52. Siapa?

794 72 9
                                    

Assalamualaikum

Happy reading 🌻

Elang memesan minuman untuknya dan juga Dinan, Elang mengajak Dinan pergi kesalahan satu cafe, mereka tadi ingin membeli makanan tapi Dinan menolak ia bilang dia sudah kenyang.

Dinan menatap wajah Elang, Elang yang merasa pun, mengangkat sebelah alisnya, bingung.

"Kenapa?" tanya Elang.

"Masih marah 'kan?" tanya Dinan.

"Gue nggak marah Dinan, beneran." Elang berujar dengan jujur.

"Terus tadi kenapa diemin gue?" tanya Dinan.

Elang terkekeh melihat wajah Dinan yang kusut itu, ia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Dinan. "Gue tadi lagi genting, terus lo ngeyel."

"Tuh 'kan! sama aja marah!" balas Dinan.

"Gue cemas sama-sama temen-temen, jadinya gitu," balas Elang. "Lagian kalo gue marah, sekarang gue gaakan ngajak lo keluar."

Dinan diam, kalau dipikir-pikir iya jugaa sih...

"Lang," panggil Dinan.

"Iya, kenapa? Butuh sesuatu?" tanya Elang.

Dinan menggeleng pelan. "Kok perasaan gue gaenak ya, tentang hubungan kita," ucap Dinan.

Elang terdiam, mencerna ucapan Dinan tadi. "Stt, udah gapapa itu perasaan lo doang, asal lo percaya sama gue, gue pasti lebih percaya sama lo, dan hal buruk gabakal terjadi." Elang berkata pelan, tapi sorot matanya yang menatap serius Dinan.

"Jangan tinggalin gue," ucap Dinan.

"Nggak akan."

***

Matahari hari ini sangat terik, membuat anak-anak kelas Dinan mengeluh panas, terutama yang perempuan karena mereka sedang berkeliling lapangan, ya hari ini mereka jadwalnya olahraga.

"Pak! Mending ngasih materi dari pada praktek!" teriak salah satu siswi.

"YA NGGAK LAH!" jawab murid laki-laki dengan kompak.

"PANAS, GOSONG NI MUKA!"

"Lemah banget jadi manusia!"

"Cepat! Tidak usah banyak protess!" teriak guru penjas.

Anak laki-laki bersorak bahagia, sedangkan yang perempuan memberengut.

"AWAS LO PADA MINTA MINUM GUE!"

"Bacot! Lo mana tau, kalo udah diminum!"

"CEPAT!" teriakan itu keluar lagi, membuat mereka merapatkan bibirnya.

Dinan sendiri dari tadi ia hanya diam, tapi didalam hatinya, ia menyumpah serapah yang membuat lapangan, kenapa luas sekali.

Acara olahraga pun berlanjut sampai waktu istirahat, Dinan  sudah mengganti seragamnya, olahraga menjadi seragam putih abu-abu. Karena bell istirahat sudah menggema, Dinan langsung menuju ke kantin, bersama Nabila.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang