Delapan belas

2.3K 231 58
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

.

.

Hinata kini tengah terduduk di atas ranjang milik Naruto, dengan wajah yang di telungkup 'kan pada lipatan kakinya yang ditekuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hinata kini tengah terduduk di atas ranjang milik Naruto, dengan wajah yang di telungkup 'kan pada lipatan kakinya yang ditekuk. Sedang Naruto yang baru saja masuk setelah dari kamar mandi, berbalut kaos hitam dengan celana abu-abu selutut, memandang kearah istrinya. Sungguh ia tak menyangka dengan aksi nekatnya yang benar-benar menikahi Hinata tanpa restu dari Hiashi, selaku Ayah dari istrinya itu.

Setelah meyakinkan hatinya sendiri, juga bermodalkan tekad serta keberanian yang kuat, Naruto membawa Hinata ke sebuah kuil kecil yang kebetulan ia mengenal pendetanya. Walau sempat mendapat sedikit masalah, karena terkendala waktu yang tiba-tiba. Pun dengan baju seadanya yang mereka pakai, akhirnya pendeta itu menikahkan keduanya. Kebetulan juga beberapa orang masih ada yang datang ke kuil untuk berdoa, diminta untuk menjadi saksi atas pernikahan mereka.

Dan Naruto hanya mampu memberikan kalung liontin berbandul kristal persegi berwarna shappire, yang selalu menemani dirinya semenjak bayi di panti asuhan. Ia berikan sebagai hadiah pernikahannya pada Hinata, yang tentu disambut baik oleh Hinata sendiri. Karena ia pun sudah lama ingin memiliki kalung tersebut, yang menurutnya begitu langka.

Naruto melangkah mendekati Hinata, lalu tangannya mengelus surai lembut istrinya.
Nampak mata Hinata membengkak karena terlalu banyak menangis, "Apa kau menyesali keputusanmu menikah denganku, hm?" tanya Naruto lembut mengangkat dagu Hinata dengan pelan.

Hinata menggeleng, lalu menenggelamkan wajahnya pada dada Naruto, "Untuk apa aku menyesal saat aku sendiri yang bersikukuh memintamu untuk menikahiku, Anata?" ujarnya membenarkan.

"Lalu apa yang membuatmu terlihat bersedih seperti ini?" Naruto kembali melontarkan pertanyaannya sembari mengelus lembut surai istrinya.

"Aku hanya berpikir, apa yang akan dilakukan Ayah pada kita saat ia tahu kalau kita benar-benar menikah?" ungkap Hinata khawatir. Naruto memejamkan matanya bersamaan dengan helaan napasnya, saat mendengar penuturan Hinata.

"Bukankah sebelumnya aku memintamu untuk menemui Ayahmu, sayang? Tapi, kau yang menolaknya bukan? Lalu, apa yang kau khawatirkan sekarang? Semuanya sudah terjadi," jelas Naruto memaparkan, sesekali mencium puncak kepala Hinata, "Dan mulai sekarang, apapun yang terjadi itu adalah resiko yang akan kita tanggung. Pun aku harap kita berdua bisa melewati rintangan kehidupan baru kita, yang tentunya tidak akan mudah. Juga tentunya aku selalu berharap, kau akan tetap berada di sampingku walau apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaanku, berjanjilah Hinata!" imbuh Naruto kembali, mengeratkan pelukannya pada tubuh istrinya.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang