Dua puluh lima

2K 225 4
                                    


Don't Like Don't Read
.

.

.

.

.

Pagi ini di kediaman Hyuuga diselimuti dengan suasana yang kurang menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini di kediaman Hyuuga diselimuti dengan suasana yang kurang menyenangkan. Pasalnya ada dua petugas dari pengadilan membawa surat perintah gugatan balik atas nama Naruto untuk Hinata, "Apa maksudnya ini, Ayah? Kenapa Naruto membuka kembali sidang dengan mengajukan banding hak asuh atas Boruto?" tanya Hinata tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Hinata, sungguh Ayah pun tak mengerti. Pihak pengadilan tiba-tiba datang membawa surat utusan," Hiashi berdecak kesal dibuatnya.

'Harusnya ku bunuh saja Boruto saat itu, dan semua ini tidak akan menjadi serumit seperti sekarang,' hatinya membatin dengan rasa jengkel.

"Ini juga salahmu Hinata, andai kemarin kau tak menghalangi Ayah untuk memberi pelajaran pada rubah itu sebelum masuk dan bertemu Boruto, mungkin semua ini tidak akan terjadi!" tuding Hiashi pada sang putri karena terlalu gemas dengan tingkah naif putrinya tersebut.

"Kenapa jadi aku yang Ayah salahkan? Aku hanya ingin yang terbaik untuk kondisi putraku, Ayah. Bagaimana pun, Boruto menjadi sadar setelah kedatangan Naruto. Tapi, aku juga tidak menyangka akan seperti ini jadinya," setelah mengatakan hal tersebut, Hinata lebih memilih naik ke atas. Kepalanya seraya mau pecah saat ini, berdebat dengan Ayahnya semakin membuat kepalanya berdenyut nyeri.

..

Boruto menoleh saat mendengar suara pintu yang terbuka, Hinata berdiri dengan mata yang berkaca-kaca. Berjalan mendekat lalu menghambur memeluk tubuh Boruto, Hinata terisak pelan sembari mengelus punggung kecil sang anak, "Setelah sekian lama, akhirnya Ibu bisa bertemu denganmu, Boruto. Ibu tidak ingin kehilangan dirimu lagi, Ibu bisa benar-benar kehilangan kewarasan Ibu jika itu benar terjadi," ujar Hinata pilu, sedang Boruto yang mendengar hal tersebut mengernyit heran dalam diamnya. Tak pula membalas pelukan hangat sang Ibu.

Hinata kemudian melerai pelukannya. Menangkup wajah bulat itu dengan posesif, "Boruto, apa kau membenci Ibu? Apa kau tak ingin hidup bersama Ibu? Apa kau benar-benar tidak ingin tinggal bersama Ibu? Jawab Boruto? Apa kau membenci Ibumu ini karena sudah memisahkan dirimu dengan Ayahmu? Jawab nak, jawab Ibu!" tanyanya beruntun dengan tangan yang masih setia berada di wajah Boruto. Mengusap berkali- kali wajah yang begitu mirip seperti Naruto itu dengan tangannya yang gemetar hebat. Air matanya pun semakin mengalir dengan derasnya.

"I-ibu...

"Hinata... Ayo kita berangkat. Sekalian bawa Boruto, bagaimanapun ini menyangkut dirinya," Hiashi datang memotong ucapan Boruto, sedang Hinata mengeratkan pelukannya sembari menggeleng pelan.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang