49. Salah Orang.

1.1K 117 15
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Dinan menatap Elang yang tampak sedang berfikir, dengan gaya duduk diatas motor dan bersekap dada. Elang tampak serius.

"Mikirin apa sih?" tanya Dinan, membuat Elang menoleh.

"Mikirin masalah persahabatan lo," jawab Elang.

"Udah ish! Gausah dipikirin," ujar Dinan.

"Gini deh, lo lebih nyaman sahabatan sama siapa?" tanya Elang.

"Bersahabat sama siapa pun, gue nyaman. Tapi kalo disuruh milih, gue gamau kehilangan mereka, apalagi Nabila. Dia yang nemenin gue saat semuanya jauhin gue," tutur Dinan, sambil memilin ujung jaket Elang.

"Tapi Caren dan Mira jauhin lo ada sebabnya," jawab Elang.

"Tau ah pusing!" Dinan menghentakkan kakinya, dan naik keatas motor, ia langsung memeluk erat Elang, dan menyembunyikan wajahnya di punggung kokoh Elang.

Elang terkekeh, ia mengusap kaki Dinan. "Yaudah kita pulang, nanti malem gue jemput."

"Hmm." Dinan makin memeluk dengan erat.

***

Setelah Elang mengantarkan Dinan, ia kembali kerumahnya. Kakinya berpijak diruang utama keluarganya, ia terus berjalan kearah tangga untuk masuk ke kamar. Matanya menangkap sepupunya yang fokus menonton televisi, sambil memeluk toples makanan.

Dengan tidak sopan nya Elang melempar kunci motor, kearah wajah Raden, tepat terkena giginya. Membuat Raden tersentak kaget.

"Lo ada masalah apasih?! Gausah ganggu gue!" ketus Raden, membuat Elang menyerit.

"Lo yang kena-"

"Gausah ganggu gue! Terserah lo!" Raden memotong ucapan Elang.

"Lo ngapa dah?" bingung Elang.

"Cocok nggak gue jadi cewek?" tanya Raden antusias.

Elang menghela nafasnya. "Ga waras lo."

"Tapi gigi gue ngilu njing," ujar Raden sambil melihat giginya lewat kamera handphone.

"Lebay," ucap Elang.

"Lebay matamu!" ketus Raden.

"Assalamualaikum," ujar seseorang dari arah ruang tamu.

"Waalaikumsalam," jawab Elang dan Raden bersamaan.

"Loh kamu disini? Dari kapan?" tanya Surya kepada Elang.

"Eh om!" Raden langsung bangkit dari duduknya, dan langsung menyalimi tangan Surya. Surya menepuk pundak Raden.

"Dari kapan ya om, hm lupa saya," gurau Raden.

Surya menggeleng, ia tahu anak dari adiknya itu, sangat humoris, dan setengah gila.

"Yaudah kamu lanjut nonton tv aja lagi," kata Surya.

"Iya om."

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang