53. ujian

897 89 15
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Dinan duduk diam diruang tamu, bersama kedua orang tuanya. Ia pun tak tahu, mengapa ayahnya memanggilnya, seperti akan ada yang dibicarakan.

"Dinan," panggil Yoga, ayah Dinan.

"Ya, Ayah?" jawab Dinan.

"Kamu memliki kekasih?" tanya Ayahnya.

Siapa yang tak malu ditanya seperti itu, apalagi dengan Ayah kandung. Dinan menunduk, tapi ia juga mengangguk.

"Apakah yang dulu pernah kesini, waktu pertama kali ayah pulang?" tanyanya sekali lagi.

"Kenapa Mas, tiba-tiba nanya gini?" tanya Ami. Tetapi suaminya hanya menggeleng pelan.

"Iya Yah, dia." Dinan menjawab pelan.

Yoga menghela nafasnya. "Kamu tahu?"

"Tentang apa?" tanya Dinan tak paham.

"Tentang kekasihmu, dia seorang pembuat onar, bahkan bisa disamakan dengan preman?" Yoga menatap Dinan dengan alis terangkat sebelah.

Dinan menahan kagetnya. Dari mana Ayahnya tahu?

"A-ayah." Dinan terbata-bata.

"Ini maksudnya gimana?" tanya Ami, sedari tadi diam.

"Sepulang Ayah tadi, jalanan penuh dengan sekolompok anak muda, dengan tidak malunya mereka berkelahi ditengah jalan, menjadi tontonan masa, dan salah satunya, kekasih anakmu ini," ujar Yoga.

Nafas Dinan tercekat, ia harus apa sekarang.

"Mas, Elang itu baik. Dia jaga anak kamu dengan baik, dia ngga pernah kasar, kalo dia berkelahi, pasti ada sebabnya." Ami membela Elang, karena sepenglihatannya, Elang itu termaksud anak yang baik, hanya kepada orang-orang tertentu saja ia kasar.

Yoga menatap Dinan dan Ami secara bergantian, lalu ia mendengus pelan.

"Sudah dipengaruhi apa kalian dengan bocah itu?" tanya Yoga.

"Yah, penilaian Ayah ngga bener, dia baik," ujar Dinan.

"Berani membantah kamu?" tanya Yoga dengan sorot tajam.

"Kenyataannya memang begitu, Ayah jangan cepat menilai orang, Elang baik Yah, baik!" tutur Dinan.

"Berkelahi, baik?" tanya Yoga.

"Dia pasti punya alasan, dia gamungkin berkelahi tanpa sebab," ujar Dinan meyakinkan Ayahnya.

"Kalau dia orang baik-baik, dia pasti akan berbicara dan mengakhiri masalah dengan kepala dingin," jawab Ayahnya tak mau kalah.

"Dinan tau, setiap masalah bagusnya dibicarain dengan baik-baik, tapi ga semua orang atau masalah bisa dibicarain baik-baik," ujar Dinan lagi.

Brak!

Dinan memejamkan matanya, mendengar Ayahnya menggebrak meja.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang