21. Fanesa.

1.7K 132 23
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Kebersamaan akan lebih bermakna setelah kita, merasakan kehilangan. Kehilangan akan lebih bermakna ketika kita saling merindukan.

Elang merebahkan tubuhnya, sembari menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkutak kesana-kesini. Apalagi, otaknya masih merekam jelas, kejadian tadi ketika Papa mengatakan bahwa ia akan menikah kembali. Papa nya, telah melupakan janjinya. Bahwa tak akan menikah lagi. Terlebih ia mengetahui bahwa yang akan menikah dengan sang Papa adalah, orang yang hampir mencelakainya.

Ceklek.

"Mandi terus kebawah makan." Lingga melemparkan handuk, kaos hitam dan celana training harian.

Hari ini Elang memutuskan untuk menginap dirumah Lingga, ia masih enggan bertemu dua orang yang ada dirumah nya.

"Males," acuh Elang, dan membuka ponselnya.

"Lo gak mau mandi?" tanya Lingga.

"Kenapa engga?" tanya Elang.

"Terserah lo." Lingga beralih, duduk sofa kamarnya, membuka ponsel dan menimpah satu kakinya.

"ASSALAMUALAIKUM!"

Elang dan Lingga, serempak menoleh kearah pintu kamar. Dan melihat ketiga sahabat yang sedang menyengir.

"Lo kasih tau mereka Ngga?" tanya Elang, sembari melirik Lingga.

"Engga," jawab Lingga cepat.

"Woi! Jawab dulu kali salamnya!" teriak Aldo.

"Waalaikumsalam!" ucap Lingga. "Pulang!" lanjutnya.

"Astagfirullah Ngga, kami belum duduk loh," ujar Abdi.

"Brisik pulang!" titah Elang.

"Lo kenapa masih Pake baju sekolah Lang?" tanya Aldo.

"Kepo!" acuh Elang.

"Emang kalian mau ngapain?!" Ricko menyelidik, sekaligus bergurau.

"Ooh, gue tau. Kalian berdua mau ngegay 'kan?!" ucap Aldo terkekeh.

"Mulut lo, minta di lem!" tajam Elang.

Aldo menyengir bodoh. "Santai bang."

"Lo minep Lang?" tanya Ricko.

"Hmm," dehem Elang.

"Kami juga!" kompak Abdi dan Aldo.

"Gak!" kompak Elang dan Lingga.

Abdi, dan Aldo mendelik kaget, saat mendengar penolakan Elang dan Lingga.

"Walaupun kalian melarangku, tapi aku tetap nekat menginap disini." Abdi melangkah maju.

Bruk!

Abdi terpleset, karpet kamar Lingga. Alhasil ia jatuh tengkurap disana.

Detik berikutnya, kamar Lingga ricuh dengan suara tawa Aldo dan Ricko.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang