27. Siapa Yang Egois?

1.4K 129 10
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Jika waktu, bisa diulang aku ingin kembali ke masa dimana semua belum serumit ini.

"Berani banget lo Dateng ke markas gue!"

Elang tersenyum miring. Saat ini anggota inti The Riders King, juga Ronald dan Marvel Datang ke markas Rio, mereka tak tahu menahu. Tiba-tiba saja Elang mengajak kesini. Kecuali Marvel. Dia tahu apa maksud Elang, bahkan handphone Elang sudah ada ditangan Marvel.

"Gue cuma mau kasih pilihan." Elang menatap satu persatu anak buah Rio.

"Apa maksud lo?!" tanya Marko, tak santai.

Elang berdecih. "Kalian semua salah! Salah jebak orang!"

"Gausah bertele-tele, maksud lo pada apa?" tanya Rio.

"Gue mau kalian jujur!" tegas Elang. "Bukan Aldo yang bunuh temen lo!"

Mereka semua langsung merubah ekspresi wajah menjadi, sedikit lebih panik dari sebelumnya.

"Apa bukti lo, sampe berani bilang begitu?" tanya Rio.

"Gausah ngelak anjing! Kami ada bukti!" geram Abdi, sedari tadi diam.

"Oh ya? Bukti apa, bukti omong kosong lo pada doang?" tanya Marko, menantang.

Kini giliran Aldo yang tersenyum remeh. "Udah pinter lo pada, sampe-sampe nipu kami?"

"Buktiin kalo memang kami itu pembohong!" Rio bersekap dada.

"Heli udah nantangin ni bos!" ujar Ronald.

Rio mengerutkan keningnya.

"Anjing kecil!" sambar Marvel, sembari tertawa.

Rio mengepalkan tangannya, dan menatap tajam Marvel dan Ronald.

Lingga menyipit 'kan, matanya. Menatap sinis Rio dan geng nya.

"Bilang sama kami, apa penyebab utama kematian temen lo," suara Lingga terdengar pelan, tapi tajam.

"Pertanyaan konyol! Tanya aja sama temen lo!" Rio menujuk wajah Aldo.

Elang yang melihat itu, langsung menepis kasar tangan Rio.

"Harusnya lo ingetin sama temen lo! Jangan minum kalo gak kuat!" Elang menarik kerah baju Rio. "Giliran mati! Bawa nama orang!"

Bugh!

Rio jatuh tersungkur dikaki Elang, hampir saja mencium ujung spatu Elang.

Dengan sigap, Marko membantu Rio untuk bangun.

"Gausah sok tau!" Rio membenarkan bajunya, yang sedikit lusuh akibat terjatuh.

"Lo panik?" ejek Abdi.

Rio tak menanggapi.

"Lebih baik lo jujur sama kami! Karena kami udah simpan banyak bukti, bahkan dokter yang operasi temen lo itu sekali pun, bisa kami panggil sebagai saksi!" ujar Elang.

Rio dan lainya gegelapan. Tapi sebisa mungkin, untuk menutupinya.

"Jujur, atau gue lapor polisi atas tuduhan pencemaran nama baik?" Aldo smirk.

Mereka semakin panik. Bahkan ada yang bertanya harus bagaiman, lewat kode isyarat.

"Otak lo pada masih kecil, belum saatnya main sama polisi!" tutur Abdi.

"Udah Bang! Lapor aja mereka gamau jujur!" kompor Ronald.

"Gue itung mundur!" jeda Aldo, sambari mengeluarkan gawainya. "Tiga! Dua! Sat-"

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang