26. Rencana.

1.3K 123 19
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Dinan berdecak kesal dan takut melihat gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat, dan tak kunjung dibuka. Dinan sudah meminta dan memohon untuk dibuka 'kan, tapi pak satpam menolaknya, dan meminta untuk menunggu Pak Aden terlebih dahulu. Beberapa kali ia menghela nafasnya, ia sangat takut. Jujur ini pertama kalinya Dinan terlambat, dan Dinan sangat mengutukinya. Berbeda dengan, Dinan. Ara malah sangat santuy duduk dipinggiran dengan piscok dikedua tangannya. Pipinya yang mengembung, karena kebanyakan menampung makanan itu. Ia menggeleng melihat Dinan, dan menelan paksa maknanya.

"Udah lah Nan, ngapain si? Nanti juga bakal dibukain," ucap Ara.

Dinan yang semula menghadap kearah gerbang, kini berbalik menatap Ara dan melipat kedua tangannya didepan dada. "Kenapa, lo bisa santai-santai aja?"

"Nih ya! Pak Aden, juga gak bakal hukum berat-berat buat murid cewek kok, apalagi kaya kita yang imut-imut ini." Ara memasang wajah sok manis.

Dinan mendelik jijik. "Imut ndasmu!"

Ara tersedak, saat mendengar jawaban Dinan. Lalu sedetik kemudian ia mendengus dan menatap tajam Dinan.

"Lo kaya pengemis! Duduk pinggiran kaya begitu," ucap Dinan.

"Bagus dong! Gue bisa traktir lo maknan abis itu," jawab Ara.

"Terserah lo!" Dinan mengalihkan perhatian.

Brum!

Dinan dan Ara kompak menoleh mendengar deruan mesin motor, dan melihat ada tujuh motor yang meleset menuju sekolahan, mereka kompak berhenti dengan motor yang berbaris. Yang sepertinya mereka sudah melakukan sebelumnya.

Yang pertama kali membuk helm adalah Elang, Dinan terkejut melihatnya dan langsung mengalihkan pandangan nya. Diikuti Abdi dan lainya, dan rupanya yang menyebabkan mereka bertujuh adalah Marvel dan Ronald.

"Gue juga udah bilang, kalo kita ini udah telat," ujar Aldo.

"Lebay lo!" sarkas Abdi, meninju pelan kepala Aldo.

"Golok, mana
golok?!" Aldo sengaja meninggikan suaranya.

"Santai dulu, Bang!" ujar Marvel.

"Diem lo!" Marvel langsung diam, saat mendengar jawaban dari Aldo.

"Lo ngapa si kaya orang stres?" tanya Ricko.

"Gue lagi belajar jadi orang jahat." Aldo tertawa diakhirnya.

Mereka semua menggeleng, dan langsung mengalihkan perhatian pada dua gadis didepannya.

Ara mengelap kasar bibirnya, ia memastikan bahwa taada sisa minyak piscok tadi. Ia menepuk-nepuk rok abu-abu bagian belakang. Matanya langsung berbinar, ketika mengetahui bahwa salah satu anak yang telat adalah Lingga.

Ia langsung berlari kearah Dinan, sekarang ini Ara sedang malu-malu monyet.

"Nan, aduh malu gue ada Lingga. Mana liatin gue lagi." Ara, berdiri disamping Dinan.

Dinan melihat kearah Lingga, ia merubah wajahnya menjadi datar ketika ia mengetahui Ara berbohong, nyatanya Lingga sedang asik dengan ponsel ditangannya.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang