***Disinilah Naruto berdiri, didepan pemilik rumah yang akan disewanya. Setelah sebelumnya mendapatkan informasi dari Kiba bahwa, tak jauh dari tempat tinggalnya ada yang mau menyewakan rumahnya. Naruto pun bersyukur, karena dia akan tinggal ditempat yang tak jauh dari tempat kerjanya. Dengan begitu, ia pun akan merasa tenang jika nanti menitip sang putra pada Tamaki walau sebenarnya ia juga masih merasa tak enak hati.
Tok...tok..tok..
"Permisi...!" ucap Naruto setelah mengetuk pintu beberapa kali, tak lama sang pemilik rumah pun membuka pintunya. Dan betapa terkejutnya Naruto, saat tahu siapa pemilik rumah tersebut.
"Ne-nenek Chiyo!" serunya dengan nada terkejut, membuat sang pemilik nama mengamatinya dengan lekat.
"Iya saya sendiri."
"Syukurlah aku bisa bertemu dengan nenek di sini. Apa nenek tidak ingat aku?" tanya Naruto penasaran, karena ia melihat tatapan nenek tersebut seperti orang bingung.
"Wajahmu sepertinya tidak asing anak muda, seperti...
"Naruto... aku Naruto nenek. Apa kau ingat sekarang?" potong Naruto segera. Semakin terkejut lah wanita paruh baya itu saat pria dihadapannya ini menyebutkan namanya.
"Kami-sama... Naruto? Ini benar-benar dirimu nak?" ucapnya sembari memegang wajah tegas Naruto yang dihiasi oleh tiga garis yang mirip kumis kucing tersebut.
"Iya nenek, ini aku Naruto," jawab Naruto sembari tersenyum lima jari khas miliknya.
"Dasar bocah nakal. Kemana saja kau selama ini? Ku pikir kau sudah lupa dengan nenek tua ini?!" ucapnya haru dengan tangan yang masih mengelus rahang tegas itu, yang dulu selalu ia jewer karena kenakalan bersama cucunya.
"Lalu ini bayi siapa? Apa dia anakmu?" tanyanya kemudian saat melihat buntalan kecil dalam gendongan Naruto.
"Ya, ini anakku nek," jawabnya dengan suara bahagia, namun sarat akan wajahnya yang nampak sendu. Pemandangan tersebut tak luput dari sorot mata sang wanita tua tersebut.
"Lalu dimana istrimu?" lanjutnya bertanya dengan hati-hati. Naruto hanya diam tak bergeming, tatapan sendunya semakin terlihat saat mata bak permata shappire itu memandang lekat garis wajah sang buah hati yang persis seperti istrinya. Walau putranya ini sangat meng-copy dirinya. Masih dengan keterdiamannya, Naruto mengelus lembut pipi dengan tanda yang sama seperti miliknya.
"Naruto." panggilan itu menyadarkan atensi Naruto dari sang buah hati.
"Iya nek."
"Kenapa diam?"
"Ah, itu... Mmm... Oh iya, jadi nenek yang akan menyewakan rumah seperti kata Kiba?" bukannya menjawab Naruto malah mengalihkan pertanyaan.
"Benar. Jadi, orang yang Kiba ceritakan waktu itu adalah kau? Dan akan menyewanya?" dijawab anggukan oleh Naruto sendiri, "Baiklah kalau begitu. Ayo, itu rumahnya," katanya seraya menunjuk salah satu rumah yang berjarak dari 2 rumah warga tempatnya kini berdiri.
"Itu rumah milik nenek?"
"Tidak, itu milik Temari. Kau ingat dia, 'kan? Cucu tertua nenek tapi, kini dia sudah tidak tinggal di sini lagi. Temari harus ikut dengan suaminya ke kota Konoha, dan menetap di sana karena suaminya dipindah tugaskan ke sana," dan Naruto hanya ber 'oh' ria sambil mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
FanfictionMenjadi orang tua tunggal untuk putranya, membuat Naruto berusaha membahagiakan sang putra seorang diri. Setelah berpisah dengan istri tercintanya, karena Hiashi tak merestui hubungan mereka. "Ayah bagaimana wajah ibuku?" "Jangan pisahkan aku dengan...