Dua belas

2.8K 254 40
                                    


Suara pecahan bersahutan didalam sebuah ruangan kerja seorang pria tua yang sudah berumur tersebut. Rahangnya mengeras, serta amarahnya sudah memuncak hingga benda-benda yang ada disekitarnya menjadi bahan pelampiasan akan amukannya.

"Brengsek, rubah sialan!" makinya lalu kembali membanting apapun yang ada didekatnya yang bisa dijangkau, "Jangan harap kau bisa hidup tenang lagi setelah ini rubah, akan ku buat kau lebih menderita," lanjutnya dengan penuh kekesalan.

Tangannya mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja kerjanya, lalu mencari satu nama orang yang telah memberinya informasi mengenai orang yang ia cari, dan sekarang Hiashi akan meminta bantuannya kembali untuk  memudahkannya menjalankan rencana yang sudah ia buat. Setelah mendapatkan kontak orang tersebut, segera saja ia menekan tombol hijau disana dan menunggu beberapa saat hingga sambungannya terhubung.

"Aku akan langsung saja dan dengarkan baik-baik, Danzo-san," Hiasi menjeda ucapannya sebentar untuk mendengar jawaban diseberang sana, "Aku ingin meminta bantuanmu untuk memecat salah satu pekerja yang bekerja di tempatmu. Dia hanya sebuah kerikil kecil yang harus disingkirkan jika tak ingin terpeleset dibuatnya. Kau tahu siapa maksudku kan? dan jika kau tidak melakukannya, maka aku tidak akan segan-segan menarik semua dana dan saham yang ku tanamkan untuk pembangunan perusahaanmu itu," ucapnya sombong setelah beberapa saat lalu menetralkan kekesalannya.

Bibirnya menyeringai puas saat mendapatkan jawaban diseberang sana, dan tak lama langsung saja dirinya memutuskan sepihak sambungan telepon tersebut.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya. Mata khas milik klannya menatap tajam pemuda bersurai putih tersebut sembari bersedekap dada.

"Kuharap kedatangan mu kali ini memang penting, Toneri," ketusnya tajam, bukannya takut Toneri malah terkekeh kecil dan melangkah pelan mendekati dirinya.

"Bukankah sudah aku bilang agar paman bersabar dalam mengambil tindakan?" tanya Toneri santai namun terdengar seperti mencela,  dan mendudukkan dirinya disofa yang ada disana.

"Kau tahu Toneri, bagaimana tersiksanya aku saat melihat keadaan putriku yang semakin buruk. Jadi sampai kapan aku harus menunggumu yang akan bertindak!" tukas Hiasi menatap sengit kearah Toneri.

"Kenapa? apa sekarang paman menyesal telah memisahkan mereka?" tanya Toneri serius.

"Maksudmu?" Hiasi balik bertanya.

"Aku tahu paman tidak bodoh, dan mengerti apa maksudku," tukas Toneri, "Aku memang kehilangan jejak Naruto waktu itu tapi, aku sudah meminta anak buahku untuk terus melacaknya. Dan saat ketemu paman tidak mendengarkan rencanaku, langsung bertindak gegabah yang pada akhirnya kau gagal mengambil cucu mu dari tangannya," imbuh Toneri kemudian berdiri berjalan kearah jendela. Memasukkan kedua tangan kesaku celananya.

"Lagi pula, bukankah paman sendiri yang memintaku untuk terus berusaha agar  mendapatkan kepercayaan Hinata dan menerimaku? Tapi, paman mengacaukan semuanya," lanjut Toneri tanpa menatap Hiashi.

Hiashi mendengus tak terima disalahkan, walau ucapan Toneri benar tapi, Hiashi bukan tipe orang yang harus tunduk dengan ucapan orang lain yang ada malah sebaliknya.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" kali ini Hiashi akan mencoba mendengarkan apa yang akan Toneri rencanakan.

"Serahkan saja semuanya padaku paman."

.

"Apa maksud anda pak?" tanya Naruto terkejut mendengar bahwa dirinya dipecat begitu saja tanpa alasan yang jelas.

"Bapak jangan bercanda!" sambung Kiba juga, yang tak percaya dengan pendengarannya.

"Maafkan aku, aku tak punya kuasa. Aku hanya menjalankan perintah dari pemilik bangunan perusahaan ini, jika tidak aku juga akan diberhentikan," ujarnya penuh sesal, "Dan ini untukmu, walau atasan tak memerintahkan ku memberikanmu pesangon tapi, kau sudah bekerja keras selama ini dan kau berhak mendapatkannya karena kau adalah salah satu pekerja ku yang sangat gigih. Terlebih kemarin kau juga mengalami kecelakaan, kuharap uang itu cukup untukmu berobat," lanjutnya sembari menyodorkan sebuah amplop coklat yang didalamnya terdapat beberapa lembar uang Yen.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang