dengan safety helmet, safety belt, lengkap dengan kacamata yang melindungi matanya dari percikan api yang dihasilkan oleh bahan pengelasan tersebut namun, tetap saja akan sangat nampak berbahaya jika dilihat sebagian orang. Tapi, Naruto nampak sangat tenang menjalankan pekerjaannya.

Sungguh perjuangan yang sangat berat dan juga berbahaya, bagi sosok yang dipanggil Ayah. Bahkan pekerjaan yang bisa saja menghilangkan nyawa jika tidak benar berhati-hati.

"Naruto !!"

Panggilan yang keras itu menghentikan kegiatan yang Naruto lakukan, dan menatap kebawah tepatnya pada suara yang memanggilnya.

Setelah melihat gerakan isyarat agar dirinya turun, iapun dengan pelan menarik tali yang terhubung dengan tubuhnya.

"Apa ada pekerjaan saya yang tidak beres pak?" Tanya Naruto langsung menebak setibanya ia didepan kepala kontraktor tersebut.

"Tidak-tidak, pekerjaan mu selalu rapi Naruto."jawabannya mengibaskan tangannya.

"Kalau begitu apa ada sesuatu?" Lanjutnya lagi bertanya.

"Begini, aku akan menyuruhmu ke alamat ini untuk meminta tanda tangan pemilik bangunan ini, dan kebetulan beliau sedang menghadiri undangan rekannya. Dan tadi dia menyuruhku langsung kesana, tapi ada pekerjaan yang tak bisa ku tinggalkan. Apa kau keberatan?"ujarnya menjelaskan pada Naruto lalu menyerahkan map biru itu ketangan Naruto.

"Baik pak, tentu saja saya bisa."ucap Naruto menyanggupi perintah atasannya ini. Tak mungkin Naruto menolak jika sudah mendapat titah dari atasannya. Walau pekerjaannya sendiri belum selesai.

"Tapi, sebaiknya kau pulang untuk mengganti pakaian mu. Tak mungkinkan kau pergi ke acara jamuan itu menggunakan pakaian ini."ujarnya lagi mengingatkan, dan dijawab anggukkan olehnya. Setelahnya Naruto pun pamit untuk pergi.

Banyak diantara sesama teman kerjanya yang suka dengan sosok Naruto, pekerja keras yang ulet dan tekun namun, ada juga yang tak suka dengan kehadirannya. Seperti mereka yang tengah menatap sengit pada Naruto.

"Hei Zabuza, coba kau lihat. Sepertinya atasan lebih memilih Naruto ketimbang dirimu sekarang, untuk memintanya membantu keperluan proyek kali ini."bisik seorang pria yang memiliki gigi seperti ikan hiu itu mencoba memanas-manasi temannya.

"Mungkin sebentar lagi posisimu akan tergeser digantikan olehnya."lanjutnya lagi.

Yang dipanggil Zabuza pun menatap sengit sosok yang mereka bicarakan. "Tak semudah itu dia menggantikan ku Kisame."jawabannya sombong.

Ya, dua orang ini memang dikenal sombong dan arogan kepada teman sesama pekerja yang lain, makanya semenjak ada kehadiran Naruto mereka sedikit lebih merasa dilindungi dari dua orang tersebut yang suka semena-mena jika kepala proyek tak mengawasi. Berlagak seperti Bos.

...

"Paman dimana Hinata.?" tanya Toneri berbisik menghampiri Hiasi yang tengah mengobrol dengan rekan bisnisnya.

Hiasi menoleh menatap Toneri dan meminta izin pada rekan bisnisnya untuk permisi, setelahnya Hiasi menyeret Toneri ke sudut ruangan yang lain.
Toneri menatap Hiasi yang nampak diam saja sedari tadi setelah memisahkan diri dari rekan relasinya.

"Paman."panggil Toneri lagi berharap Hiasi melihatnya barang sejenak.

"Toneri apa yang harus paman lakukan untuk Hinata? Apa dengan pindah ke desa Suna ini bisa membuatnya melupakan masa lalunya.?" tanya Hiasi gusar, pasalnya dari kemarin Hinata tetap saja murung walau sudah pindah rumah. Karena Hiasi berharap bisa membuat Hinata melupakan kenangannya bersama pria miskin yang tak setara dengan kehidupan mereka.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang