Dua puluh satu

3.6K 299 156
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

.

.

Hinata masuk kedalam kamarnya, dan mendapati sosok Boruto yang duduk disudut pojok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hinata masuk kedalam kamarnya, dan mendapati sosok Boruto yang duduk disudut pojok. Hinata menghela napasnya pelan, berjalan menghampiri sang buah hati.

"Boruto." panggilnya mengelus surai cerah itu yang sama persis dengan milik Naruto. Membuat sang pemilik surai mendongak menatapnya.

"Kenapa kau duduk di sini, nak?" ucapnya lembut, tangannya pun beralih mengelus pipi bulat Boruto yang mewarisi garis wajahnya. Namun, Boruto lebih memilih menoleh kesamping, seakan enggan untuk menatap Ibunya. Ibu yang dulu begitu ia rindukan, yang wajahnya hanya dapat dirinya lihat dari selembar foto yang diberikan Ayahnya.

"Boruto...

"Aku ingin Ayah," lirihnya lemah.

Mendengar hal tersebut, hati Hinata merasa sakit kala mendapat penolakan halus dari putranya,  "Kenapa kau tak menatap Ibu saat bicara? Apa kau tak merindukan Ibu, seperti Ibu yang selalu merindukanmu setiap waktu?" dengan lembut Hinata kembali bertanya.

"Apa Ibu hanya merindukanku? Tak merindukan Ayah juga?" hati Hinata seakan tertohok mendengar pertanyaan sederhana tersebut. Amethyst-nya menatap shappire yang kini menatapnya dengan sorot mata yang kecewa.

"Apa kau marah pada Ibu?" Boruto menggeleng pelan, "Aku tidak marah, aku hanya kecewa dengan sikap yang Ibu tunjukkan saat di pengadilan," suara Boruto begitu parau dan syarat akan rasa kekecewaan yang mendalam.

Hinata sekali lagi menghela napas dan meraup oksigen sebanyak mungkin, berharap dapat menghilangkan sesak yang mendera, "Boruto, kau masih kecil, nak. Kau tidak akan tahu dan mengerti permasalahan yang sebenarnya!" ujarnya mencoba memberi pemahaman pada putranya.

"Aku memang masih kecil tapi, aku tahu dan mengerti apa yang terjadi antara Ibu dan Ayah!" timpal Boruto cepat.

"Apa maksudmu, Boruto?" tanya Hinata dengan raut kebingungan.

"Apa Ibu mencintai Ayah?" bukannya menjawab, Boruto malah balik melontarkan pertanyaan. Tak mendapat jawaban Boruto berkata, "Kalau Ibu tidak mencintai Ayah, berati kau bukan Ibuku," datarnya, membuat Hinata terkesiap mendengarnya.

"Boruto..!" pekiknya dengan intonasi yang tinggi. Napasnya memburu disertai hati yang seakan tercabik sakit.

"Kenapa? Aku hanya bertanya, apa itu salah? Karena yang aku tahu, Ibuku sangat mencintai Ayahku begitu juga sebaliknya. Tapi yang aku saksikan, Ibu tega menuduh Ayah melakukan hal yang sama sekali tidak pernah Ayahku lakukan. Kenapa Bu? Kenapa?" lanjutnya tergugu, Hinata meremat ujung bajunya, matanya terpejam dan berusaha menutup telinga dari apa yang ia dengar. Wajahnya pun ditolehkan kesamping tanpa menatap buah hatinya. Kalimat yang tidak ia duga keluar dari bibir bocah 8 tahun itu.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang