17. Cemburu?

1.9K 132 19
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Bukankah kita hanya sebatas senja dan daratan? Saling melihat tapi tak saling terikat. Saling menatap tapi tak saling menetap!
~Elang~

Setelah menjalani hukuman selama tiga hari, Elang dan lainnya sudah mulai sekolah hari ini. Mereka senang? Pasti jauh dari kata itu, bahkan Aldo tadi sempat memberi Elang pesan singkat, yaitu mengajak 'bolos' entah mengapa Elang tadi langsung menolaknya mentah-mentah.

Setelah menggunakan pakaian sekolah, yang tentunya baju dikeluarkan. Elang melangkah kan kedua kaki nya, menuruni tangga.

"Bik! Elang mau berangkat!" teriaknya, pada wanita paruh baya yang selama ini mengurusnya.

"Gamau sarapan dulu Den?" Bibik muncul dari arah dapur, dan menghampiri Elang.

"Gausah bik! Yaudah Elang pamit. Assalamualaikum." Elang menyalimi punggung tangan Bik Ita.

"Iya Den. Waalaikumsalam."

Elang melangkah kan kaki nya, menuju garasi untuk memanaskan mesin motornya. Dan keluar dari gerbang ramah.

Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu dua puluh menit, akhirnya Elang sudah sampai di sekolahnya.

Dilihat nya Abdi, Aldo, Lingga, dan Ricko. Sudah stay di sana. Elang turun dari motornya, dan melepas helm full fase nya.

"Wih udah sampe nih!" Abdi mengepalkan tangannya ke atas, dan disambut oleh Elang, mereka berdua ber'tos ala lelaki, dan diikuti yang lainnya.

"Kelas yok!" ajak Aldo.

"Iya ayo! Gue kangen kelas," ucap Ricko, yang langsung ditatap horor sahabat nya.

"Lu pada ngapain natap gue begitu?" tanya Ricko bingung.

"Yakin lo kangen kelas?" tanya Elang.

"Engga sih!" Ricko cengengesan.

"Yee, goblok!" Abdi dan Aldo menyoyor kepala Ricko.

"Woi!" Ricko, menatap sinis Aldo dan Abdi. Mereka berdua kompak menjulur 'kan lidah.

"Ngga, tumben diaem?" tanya Aldo.

"Bego! tiga hari gak sekolah, jangan-jangan amesia lo ya?!" selidik Abdi.

Aldo memegangi kepalanya, dan menengok ke akan, dan ke kiri. " Aku siapa?! Aku dimana?!"

"Udah biarain aja, terserah dia mau ngapain!" ucap Elang, mempercepat langkahnya. Disusul ketiga temannya. Membuat Aldo mendengus.

"Tega lo Lang!" Aldo menyeimbangi langkah mereka.

"Tega lah!" balas Elang acuh.

"Nasib!!" Abdi terkekeh, melihat wajah masam Aldo.

Mereka terus berjalan, kearah kelas. Dengan sesekali Aldo, ataupun Abdi melawak walaupun terdengar garing, mereka tetap tertawa. Hingga saat mereka Melawati kelas XII MIPA, mereka berpas'an dengan Fahri.

Elang memperhatikan penampilan nya dari atas sampai bawah, lalu ia berdecih sinis.

"Tukang ngadu!" desis nya.

Fahri gantian menatap sengit Elang. "Apa makasud lo?!"

"Lo itu menyalah gunain jabatan lo," ucap Elang.

"Lang, udah jangan dulu!" tegur Abdi.

"Cih, gara-gara dia. Pasti lo pada di marah kan?!" tanya Elang.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang