Sembilan belas

2.2K 262 106
                                    

Don't Like Don't Read
.

.

.

.

.

"Terima kasih makanannya, Shion!" ungkap Naruto setelah selesai menyantap makanan yang Shion tadi bawakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih makanannya, Shion!" ungkap Naruto setelah selesai menyantap makanan yang Shion tadi bawakan.

"Tak masalah, Naruto. Bagaimana rasanya? Apa kau suka?" ujarnya bertanya.

"Enak, kau pandai memasak," Shion tentu saja tersipu malu mendengar pujian sederhana yang keluar dari bibir pria idamannya.

"Baiklah kalau begitu, sudah malam. Aku akan pulang, besok aku akan kembali membawakan kalian makanan lain," pamit Shion bergegas untuk pulang.

"Tak perlu Shion, aku tak mau merepotkan mu," tolaknya halus.

"Aku tak merasa direpotkan. Aku senang bisa melakukannya," Shion menatap Naruto dengan bibir yang mengurva senyuman, "selamat malam, Naruto." imbuhnya kemudian, lalu pintu itupun tertutup.

Naruto menghela napasnya perlahan, ia tahu bahwa Shion menaruh hati padanya. Bukan dirinya besar kepala tapi, Naruto bisa melihat dari gelagat serta bagaimana cara Shion memperhatikan dirinya juga Boruto.

Hanya saja, Naruto tak ingin memberikan harapan  pada Shion. Karena bagi Naruto, hatinya sudah mati untuk Hinata seorang. Walau kendati Hinata sendiri pernah melukai hatinya, dengan meragukan kesetiaan cintanya.

Tak mau memikirkan hal yang membuat kepalanya pusing, Naruto melangkah masuk kedalam kamarnya. Menatap wajah damai sang putra yang tertidur dengan nyenyaknya. Tangan besar nan kasar miliknya mengusap lembut kening sang putra, dan melabuhkan ciuman hangat di sana.

"Oyasuminasai, Boruto."

===

Disisi lain, Hinata kini tengah termenung dalam kamarnya, mengingat kembali ucapan Toneri bersama Ayahnya. Tentang rencananya untuk mendapatkan kembali putra yang begitu ia rindukan.

'Kau hanya perlu mengatakan iya dihadapan hakim nantinya Hinata, jika pengacara yang sudah ku siapkan bertanya padamu. Jika kau melakukannya maka, ku pastikan kau akan memenangkan hak asuh atas putramu.'

Perkataan Toneri terus berputar di kepalanya. Ada rasa enggan dalam hati Hinata untuk melakukan hal tersebut tapi, jika ia tak melakukannya bagaimana caranya dia akan memenangkan hak asuh atas putranya nanti.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang