Don't Like Don't Read.
.
.
.
.
Dua pekan sudah, semenjak Boruto tak lagi tinggal bersamanya. Sejak saat itu juga, Naruto lebih banyak diam. Bicara pun hanya seadanya saja. Terkadang Naruto akan menjadi seperti penguntit, mengawasi Boruto yang sekolah dari kejauhan. Setiap kali Naruto mencoba mendekat, setiap kali juga Hinata selalu membawa Boruto pergi. Rutinitas yang selalu Naruto lakukan dan berakhir dengan hal yang sama.
Dari daun jendela kamarnya, Naruto menatap langit malam yang pekat. Tak ada cahaya temaram bulan yang menyinari. Bintang pun lebih memilih menyembunyikan diri, dari balik awan yang berarak tersapu angin. Seakan mengerti dan ikut bersedih seperti hatinya yang diselimuti kekosongan.
Hampa.
Tidak-kah Tuhan mengasihi dirinya yang kini berselimutkan sepi? Kesekian kali kembali terjebak dalam kesendirian, yang dulu pernah membelenggu dirinya. Kehilangan orang yang begitu berharga dari hidupnya, hingga terpisah dari yang terkasih dan sangat berarti untuk dirinya kedua kalinya. Semua seakan terulang kembali. Mengapa hidupnya begitu menyedihkan? Seakan sang waktu sangat puas melihat hidupnya yang dalam kesendirian lagi.
Perjalan takdir seseorang memang tak pernah ada yang tahu, hanya mampu mengikuti arus. Layaknya air yang terus mengalir hingga berlabuh di muaranya. Atau layaknya wayang yang diatur oleh dalangnya, seperti itulah peran hidup yang akan dijalani. Hanya berusaha melakukan yang terbaik, tanpa tahu apa yang menyambut dimasa mendatang.
Lamunan Naruto buyar kala, mendengar ketukan berulang dari balik daun pintunya. Mencoba mengabaikan, nyatanya ketukan itu kembali terdengar oleh telinganya. Dengan langkah yang lesu, Naruto berjalan tanpa ada niatan mengucapkan sepatah kata untuk menghentikan ketukan yang semakin terburu. Naruto menarik knop dan membuka pintu tersebut, wajah renta nenek Chiyo menyambut dirinya.
"Nenek?!" setelah menyapa tanpa berucap Naruto menggeser tubuhnya, memberikan ruang agar Chiyo bisa masuk kedalam.
Setelah mendudukkan diri, dan menata makanan yg ia bawa. Chiyo menepuk sofa kosong disebelahnya, meminta Naruto untuk mendekat.
Naruto menurut dan menghambur ke pelukan wanita baya tersebut. Wanita yang baginya seperti nenek kandung sendiri, wanita tua yang begitu menyayangi dirinya layaknya cucu sendiri.
Wanita tua yang selalu menjadi tempatnya berkeluh-kesah waktu kecil sampai menjadi remaja tanggung.Dan selama 2 pekan ini pula nenek Chiyo rutin menengok dirinya. Layaknya seorang pasien yang mendapat penanganan tepat waktu oleh dokter. Begitulah Naruto alami. Silih berganti mereka datang memberi dukungan, pun berusaha untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan Boruto kembali walau itu sulit untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
FanfictionMenjadi orang tua tunggal untuk putranya, membuat Naruto berusaha membahagiakan sang putra seorang diri. Setelah berpisah dengan istri tercintanya, karena Hiashi tak merestui hubungan mereka. "Ayah bagaimana wajah ibuku?" "Jangan pisahkan aku dengan...