Sebelas

3.1K 317 77
                                    


Sesampainya di rumahnya, Naruto langsung masuk kedalam melewati orang-orang yang tengah berdiri menunggu kedatangannya, melewati mereka yang selalu berada disisinya dengan tatapan khawatir.

Walau begitu, mereka semua memilih masuk dan mendapati Naruto yang tengah duduk di sofa lusuhnya dengan tangan yang menjambak surai kuningnya. Begitu juga dengan Boruto yang juga duduk disampingnya menatap sang Ayah yang nampak kacau dimata polosnya.

Tiba-tiba Boruto berlari kearah Shion yang juga ikut masuk kedalam. Shion bisa berada disini karena ia bersikeras meminta ikut kerumah Naruto pada Kiba tadi. Boruto memeluk dan menenggelamkan wajahnya pada perut rata Shion. Mereka yang ada disana tentu saja terkejut terlebih Shion sendiri.

Shion mengelus lembut surai milik Boruto yang sama persis dengan milik Naruto. Walau sedikit canggung, Shion mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Boruto. Menghapus liquid bening yang mengalir membasahi wajah bulat Boruto.

"Boruto-kun apa kau baik-baik saja?"tanya Shion pelan sembari mengamati tubuh kecil tersebut.

"Aku baik-baik saja Bibi."lirinya menatap Shion dengan sendu. "Tapi, Ayah...

"Kau jangan khawatir, Ayahmu pasti baik-baik saja. Lihat, paman Kiba dan bibi Tamaki dan nenek Chiyo sedang mengobati luka Ayahmu."ucap Shion mencoba menenangkan Boruto agar tak khawatir. Lalu membawa Boruto kedalam pelukannya.

"Luka ditangan mu ini cukup dalam Naruto, harus dijahit." Ucap nenek Chiyo saat memeriksa tangan Naruto yang terluka cukup parah.

"Apa nenek panggilkan Gaara saja untuk menangani lukamu nak?" tanyanya lagi namun Naruto tak menjawab sama sekali. Melihat Naruto yang tak merespon membuat ketiganya menghela napas pasrah dan hanya mengobati luka Naruto seadanya saja.

Iris violet milik Shion menatap sendu pada Naruto yang kini tengah menatap kosong lantai rumahnya, kendati tangannya yang penuh dengan noda darah yang tampak kering itu tengah dibersihkan dan diberikan antiseptik oleh Tamaki, tak ada ringisan pun yang keluar dari bibir tipisnya. Shion tak mengerti akan apa yang terjadi sebenarnya karena bagaimanapun dia baru tinggal beberapa hari disini. Tapi, entah kenapa hati Shion ikut merasakan sakit melihat Naruto seperti ini.

Setelah beberapa menit kemudian, tak ada yang berbicara semuanya begitu hening, sampai Kiba yang pertama memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka.

"Naruto bisa kau jelaskan pada kami apa yang terjadi? Dan siapa sebenarnya orang yang bernama Hiasi itu?" tanya Kiba pelan.

"Dia ... Kakeknya Boruto."jawab Naruto pelan setelah cukup lama terdiam, mendengar pengakuan Naruto  membuat mereka semua terkejut. Mendengar itu Boruto pun lantas bangun dari pangkuan Shion lalu mendekat kearah Naruto.

"Tapi, kenapa mereka membawa ku pergi tanpa Ayah? Ayah, mereka tidak berniat memisahkan aku dari Ayah kan?"tanya Boruto takut dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Naruto menangkup wajah Boruto dan mengelusnya pelan. "Tidak, itu tidak akan terjadi nak. Jikapun itu terjadi Ayah akan berusaha menghentikan mereka karena bagaimanapun mereka tidak berhak memisahkan mu dari Ayah."ujar Naruto meyakinkan putranya.

"Um... Aku percaya pada Ayah." ucap Boruto menganggukkan kepalanya, memeluk dan mengecup tangan kanan sang Ayah yang dibalut dengan perban. Boruto meringis menatap tangan Ayahnya, hatinya terasa sakit melihat bagaimana Ayahnya melawan mereka semua seorang diri dengan tangan yang penuh dengan darah.

Naruto yang melihat bagaimana sang anak menaruh kepercayaan yang besar padanya tentu saja membuatnya akan melakukan segala cara, agar mereka tak bisa memisahkan dirinya dari sang putra walau kendati sulit, mengingat bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh Hiasi. Apapun, pasti si tua Bangka itu akan lakukan untuk mencapai tujuannya, walau dengan cara kotor sekalipun.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang