"Huh! Selamat." Dinan turun dari, motornya dan mengatur nafasnya. Meskipun menaiki kendaraan, tetap saja Dinan merasakan kelelahan.
Dinan membawa kresek, isi cemilannya. Dan langsung masuk, tetapi langkah nya tiba-tiba terhenti. Saat mendengar suara seseorang.
"Woi, mau kemana lo?" Dinan menegang, apakah mereka mengikutinya sampai rumah?
Buru-buru Dinan masuk kedalam rumah nya. Badan Dinan bergetar, bagaimana jika bunda nya tahu.
"Woy Dinan! buka gue udah nungguin dari tadi!" orang yang diluar tadi berteriak, bahkan ia mengetahui namanya.
"Dinan! gue aduin ke tante Ami nih!" Hah?! orang itu mengetahui nama bundanya?! Bagaimana bisa?
Tapi Dinan merasa ada yang aneh, suara di depan rumahnya itu, bukan lelaki, tetapi perempuan.
Dinan kembali membuka pintunya, ia terkejut karna yang didepannya ini adalah sepupunya,
Clara Elvira, yah itu dia sepupunya. Ara berkacak pinggang dan menatap tajam Dinan. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir.
"Sejak kapan Ra lo disini?" tanya Dinan, berusaha agar sepupunya ini tidak marah.
"Sijik kipin Ri li disini?" Ara malah mengikuti kata-kata Dinan, tetepi dengan nada menye-menye.
"Hehe maaf Ra! Nih gue beliin cemilan." Dinan mengakat kresek putihnya, mendengar 'cemilan' mata Ara langsung berbinar.
"Buat gue?" tanya Ara, memastikan.
"Barengan," jawab Dinan.
"Huaa, lo itu paling pengertian deh!" Ara memeluk setengah badan Dinan.
"Yaudah masuk yuk, gue tunjukkin kamar baru gue," ajak Dinan, Ara pun mengikuti nya.
"Nan! lo kenapa tadi, kok kaya takut gitu?" pertanyaan itu, keluar begitu saja dari mulut Ara. Dinan terdiam sejenak, apakah dia harus menceritakan, ia tahu betul, bahwa sepupunya ini sangat ember. Bisa-bisa ia memberi tahu bundanya nanti.
"Nan kok diem?" Ara menyenggol Dinan, Dinan refleks menengok kearahnya.
"G-gue t-tadi dikerjer orang gila!" entah dari mana ia dapat kan ide itu, jawaban itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Oh ya?!" kaget Ara.
"Iya, orang gila nya ada lima, yang paling gak waras, dan ngejer aku dua, dan yang tiga cuma celingak-celinguk!" ujar Dinan.
"Berarti yang tiga, agak waras ya, soalnya mereka ga ngejer lo?" pertanyaan macam apa ini Ara?!
"Mungkin."
"Muka nya gimana?" tanya Ara.
"Jelek, dekil bauk, kek monkey!" Dinan memasang wajah jijik.
"Hii seburuk itu ya?" Ara bergidik ngeri mendengar nya.
"Iya. Yaudah kekamar sambil makan cemilan ini," ajak Dinan, Ara hanya mengganggukan kepala.
***
"Elang!"
Elang memutar kepala nya, menghadap orang yang sedang memanggilnya.
"Kenapa lo?" tanya Elang.
"Lo diajak Rio, balapan uang taruhannya 20 juta! gila Lang, buat beli es mpok Tati, kembung kita Lang." ucap Aldo, lalu ia tertawa ngakak. Dasar Aldo humornya receh Pake banget.
"Gak bisa!" tolak Elang.
"Lah kenapa Lang? biasanya lo paling semangat, kalo ngomongin balapan," kini Ricko yang mulai bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
Teen Fiction[Follow sebelum baca!] (Vote juga yah❤️) 'Tentang seorang cowok, nakal, tak tau di atur, dan gemar membuat masalah, terjebak cinta seorang gadis cantik dan pintar. "Kenapa sih?! Lo itu yang selalu ada dipiran gue?!" Cowok jangkung, itu menatap kesal...